"Cuma sebentar, Aku numpang nyenderin kepalaku."
"Gak boleh, Pak!" Aida tetap ingin menggusur kepala Reiko. Dia ingin mendorong dengan kedua tangannya.
Tapi….
"Aku kangen sama Nenekku!"
Namun mendengar ini, Aida jadi mengurungkan niatnya.
"Haaah? Memangnya Aku mirip wajahnya sama Nenek Bapak?"
Meski bibirnya tetap berceloteh macam itu.
"Hei, sudahlah jangan samakan Nenekku denganmu, tetap Nenekku adalah wanita paling cantik di dunia!"
"Lah ndak bisa gitu, Pak!" Aida protes."Aku hanya menyesuaikan dengan makanan yang ada di dapur doang, Pak. Dan tadi kepikiran untuk bikin itu saja, ndak ada maksud buat ngingetin Bapak sama Nenek Bapak!" ujar Aida sambil menghempaskan napas pelan, jadi kesal sendiri dirinya.Dan kalau Aku tahu mie godok itu buat masalah, maka Aku akan milih bikinin Dia capcay! Tapi tadi Aku pilih mie godok karena akan lebih mudah untuknya makan mie daripada makan nasi. Dan kalau buat bubur lebih lama lagi waktunya kan?Aida sudah memikirkan semuanya matang-matang. Pemilihan mie juga bukan karena dirinya ingin praktis saja! Dia hanya ingin membuat semuanya jadi cepat dan Aida memang belum masak nasi karena dari pa
"Istri kontrak Pak, ndak perlu pake izin!"Aku harus tetap waras! Dan orang ini kayaknya lama-lama pinter banget bikin otakku nggak waras. Jadi, Aku harus bener-bener berpikir jernih kalau nggak, Aku bakal ke gr-an gara-gara sikapnya. Main hati itu bisa bikin jantung rusak! Dan Aku ndak mau kayak gitu!Selepas Reiko bicara tadi Aida memang sudah langsung menjawabnya.Dia awalnya memang gak ngeh pembicaraannya ke sini. Barulah setelah Reiko memperjelasnya, Aida paham."Ya kalau kamu nggak ngizinin, ya Aku nggak akan ngelakuin itu.""Saya izinin Pak,
"Hahaha, Aku kira Kamu pengen minta apa!" Reiko justru tertawa kecil dengan wajahnya yang tetap datar dan biasa, tanpa ada beban.Setidakpenting itukah Aku dalam hidupnya, sampai Dia sama sekali tidak menganggap semua yang Aku minta ini adalah sesuatu yang sangat berharga untukku? Aku muak dengan kehidupan seperti ini dengannya. Dan Aku gak tahu sampai kapan Aku bisa bertahan untuk membuat diriku tetap cool begini dan tak meledak seperti kejadian di dapur.Seperti bukan membicarakan sesuatu yang terlalu penting untuk Reiko. Dan hanya seperti mengobrol santai dengan teman makanya Aida berpikir seperti tadi dalam benaknya.Aida takut sekali, kalau Dia ketahuan cemburu seperti dulu. Makanya Dia berusaha sesant
"Heeeh?""Apa? Pura-pura nggak tahu apa itu rekonstruksi payudara?""Tau!" Yang tentu saja langsung dijawab cepat oleh Aida."Bapak nawarin Saya bikin payudara palsu, kan?""Bukan palsu, yang ditempel aja dan bisa di copot, tapi rekonstruksi payudara, implan!"Reiko mengambil handphonenya dan menunjukkan satu laman yang memang disimpan olehnya."Bapak mencari tahu soal ini?"Aida bisa melihat itu a
"Halalah Pak, nah itu Bapak buka milik Bapak sendiri di depan Saya kok!""Ya Aku kan gak apa-apa, mau buka apapun di depanmu!""Gak pa-apa gim….""Ssst, jangan banyak bicara!" Reiko memotong."Aku masih punya hubungan denganmu. Kalau Pria yang di sana itu, di video, Memangnya Kamu ingin melihat barangnya?""Gak ada niat liat juga, Pak!" cicit Aida."Dan satu lagi tuh, Bapak punya hubungan denganku? Ya sebagai suami kontrak Pak! Eh salah bukan, kita punya kontrak perjanji
"Hah?"Reiko makin tak bisa menahan, wajahnya pun memerah. Tapi Aida belum nyambung."Bapak sakit tah? Lah iya Pak, kenapa panas banget badannya?" Dia menempelkan punggung tangannya di kening Reiko yang keluar keringat."Gara-gara film tadi itu! Gara-gara Kamu, pokoknya Kamu yang bikin masalah ini!"protes dari Reiko lagi sambil mengapit bibirnya.Lah, kenapa jadi salah Aku? Dia yang makannya nggak bener, Dia yang sakit gara-gara di sana sendiri, sekarang Dia nyalahin Aku? bingung Aida."Ah Sial! Bee gak ada di
"Heeeh, apa?"Reiko ingin menggerakkan tangan Aida memindahkannya dari bagian atas, tapi Aida mengencangkan tangannya sambil memekik."Satu tanganmu ke bawah!""Gak mau!"Ngeri Aida di suruh pegang yang sudah memanjang, sehingga saat matanya bertautan dengan Reiko, Dia menggelengkan kepalanya."Ssssh, sulit sekali, Kamu gak ngerti bukan, yang itu mesti di….''"Gak saya gak ngerti pak! Gak mau pegang!"
"Aakh, diam! Aku bener-bener udah nggak tahan!" Reiko memaksa."Paaak, minggir!"Reiko tak mau menurut. Seberapa kuat pun Aida memekik dan berteriak, berusaha mendorong, tetap Reiko tak mengindahkan."Lepasin Pak! Bapak berat, jangan tindih saya!"Reiko tak mau dengar karena memang Reiko saat ini cuma peduli pada keinginannya tadi itu saja. Pikirannya tak bisa konsen.Aduh aku harus gimana ini? Aida panik, ketakutan, kebingungan, semua rasanya tak jelas.Dan lagi i