Sial. Dia mematikan teleponku begitu saja, padahal aku sedang bicara padanya?Brigita marah dengan sikap ibunya yang tidak mengizinkannya bicara sepatah kata pun.Dia pikir aku tidak sanggup apa, menyelesaikan urusanku sendiri? Kubuktikan, ya. Aku pasti bisa mengurus urusanku sampai selesai dan aku tidak perlu mengakuimu sebagai ibuku lagi!Brigita tidak berpikir kalau dia memang sanggup menyelesaikan urusannya sendiri, untuk apa dia menelepon Alina tadi? Buktinya, kemarin dia pikir dia bisa mendapatkan Richard Gerald Peterson dengan caranya sendiri, tapi buktinya apa? Zonk! Lalu sekarang, apa rencana Brigita?Reiko: Iya, Bee?Brigita: Duh, kau lama sekali sih, mengangkat teleponku? Banyak padahal yang aku mau bicarakan denganmu.
Brigita: Ehm Reiko, iya. Memang aku punya bukti dan kalau dia tidak menggunakan guna-guna, mungkin buktiku ini akan sangat bermanfaat sekali tapi kan dia bisa magic! Ini akan membuat kita kalang kabut dan kesulitan. Lagi pula, dia sepertinya dendam padaku. Jadi kurasa, dia pasti akan melakukan sesuatu yang membuatku sulit dan membuatmu sulit dan yang ada, kita berdua kesulitan nantinya melawannya! Ya ... gimana, ya?Brigita bicara memusingkan orang yang mendengarnya, tidak sistematis, padahal dia tak biasa sepanik ini.Reiko: Bee, kamu tenang, lah. Tak perlu pikirkan sampai sejauh itu! Kalau memang maunya dia seperti itu, ya biarkan saja begitu! Yang pasti satu hal yang aku pelajari selama aku berada di Abu Dhabi, Mesir dan Maroko. Apa pun yang kita lakukan, itu akan kembali pada kita. Kalau memang dia berusaha untuk menjatuhkan kita, maka semua keburukan itu akan menimpa
Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, kan? Karena aku yakin sekali orang sepertimu menghindariku, pasti bukan karena alasan sebodoh itu! Kau pasti sengaja ingin membuangku dan ingin menikmati hasilnya sendirian. Padahal kalau aku tidak menceritakan padamu, maka Camelia-lah yang pasti sedang menjerat Richard. Kau kejam padaku, maka aku akan lebih kejam padamu Brigita.Di dalam hatinya, Tommy memang menunggu Brigita menjawab. Dia menahan emosinya dari beberapa bulan lalu, karena Brigita sudah membawa kesulitan baginya. Biasanya wanita itu membantunya untuk memenuhi sedikit saja kebutuhannya. Tapi saat ada di Eropa, Brigita menghilang, sehingga membuat semua jadi sulit untuk Tommy.Padahal kondisinya sudah sangat struggle sekali dan dia membutuhkan bantuan. Tak ada uang dari Brigita sehingga membuatnya kesulitan dan saat ini Tommy berusaha
"Sial!" Brigita mengacak-acak rambutnya sendiri karena kemarahannya.Dia menghubungi ibunya tak direspon. Lalu menghubungi Reiko, orangnya terlalu lurus-lurus saja. Selanjutnya Brigita menghubungi Tommy yang biasanya bisa diajak bekerja sama, sedang ngambek dengannya. Jadi siapa yang bisa diandalkan untuk menjadi sekutunya?"Aaakh!" Brigita masih bingung. Jadi untuk meluapkan emosinya, dia memekik di dalam mobilnya. "Tapi aku tidak bisa membiarkannya hidup! Aku tidak akan membiarkannya tenang dan apa dia pikirkan? Dia sudah bersama dengan Richard, maka hidupnya akan baik-baik saja? Tak akan kubiarkan!"Ada senyum di bibirnya dan biasalah! Kalau orang sedang kepepet, maka ada saja idenya termasuk Brigita yang tiba-tiba mengingat tentang seseorang yang punya masalah juga dengan Aida.Rika: Hai, Brigita! Sudah l
