"Ikut gue dulu aja biar gue jelasin sama lo di jalan nanti."
Ibra bicara perlahan. Dia tidak mau kalau sampai sahabatnya berpikir negatif duluan. Ibra tahu bagaimana Reiko apalagi dia sudah sampai memblokir teleponnya. Ini bukan main-main.
TOK TOK TOK
"Kami akan keluar. Tolong bilang Seno untuk menghandle semuanya!"
"Oh, baik Pak."
Sang sekretaris tadinya mau mengantarkan minuman dan cemilan seperti yang diminta Reiko untuk Ibra.
Tapi bosnya dan tamunya sudah pergi. Memang apal
"Kemungkinan. Tapi dia datang ke sini bukan untuk menggoda istrimu.""Tidak menggoda bagaimana maksudmu? Ingin mencoba mencari tahu apa hubunganku dan istriku baik-baik saja?""Hei, jangan emosi dulu!"Memang Reiko sudah emosi tingkat tinggi. Makanya dia segera ingin keluar dari mobil itu tadinya. Hanya saja Ibra menahan dan memegang tangannya kuat-kuat."Aku belum cerita semuanya padamu. Irsyad itu sudah lulus kedokteran tapi dia tidak melanjutkannya justru mendatangi dosen yang dia tahu dan cukup berpengaruh di fakultas ini lalu dia mengatakan kalau dia ingin masuk ke manajemen ekonomi. Dia mempelajarinya selama setahun. Dan dia menja
"Nah, ngapain lo diem-dieman semua? Gini deh. Biar gue buka permasalahannya."Melihat tidak ada satupun yang bicara Ibra tahu kalau mereka semua saling memendam kecurigaan dalam hatinya.Ibra hanya menebak-nebak saja karena dia tidak bisa menentukan pasti apa yang ada dalam benak Aida, Reiko dan Adik Iparnya sendiri Irsyad.Makanya tak mau berlama-lama lagi Ibra ingin semua permasalahan ini cepat diselesaikan."Gini Syad, tadi Abang udah cerita banyak tentang semua yang udah lo lakuin 2 tahun terakhir ini. Tapi Abang juga udah bilang kalau dia nggak perlu berpikir selalu berlebihan karena tujuan lo ngelakuin ini semua bukan bermaksud jelek. Hanya untuk memastikan kalau Reiko nggak akan nyakitin Aida lagi apalagi pergi sama wanita yang menurut lo nggak pantes dideketin karena dia udah punya istri gitu kan?"Ibra tidak bicara dia hanya dia memandang wajah Reiko yang memang duduk berhadapan dengannya."Dan tadi Reiko juga udah bicara tentang ke
Owh, apa yang harus kulakukan?Deg-degan Aida ketika melihat kejadian di hadapannya. Tapi memang dia tak bisa berkata apa-apa hanya matanya saja kembali memerah dan titik-titik bening itu jatuh dari sudut matanya."Reiko, sabar dulu!"Hanya Ibra yang mampu berdiri dan segera mungkin menahan tangan sahabatnya yang sudah mengepal keras sampai pembuluh darah Reiko dan urat-urat sarafnya bisa terlihat karena dia betul-betul emosi."Biarin aja Bang. Kalau dia mau memukulku lebih keras lagi juga nggak apa-apa. Tapi jejak CCTV tidak akan pernah bisa hilang. Dan apa dia masih sangat yakin kalau Aida tidak akan meninggalkan sisinya kala
"Syad, kau dengar kan apa yang dikatakan Aida? yuk cepetan kita pergi!"Syukurlah dia sudah mengangguk. Dari tadi kek!Hati Ibra lega ketika Irsyad yang sudah mendengar ucapan Aida memang akhirnya mengalah."Aku tidak mencabut kata-kataku!"Tapi saat dia mendongak menatap Reiko dengan matanya yang memerah dan tentu saja terlihat basah karena dari tadi Irsyad memang menahan air matanya supaya tidak tumpah, dia bicara begitu sambil menekankan."Aku tidak akan pergi jauh cuma kali ini aku tidak akan datang kalau tidak dipanggil, ukh.
Dia benar-benar marah padaku, aku yakin sekali. Karena dia tidak mau menengok padahal tadi ada Inggrid.Aida yang tadi tidak banyak bicara dengan Inggrid kini sudah mengejar sosok seseorang yang sudah berjalan cepat di depannya.Mas Reiko juga tidak mempersilakanku masuk. Aku harus membuka pintu mobil sendiri biasanya dia yang bukakan. Tapi tak apalah. Aku memang ingin bicara dengannya tapi tidak sekarang mungkin? Depan kami ada sopir.Aida memilih diam sepanjang perjalanan karena memang tadi kan Reiko bersama dengan Ibra jadi mobilnya dibawakan oleh sopir.Makanya sekarang Aida hanya mencoba bersabar sekaligus berdoa dan terus saja beristighfar karena memang dia merasa bersalah.Andaikan dari beberapa bulan yang lalu dia tidak memulai untuk bermain api, saat ini kondisinya tidak akan seburuk ini.Aida sadar akan hal ini makanya dia tidak berani untuk memanggil suaminya atau sekedar membuka pembicaraan.Tapi sampai kapan aku harus men
Dua jam setelah sampai di apartemen mereka."Sssssh!"Reiko melemparkan pulpen yang dipegangnya di atas meja dan wajahnya bersungut kesal."Aku sudah mencoba untuk fokus pada pekerjaanku tapi tetap saja sulit!"Masih dalam kondisi emosinya yang tidak stabil dia memang dari tadi berusaha untuk fokus mengecek pekerjaannya tapi telinganya masih terngiang-ngiang dengan suara yang membuat hatinya merasa sakit.MAS IRSYAD!BRAAAK!
"Dan ternyata kemarin aku sangat bodoh sekali memfasilitasimu untuk selingkuh di belakangku."Wajah itu masih terlihat sangat emosi sekali saat teleponnya sudah tidak lagi terhubung dengan Fitri.Reiko sengaja menghubungi Fitri dan memintanya untuk tidak lagi menjadi sopir pribadi Aida karena sangat kecewa sekali dengan kenyataan bahwa Aida menyimpan sebuah rahasia besar darinya untuk berapa bulan terakhir.“Jika kau marah padaku dan kesal padaku tentang masa laluku yang tidak ku ingat seharusnya kau melihatku sekarang. Apa aku pernah berniat untuk melakukan sesuatu yang buruk di hadapanmu?”Senyum itu kini terlihat miris. D
Empat hari sebelumnya."Reiko!"Suara panggilan dengan intonasi tinggi terdengar di telinga seseorang yang membuat pria itu melirik tajam pada seseorang yang datang mendekat padanya."Aku menghubungimu dan aku tahu nomor teleponmu masih sama. Kau berusaha menghindar dariku dengan memblokir teleponku bukan?""Ini sudah ke-10 kalinya aku melihatmu datang menemuiku sejak aku kembali ke Indonesia.”"Ya memang. Kau ingin bertanya aku tahu dari mana informasi tentang kedatanganmu?"