"Kenapa kau tidak bilang dari tadi?"
Setelah tercengang beberapa detik tak bicara, akhirnya Reiko menimpali dan dia sudah gemas sendiri.
"Cepat-cepat! Sssh, pantas Pak Raditya membebaskanku. Ternyata istriku dalam bahaya?"
"Belum Mas Reiko. Tadi itu pas selesai bicara dengan Pak Raditya, Mbak Aida belum pingsan. Saya rasa Pak Raditya juga belum tahu karena waktu itu Mbak Aida cuma mimisan saja."
"Mi-misan?" Deru napas Reiko sudah bergemuruh di dalam dadanya ketika mendengar ini.
"Dan kamu baru bilang padaku Seno? Berita sepenting ini kamu baru sampaikan pad
"Ayo Seno, tunjukkan dimana ruangannya!"Buru-buru, Reiko yang sudah memasukkan handphonenya ke dalam tas, sudah bergegas menuju ke arah lobi.Begitupun juga dengan Seno yang tak ingin buang waktu."Pak Reiko!"Sapaan yang membuat Reiko mengarahkan matanya pada bagian administrasi."Mas Reiko, kebeneran! Bisa tanda tangan tidak? Ini yang diminta tanda tangan keluarganya Mbak Aida."Kebetulan sekali Sandi melihat Reiko, makanya dia menghentikannya dan membuat Inggrid juga begitu bahagia menatapnya.
Mungkin dengan aku membantu memperbaiki hubungan mereka, keduanya tidak akan lagi menyusahkan hidupku!Reiko berpikir seperti ini saat dia mendekat ke handle pintu ruangan dan telinganya juga masih bisa mendengar kalau saat ini Sandi mengajak Seno dan Inggrid.Sebagai seorang ajudan, aku rasa dia sangat peka sekali dengan yang kuinginkan hanya berdua dengan Aida. Wah, padaku saja dia begitu perhatian apalagi pada Raditya? Di mana bisa menemukan ajudan sepertinya? bisik Reiko di dalam hatinya saat dia ingin mendorong pintu.Namun saat itu …."Ya iyalah. Aku kan pelindungmu. Jadi aku harus selalu memastik
Ini yang aku khawatirkan! Kenapa dia tidak bisa menahan diri dulu, sih!Aida mengumpat di saat yang bersamaan, Reiko juga melepaskan pagutan bibirnya dan seseorang menyeletuk lagi …."Maaf, aku ndak liat Mbak Aida, Mas Reiko!"Seorang wanita bicara begitu sambil mengumpat dirinya sendiri dan ingin keluar dari ruangan Aida.Tapi …."Eish, kau seperti melihat hantu saja. Tak apalah cepat sana masuk, Inggrid!"Dimas yang ada di belakangnya malah mem
"Ehm, Mas Reiko, bagaimana kalau Mas tunggu di luar dulu? Aku biar masuk ke dalam sama perawatnya."Saat melihat pintu ruangan yang dituju didorong perawat supaya kursi roda Aida bisa masuk, istri Reiko bicara sambil berbisik."Apa? Memangnya kamu pikir aku siapa? Aku ini suamimu dan aku tidak ada larangan untuk melihat tubuhmu. Bahkan aku sudah hapal sekali semua tanda di tubuhmu, ukurannya, seperti apa bagian kewanitaanmu aku juga tahu. Sempitnya kayak gimana juga sudah terbayang."Tapi yang menjawab malah dengan suara cukup nyaring mengomentarinya."Eeh, ndak gitu. Aku …."
"Ma-maaf Mas …."Aida teringat tentang memori yang membuat bibirnya kelu saat mau menjawab dan sudah benar-benar kacau balau hatinya."Bukan minta maaf yang harus kamu lakukan. Tapi kemarilah!"Namun sebelum Aida punya persiapan pria itu malah memegang dua pipi Aida.Huh, lagi-lagi dia tidak tahu malu mengecupku di taman seperti ini?Berat sudah rasa hati Aida dan ingin sekali mendorong Reiko. Dia malu sekali kalau sampai ada orang yang melihatnya. Dan ada satu bagian hatinya yang masih terganggu dengan kata pria normal.
"Kalau mobilnya goyang-goyang ya pasti menarik perhatian. Tapi kaca mobilku sangat gelap, Ai! Dan ada tirai bisa ditutup. Apa pun yang kita lakukan di sana juga tidak ada yang tahu. Lagian aku parkir di basement. Kita cari saja parkirannya agak pojok. Yang penting aku ingin melakukannya denganmu!"Apa tidak salah yang kudengar? Kenapa jantungku jadi deg-degan begini? Dan tadi aku melihat Aida dengan pria yang lain dan sekarang dia sudah dengan yang lain lagi?Orang yang berjalan di koridor itu memang memikirkan apa yang ada dalam benak Aida.Meski dia tidak menyapa Aida dan hanya jalan lurus saja seakan-akan memang bukan siapa-siapa yang dikenal tetap saja tak bisa berbohong dengan pikirannya sendiri.
Duh, apa yang dia pikirkan tentang aku? cemas Aida meski orang yang dilihatnya tadi sudah lewat jauh tetap saja pikirannya masih ke sosok itu."Kalau mobilnya goyang-goyang, ya pasti menarik perhatian. Tapi kaca mobilku sangat gelap, Ai! Dan ada tirai bisa ditutup. Apa pun yang kita lakukan di sana juga tidak ada yang tahu. Lagian aku parkir di basement. Kita cari aja parkirannya yang agak pojok. Yang penting aku ingin melakukannya denganmu!"Reiko berceloteh seperti ini sebenarnya dia juga tidak bawa mobil sih. Hanya iseng saja menggoda istrinya.Dia mengenaliku? Tapi Mas Irsyad tidak sama sekali bicara padaku. Pastikan dia itu berpikir macam-macam tentang aku. Berpikir yang tidak-tidak begitu, k
"Nggak kenapa-napa kok Mbak Nada kalau mau bicara sekarang. Ada apa ya?"Malah Aida bingung sendiri melihat wajah Nada yang tegang."Oh itu! Ehm ... yang tadi kau katakan di mall tentang kedua putriku.""Oh yang itu …."Wajah Aida pun jadi makin sulit kini.Dia ingat sekarang apa yang ingin ditanyakan oleh Nada. Sesuatu yang hampir saja dia lupakan, tapi memang itu ucapan buruk sudah terlontar."Maafkan saya ya Mbak Nada. Tadi itu saya sudah terlanjur emosi. Jadi ya keluar aja kalimat seperti itu dan saya juga ngg