Pasti kau kesal kan, aku bicara begitu?Sambil menaruh handphone-nya, Reiko berbisik dan dia sudah mendekatkan lagi laptopnya seakan tidak peduli dengan pembahasan Brigita barusan.Aish, mereka ternyata masih ngobrol, ya? Sampai kapan dia ngobrol? Dan sampai kapan membuatku panas? Apa dia tidak tahu, kalau suaminya tidak suka dia bicara dengan pria itu dekat-dekat? Dia justru fokus pada obrolan Richard dan Aida.Reiko cemburu pada istrinya yang bersama duda beranak dua itu. Tapi dia memang tidak menyuruh Aida untuk memberitahukan kalau hubungan mereka sebenarnya baik-baik saja.Reiko masih penasaran apakah Richard berniat tulus atau tidak membantu mereka."Ai, udah dong ngobrolnya. Mau sampai kapan kamu ngobrol
"Mbak Aida, kita mau ke mana dulu, nih?""Pulang, Inggrid. Mas Reiko udah nungguin aku."Jawaban yang membuat Inggrid tersenyum setelah dia tadi mencebik lebih dulu. Mereka sudah menjauh dari tempat Aida bertemu dengan Richard. Saat ini Inggrid tak kepo, karena sebetulnya dia sudah mendengar juga obrolan antara Aida dengan Richard. Permintaan Reiko untuk Aida pulang pun dia dengar. Karena mereka sama-sama terhubung dalam komunikasi tersebut, termasuk Seno."Uenake wes onok sing ngenteni.""Hihi, peyan yo onok sing ngenteni di kopi shop!""Ish, belum halal!""Terus kapan mau dihalalin? Wes direstui kan?"Lagi-lagi pertanyaan yang membuat Inggrid mencebik sambil dia mengendarai motornya menuju ke apart
Beberapa jam sebelumnya."Gara-gara kamu, aku jadi tidak bisa lagi menguping apa pembicaraan mereka.""Hehehe, maaf ya, Mas Reiko. Bukan maksudku ingin mengacaukan keadaan sampai aku tadi nyeletuk begitu. Habisnya aku cuma kebawa emosi saja, Mas. Maklum saja, aku sudah ngebet nikah tapi Inggrid masih mau nunggu.""Itu karena kebodohanmu sendiri yang tidak mau gercep! Harusnya kamu langsung minta pada Pakde Waluyo."Yah, mau gimana lagi, Mas? Inggrid itu trauma dengan pernikahan Mas Reiko dengan mbak Aida. Dia tak mau menikah muda dan dia ingin benar-benar yakin kalau suami yang dicintainya tidak akan melakukan seperti yang Mas Reiko lakukan.Inggrid memang tida
Tuhan, apakah ini adalah akhir hidupku di dunia ini?Beberapa saat sebelumnya saat Aida baru saja mendapat ancaman dari seorang wanita yang kini mendekat padanya,tanpa rasa takut sudah memegang beling di tangannya."Kau akan berakhir saat ini juga! Kau akan mati dan membusuk!" Wajah di hadapan Aida penuh dengan kebencian dan sudah gelap mata, yang diinginkannya hanya Aida mati."Tak akan kubiarkan siapa pun merebut Richard dariku! Dan kalau aku tak bisa mendapatkannya, maka kau tak akan pernah mendapatkannya termasuk Reiko, kau tidak akan pernah mendapatkannya juga!""Kalaupun kau membunuhku, maka kau tidak akan pernah bisa mendapatkan keduanya! Wanita seperti dirimu tidak pantas untuk dicintai!"Tapi memang, Aida itu mulutnya agak ngegatelin! Dan jelas saja membu