"Ai, kamu nih gimana sih? Katanya mau punya anak?"
"Ehehhe, iya mau Mas! Yang lucu kaya Anna dan Tasya."
"Ya udah, ayok!"
Tangan suaminya menggandeng Aida yang tak lagi bisa menolaknya.
Selangkah demi selangkah gerakan kaki mereka mulai mendekati ruangan tempat di mana dokter Elly praktek.
Dan meskipun Aida sudah tidak mengatakan penolakan tetap saja hatinya merasa gundah.
Mas Reiko sangat mencintaiku. Dulu dia tidak mau punya anak bahkan sampai meminta aku di kuret gara-ga
"Kau sudah terburu-buru sekali untuk punya anak bukan?"Malu-malu tapi Aida tersenyum simpul dan mengangguk pelan."Aku ingin sekali punya anak. Mungkin sangat menyenangkan kalau bisa punya anak!""Ai, tapi aku nggak mau kamu memaksakan diri. Kita harus tanya dulu sama dokter Elly bagaimana kondisimu. Karena percuma kalau sampai hamil terus kondisinya nggak kuat kan bayinya di dalam sana?""Iya Mas. Aku ngerti kok, udah nggak usah cemas ya."Reiko dan Aida memang sudah bolak-balik mengecek kondisinya selama setahun lebih.
"Ehm i-itu.""Bagaimana kabar Anti? Apa baik-baik saja di sana? Cukup makan? Cukup istirahat? Tidak ada yang sakit itu bu Anti?""Ma-mas Irsyad, aku--"Aida tak bisa berkata-kata tapi dia sangat bersyukur sekali saat ini suaminya sedang inspeksi ke salah satu gudang yang berada di kota yang mereka tinggali sekarang! Kalau tidak dia tidak tahu bagaimana harus menutupi kegalauannya sekarang bicara dengan seseorang dari masa lalunya yang membuat dirinya kebingungan harus merespon bagaimana karena biasanya Irsyad tidak seperti ini.Tapi saat ini pertanyaannya membingungkan untuk Aida.
"Eh, eng-enggak Mas."Aida gelagapan sendiri. Saat itu dia juga memaki dirinya sendiri karena terus-terusan memikirkan tentang seseorang yang tadi bicara di layar monitor laptopnya itu."Aku lagi mikirin tugas skripsiku Mas. Maksudku kan sekarang aku sudah mulai persiapan soalnya aku sudah habis mata kuliahku udah selesai semua di semester ini. Semester depan aku mulai persiapannya.""Oh… Tapi kan nggak ada penelitian. Kamu kan jurusannya manajemen ekonomi. Ada praktek kerja lapangnya kan?"Biasa sebelum lulus mereka memang harus mengikuti latihan dulu di luar. Ada yang ikut praktek lapang dan sebagainya. Tapi kalau Aida tidak pe
"Wa’alaikumussalam, ukhti. Kaifa haluki ukhti?""Ehm, baik-baik saja Mas. Alhamdulillah."Duh, maafkan aku Tuhan. Aku juga nggak nyata kalau aku bakalan ngumpet-umpetan kayak gini sama Mas Reiko. Tapi, aku pengen tahu semua kejadiannya. Dan lagi ya ampun aku harusnya tidak berfokus pada wajahnya dan menjauhi untuk tidak menatapnya seperti ini tapi aku benar-benar deg-degan.Aida masih sulit kalau bertemu dengan Irsyad. Entahlah dia juga tidak mengerti kenapa bisa begitu, padahal mereka sudah lama tak bertemu. Seharusnya getaran itu sudah tidak ada apalagi suaminya juga sudah baik dengannya. Tapi memang pria itu selalu saja membuat dirinya tidak bisa tenang.
"Oh iya soal itu...""Tanya saja ukh apa yang mengganggu. Ana disini mendengarkan."Sudah dipersilakan bertanya tapi hati Aida malah deg-degan sendiri dan tak yakin apakah dia akan mengajukan pertanyaan itu?"Mungkin lebih tepatnya aku ingin tahu semua ceritanya?"Ya, yang dibutuhkan oleh Aida memang bukan menanyakan satu demi satu peristiwa. Dia ingin sesuatu yang lengkap. Semuanya secara detail."Dimulai dari mana?"Irsyad kembali memberikan pertanyaan.
"Ana berjanji menunggu sampai saat itu, ukh. Sampai benar-benar ana bisa melihat ukhti bahagia bersama dengannya."Mas Irsyad, harusnya aku mengatakan tidak. Harusnya aku menolaknya. Harusnya aku tidak membiarkan dia melakukan itu semua.Sambil mengamati data-data yang sedang dirangkumnya untuk menyusun tugas akhirnya Aida terus menyalahkan dirinya sendiri tentang sesuatu yang dia sembunyikan di belakang suaminya.Sungguh ini ngejeliwet banget dan Aida juga pening sendiri. Dia tidak tahu sampai kapan dia harus menyembunyikan hubungan itu.Aku memang takut kalau suatu saat
Iya sebaiknya kita pulang Mas. Dan aku bisa kuliah offline lagi karena sekarang Mas Reiko masih lupa. Aku ingin bertemu dengan Mas Irsyad dan aku ingin bicara dengannya.Itu niatan sebetulnya di dalam hati Aida yang ingin dikatakannya pada suaminya.Tapi"Mas Reiko mau aku ceritain apa yang Mas Reiko pikirkan sampai mungkin pikiran Mas Reiko berpikir tidak mau bertemu dengan kakek?"Sesuatu yang diharapkan dikatakannya memang tidak pernah terucap dari bibir Aida karena dia masih ingat betul dan masih menggunakan otak warasnya untuk tidak menghianati suaminya.
"Hmm. Kenapa aku harus tidak mengizinkanmu pergi ke kampus Ai?"Reiko memberikan senyumnya sambil mengelus rambut Aida.Mereka hanya berdua di apartemen itu tentu saja Aida tidak menggunakan kerudungnya ataupun cadar."Daripada kamu di apartemen kamu nggak ada inspirasi buat ngerjain skripsi kamu terus kamu kayak kebingungan sendiri bukannya lebih baik kalau kamu ke tempat kuliahmu terus kamu ketemu temen dan bisa ngobrol bisa diskusi?"Mata itu terlihat teduh menatap istrinya dan kini Reiko juga mengelus pipi Aida."Lagi pula semakin cepat kamu menyelesaik