Iya sebaiknya kita pulang Mas. Dan aku bisa kuliah offline lagi karena sekarang Mas Reiko masih lupa. Aku ingin bertemu dengan Mas Irsyad dan aku ingin bicara dengannya.
Itu niatan sebetulnya di dalam hati Aida yang ingin dikatakannya pada suaminya.
Tapi
"Mas Reiko mau aku ceritain apa yang Mas Reiko pikirkan sampai mungkin pikiran Mas Reiko berpikir tidak mau bertemu dengan kakek?"
Sesuatu yang diharapkan dikatakannya memang tidak pernah terucap dari bibir Aida karena dia masih ingat betul dan masih menggunakan otak warasnya untuk tidak menghianati suaminya.
"Hmm. Kenapa aku harus tidak mengizinkanmu pergi ke kampus Ai?"Reiko memberikan senyumnya sambil mengelus rambut Aida.Mereka hanya berdua di apartemen itu tentu saja Aida tidak menggunakan kerudungnya ataupun cadar."Daripada kamu di apartemen kamu nggak ada inspirasi buat ngerjain skripsi kamu terus kamu kayak kebingungan sendiri bukannya lebih baik kalau kamu ke tempat kuliahmu terus kamu ketemu temen dan bisa ngobrol bisa diskusi?"Mata itu terlihat teduh menatap istrinya dan kini Reiko juga mengelus pipi Aida."Lagi pula semakin cepat kamu menyelesaik
"Afwan kalau sudah membuat kaget dan selamat datang kembali ke kampus.""Ehm, waalaikumsalam Mas. Dari kapan ada di sini? Apa dari tadi waktu aku lagi ngobrol sama Inggrid?""Iya kebenaran lagi ada buku yang ingin dicari dan aku mendengar suaramu. Apa yang mau dikonsultasikan soal skripsimu?"Bermula dari ketidaksengajaan tapi sekarang sudah sebulanan aku dan Mas Irsyad jadi sering berkomunikasi di ruang perpustakaan. Memang yang kami bicarakan masalah pelajaran saja. Semuanya hanya tentang skripsiku. Tapi aku merasa sangat bersalah karena aku merasa seharusnya aku bisa mengerjakan skripsi ini sendiri. Dan aku yakin dia berpikir sama denganku. Apa ini sebagai alasanku saja untuk bertemu dengannya?
Gak yakin! Aida berbisik begini hatinya.Tak ingin sebetulnya Irsyad bertanya begini. Tapi kata-kata itu sudah terlontar begitu saja dan Aida sebetulnya juga tak terima kalau harus berpisah dari seseorang yang dari awal Aida melihatnya juga sudah jatuh cinta."Insya Allah Mas. Aku sangat yakin wallahi Mas. Suamiku adalah pria yang baik dan aku ingin Mas Irsyad melanjutkan hidup Mas Irsyad. Aku tahu dari Inggrid kalau banyak sekali beasiswa yang ditolak sama Mas Irsyad. Ambilah satu dan jadilah seseorang yang berguna. Seperti yang Mas Irsyad impikan akan ada wanita yang datang nanti. Bukan aku, tapi yang terbaik untuk Mas Irsyad. Karena boleh jadi kita mencintai sesuatu tapi itu tidak baik untuk kita dan boleh jadi kita membenci sesuatu tapi itu yang terbaik untuk kita karena Allah lebih
Beberapa jam sebelumnya. Pagi hari di sebuah rumah di bilangan Jakarta."Astaghfirullah Irsyad, jadi itu alasanmu selama ini menunda-nunda untuk mengambil beasiswa yang banyak ditawarkan padamu?"Suara baritan seorang pria terdengar meninggi"Kenapa kamu lupa semua nasehat-nasehat yang sudah aku katakan padamu kalau Aida adalah istri dari laki-laki lain. Masih juga kau mencoba untuk mendekatinya?"Pria itu benar-benar marah ketika dia mengetahui sesuatu yang selama ini tidak pernah dipikirkan olehnya akan dilakukan oleh seseorang yang sangat dipercayainya itu.
"Seno, tolong kosongkan jadwal aku minggu depan!"Di waktu yang bersamaan di jalan menuju kantornya Reiko mengingatkan pada ajudannya sambil matanya tetap mengarah pada layar laptop."Mau pergi liburan, Mas Reiko?""Enggak lah. Aku kan udah bilang sama kamu kalau aku mau ke Kudus!""Oh iya, aku lupa loh Mas. Habis banyak banget kerjaan jadi keselip itu lupa. Maaf ya Mas, aku lupa kosongin jadwal!"Sebetulnya Reiko sudah meminta pada Seno untuk membuat jadwalnya kosong di weekend. Tapi sayangnya memang jadwal mereka sudah sangat padat.
"Iya marah. Lo udah nggak pernah ngangkat telepon gue terus lo ngilang gitu aja gue telepon susah kayaknya nomor gue juga lo blokir kan?"Reiko tidak menjawab tapi dia segera mungkin merogoh sakunya dan mengambil handphonenya untuk mengecek sesuatu."Mau buka blokiran nomor handphone gue?"Bener yang dia bilang aku memblokirnya. Dan aku tidak pernah mengecek ini sebelumnya. Irsyad? Nama siapa lagi ini? Jadi aku memblokir tujuh nomor?Ibra, Irsyad, Brigita, Reyhan, Pak lek Tono, Raditya Prayoga, Sandi adalah nomor-nomor telepon yang diblokir oleh Reiko. Dan sungguh kaget dirinya melihat begitu banyaknya nomor yang sudah
"Ikut gue dulu aja biar gue jelasin sama lo di jalan nanti."Ibra bicara perlahan. Dia tidak mau kalau sampai sahabatnya berpikir negatif duluan. Ibra tahu bagaimana Reiko apalagi dia sudah sampai memblokir teleponnya. Ini bukan main-main.TOK TOK TOK"Kami akan keluar. Tolong bilang Seno untuk menghandle semuanya!""Oh, baik Pak."Sang sekretaris tadinya mau mengantarkan minuman dan cemilan seperti yang diminta Reiko untuk Ibra.Tapi bosnya dan tamunya sudah pergi. Memang apal
"Kemungkinan. Tapi dia datang ke sini bukan untuk menggoda istrimu.""Tidak menggoda bagaimana maksudmu? Ingin mencoba mencari tahu apa hubunganku dan istriku baik-baik saja?""Hei, jangan emosi dulu!"Memang Reiko sudah emosi tingkat tinggi. Makanya dia segera ingin keluar dari mobil itu tadinya. Hanya saja Ibra menahan dan memegang tangannya kuat-kuat."Aku belum cerita semuanya padamu. Irsyad itu sudah lulus kedokteran tapi dia tidak melanjutkannya justru mendatangi dosen yang dia tahu dan cukup berpengaruh di fakultas ini lalu dia mengatakan kalau dia ingin masuk ke manajemen ekonomi. Dia mempelajarinya selama setahun. Dan dia menja