Gak yakin! Aida berbisik begini hatinya.
Tak ingin sebetulnya Irsyad bertanya begini. Tapi kata-kata itu sudah terlontar begitu saja dan Aida sebetulnya juga tak terima kalau harus berpisah dari seseorang yang dari awal Aida melihatnya juga sudah jatuh cinta.
"Insya Allah Mas. Aku sangat yakin wallahi Mas. Suamiku adalah pria yang baik dan aku ingin Mas Irsyad melanjutkan hidup Mas Irsyad. Aku tahu dari Inggrid kalau banyak sekali beasiswa yang ditolak sama Mas Irsyad. Ambilah satu dan jadilah seseorang yang berguna. Seperti yang Mas Irsyad impikan akan ada wanita yang datang nanti. Bukan aku, tapi yang terbaik untuk Mas Irsyad. Karena boleh jadi kita mencintai sesuatu tapi itu tidak baik untuk kita dan boleh jadi kita membenci sesuatu tapi itu yang terbaik untuk kita karena Allah lebih
Beberapa jam sebelumnya. Pagi hari di sebuah rumah di bilangan Jakarta."Astaghfirullah Irsyad, jadi itu alasanmu selama ini menunda-nunda untuk mengambil beasiswa yang banyak ditawarkan padamu?"Suara baritan seorang pria terdengar meninggi"Kenapa kamu lupa semua nasehat-nasehat yang sudah aku katakan padamu kalau Aida adalah istri dari laki-laki lain. Masih juga kau mencoba untuk mendekatinya?"Pria itu benar-benar marah ketika dia mengetahui sesuatu yang selama ini tidak pernah dipikirkan olehnya akan dilakukan oleh seseorang yang sangat dipercayainya itu.
"Seno, tolong kosongkan jadwal aku minggu depan!"Di waktu yang bersamaan di jalan menuju kantornya Reiko mengingatkan pada ajudannya sambil matanya tetap mengarah pada layar laptop."Mau pergi liburan, Mas Reiko?""Enggak lah. Aku kan udah bilang sama kamu kalau aku mau ke Kudus!""Oh iya, aku lupa loh Mas. Habis banyak banget kerjaan jadi keselip itu lupa. Maaf ya Mas, aku lupa kosongin jadwal!"Sebetulnya Reiko sudah meminta pada Seno untuk membuat jadwalnya kosong di weekend. Tapi sayangnya memang jadwal mereka sudah sangat padat.
"Iya marah. Lo udah nggak pernah ngangkat telepon gue terus lo ngilang gitu aja gue telepon susah kayaknya nomor gue juga lo blokir kan?"Reiko tidak menjawab tapi dia segera mungkin merogoh sakunya dan mengambil handphonenya untuk mengecek sesuatu."Mau buka blokiran nomor handphone gue?"Bener yang dia bilang aku memblokirnya. Dan aku tidak pernah mengecek ini sebelumnya. Irsyad? Nama siapa lagi ini? Jadi aku memblokir tujuh nomor?Ibra, Irsyad, Brigita, Reyhan, Pak lek Tono, Raditya Prayoga, Sandi adalah nomor-nomor telepon yang diblokir oleh Reiko. Dan sungguh kaget dirinya melihat begitu banyaknya nomor yang sudah
"Ikut gue dulu aja biar gue jelasin sama lo di jalan nanti."Ibra bicara perlahan. Dia tidak mau kalau sampai sahabatnya berpikir negatif duluan. Ibra tahu bagaimana Reiko apalagi dia sudah sampai memblokir teleponnya. Ini bukan main-main.TOK TOK TOK"Kami akan keluar. Tolong bilang Seno untuk menghandle semuanya!""Oh, baik Pak."Sang sekretaris tadinya mau mengantarkan minuman dan cemilan seperti yang diminta Reiko untuk Ibra.Tapi bosnya dan tamunya sudah pergi. Memang apal
"Kemungkinan. Tapi dia datang ke sini bukan untuk menggoda istrimu.""Tidak menggoda bagaimana maksudmu? Ingin mencoba mencari tahu apa hubunganku dan istriku baik-baik saja?""Hei, jangan emosi dulu!"Memang Reiko sudah emosi tingkat tinggi. Makanya dia segera ingin keluar dari mobil itu tadinya. Hanya saja Ibra menahan dan memegang tangannya kuat-kuat."Aku belum cerita semuanya padamu. Irsyad itu sudah lulus kedokteran tapi dia tidak melanjutkannya justru mendatangi dosen yang dia tahu dan cukup berpengaruh di fakultas ini lalu dia mengatakan kalau dia ingin masuk ke manajemen ekonomi. Dia mempelajarinya selama setahun. Dan dia menja
"Nah, ngapain lo diem-dieman semua? Gini deh. Biar gue buka permasalahannya."Melihat tidak ada satupun yang bicara Ibra tahu kalau mereka semua saling memendam kecurigaan dalam hatinya.Ibra hanya menebak-nebak saja karena dia tidak bisa menentukan pasti apa yang ada dalam benak Aida, Reiko dan Adik Iparnya sendiri Irsyad.Makanya tak mau berlama-lama lagi Ibra ingin semua permasalahan ini cepat diselesaikan."Gini Syad, tadi Abang udah cerita banyak tentang semua yang udah lo lakuin 2 tahun terakhir ini. Tapi Abang juga udah bilang kalau dia nggak perlu berpikir selalu berlebihan karena tujuan lo ngelakuin ini semua bukan bermaksud jelek. Hanya untuk memastikan kalau Reiko nggak akan nyakitin Aida lagi apalagi pergi sama wanita yang menurut lo nggak pantes dideketin karena dia udah punya istri gitu kan?"Ibra tidak bicara dia hanya dia memandang wajah Reiko yang memang duduk berhadapan dengannya."Dan tadi Reiko juga udah bicara tentang ke
Owh, apa yang harus kulakukan?Deg-degan Aida ketika melihat kejadian di hadapannya. Tapi memang dia tak bisa berkata apa-apa hanya matanya saja kembali memerah dan titik-titik bening itu jatuh dari sudut matanya."Reiko, sabar dulu!"Hanya Ibra yang mampu berdiri dan segera mungkin menahan tangan sahabatnya yang sudah mengepal keras sampai pembuluh darah Reiko dan urat-urat sarafnya bisa terlihat karena dia betul-betul emosi."Biarin aja Bang. Kalau dia mau memukulku lebih keras lagi juga nggak apa-apa. Tapi jejak CCTV tidak akan pernah bisa hilang. Dan apa dia masih sangat yakin kalau Aida tidak akan meninggalkan sisinya kala
"Syad, kau dengar kan apa yang dikatakan Aida? yuk cepetan kita pergi!"Syukurlah dia sudah mengangguk. Dari tadi kek!Hati Ibra lega ketika Irsyad yang sudah mendengar ucapan Aida memang akhirnya mengalah."Aku tidak mencabut kata-kataku!"Tapi saat dia mendongak menatap Reiko dengan matanya yang memerah dan tentu saja terlihat basah karena dari tadi Irsyad memang menahan air matanya supaya tidak tumpah, dia bicara begitu sambil menekankan."Aku tidak akan pergi jauh cuma kali ini aku tidak akan datang kalau tidak dipanggil, ukh.
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku