Ini yang aku khawatirkan! Kenapa dia tidak bisa menahan diri dulu, sih!
Aida mengumpat di saat yang bersamaan, Reiko juga melepaskan pagutan bibirnya dan seseorang menyeletuk lagi ….
"Maaf, aku ndak liat Mbak Aida, Mas Reiko!"
Seorang wanita bicara begitu sambil mengumpat dirinya sendiri dan ingin keluar dari ruangan Aida.
Tapi ….
"Eish, kau seperti melihat hantu saja. Tak apalah cepat sana masuk, Inggrid!"
Dimas yang ada di belakangnya malah mem
"Ehm, Mas Reiko, bagaimana kalau Mas tunggu di luar dulu? Aku biar masuk ke dalam sama perawatnya."Saat melihat pintu ruangan yang dituju didorong perawat supaya kursi roda Aida bisa masuk, istri Reiko bicara sambil berbisik."Apa? Memangnya kamu pikir aku siapa? Aku ini suamimu dan aku tidak ada larangan untuk melihat tubuhmu. Bahkan aku sudah hapal sekali semua tanda di tubuhmu, ukurannya, seperti apa bagian kewanitaanmu aku juga tahu. Sempitnya kayak gimana juga sudah terbayang."Tapi yang menjawab malah dengan suara cukup nyaring mengomentarinya."Eeh, ndak gitu. Aku …."
"Ma-maaf Mas …."Aida teringat tentang memori yang membuat bibirnya kelu saat mau menjawab dan sudah benar-benar kacau balau hatinya."Bukan minta maaf yang harus kamu lakukan. Tapi kemarilah!"Namun sebelum Aida punya persiapan pria itu malah memegang dua pipi Aida.Huh, lagi-lagi dia tidak tahu malu mengecupku di taman seperti ini?Berat sudah rasa hati Aida dan ingin sekali mendorong Reiko. Dia malu sekali kalau sampai ada orang yang melihatnya. Dan ada satu bagian hatinya yang masih terganggu dengan kata pria normal.
"Kalau mobilnya goyang-goyang ya pasti menarik perhatian. Tapi kaca mobilku sangat gelap, Ai! Dan ada tirai bisa ditutup. Apa pun yang kita lakukan di sana juga tidak ada yang tahu. Lagian aku parkir di basement. Kita cari saja parkirannya agak pojok. Yang penting aku ingin melakukannya denganmu!"Apa tidak salah yang kudengar? Kenapa jantungku jadi deg-degan begini? Dan tadi aku melihat Aida dengan pria yang lain dan sekarang dia sudah dengan yang lain lagi?Orang yang berjalan di koridor itu memang memikirkan apa yang ada dalam benak Aida.Meski dia tidak menyapa Aida dan hanya jalan lurus saja seakan-akan memang bukan siapa-siapa yang dikenal tetap saja tak bisa berbohong dengan pikirannya sendiri.
Duh, apa yang dia pikirkan tentang aku? cemas Aida meski orang yang dilihatnya tadi sudah lewat jauh tetap saja pikirannya masih ke sosok itu."Kalau mobilnya goyang-goyang, ya pasti menarik perhatian. Tapi kaca mobilku sangat gelap, Ai! Dan ada tirai bisa ditutup. Apa pun yang kita lakukan di sana juga tidak ada yang tahu. Lagian aku parkir di basement. Kita cari aja parkirannya yang agak pojok. Yang penting aku ingin melakukannya denganmu!"Reiko berceloteh seperti ini sebenarnya dia juga tidak bawa mobil sih. Hanya iseng saja menggoda istrinya.Dia mengenaliku? Tapi Mas Irsyad tidak sama sekali bicara padaku. Pastikan dia itu berpikir macam-macam tentang aku. Berpikir yang tidak-tidak begitu, k
"Nggak kenapa-napa kok Mbak Nada kalau mau bicara sekarang. Ada apa ya?"Malah Aida bingung sendiri melihat wajah Nada yang tegang."Oh itu! Ehm ... yang tadi kau katakan di mall tentang kedua putriku.""Oh yang itu …."Wajah Aida pun jadi makin sulit kini.Dia ingat sekarang apa yang ingin ditanyakan oleh Nada. Sesuatu yang hampir saja dia lupakan, tapi memang itu ucapan buruk sudah terlontar."Maafkan saya ya Mbak Nada. Tadi itu saya sudah terlanjur emosi. Jadi ya keluar aja kalimat seperti itu dan saya juga ngg
"Memang siapa yang bisa melarangku untuk melakukan apa pun pada istriku di sini?""Heeeh, Mas Reiko kalau berani mendekat nanti aku pencet tombol ini lho supaya susternya dateng!"Aida masih trauma karena khawatir sekali ada orang yang mengetuk dan nantinya akan lebih memalukan dari di lihat Inggrid.Kreeeek"Mas Reikooooo, jangan tutup tirainya!"Aida juga sudah meninggikan suaranya ingin sekali dirinya turun dan membuka kembali tirai yang ditarik oleh suaminya.Bayangan mengerikan sudah muncul dalam benaknya.
"Mas Reiko!""Apa? Kenapa melihatku dengan pandangan seperti itu? Kamu pikir aku tidak punya hati menyuruhmu tidur di kamarku sedangkan kamu selalu teringat dengan aku dan Brigita di dalam sana?""Huh, Mas Reiko sedang bercanda padaku?"Tapi dugaan Aida ini dipentalkan lagi oleh Reiko dengan gelengan kepalanya."Kamu merasa terganggu kan aku mengajakmu ke kamar itu? Kamu merasa terganggu dengan Brigita?" Reiko memastikan."Kapan kamu akan membiarkan aku bicara dengannya? Aku rasa aku harus memberitahukan padanya tentang kita!"
"Aku ndak mau."Bodoh! Aida memaki dirinya sendiri karena dia baru saja menolak sebuah pilihan yang seharusnya membuat dirinya mendapatkan kedamaian.Tinggal di sebuah rumah sendiri tanpa ada bayang-bayang Brigita dan di sana dia bisa menghabiskan waktunya bersama dengan Reiko tanpa ada gangguan dari siapapun, bukankah itu adalah sesuatu yang akan mempermudah hidupnya?"Kenapa?"Sebetulnya pertanyaan yang sama juga diberikan oleh Aida di dalam hatinya sendiri.Kenapa tawaran itu malah ditolak olehnya?
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku