Alina: Brigita aku sudah bilang padamu pekerjaanku sangat banyak dan sekarang adalah waktu yang kritis. Tolong jangan ganggu aku dulu!
Brigita: Tapi sekarang aku sudah ada di London. Kau harus membantuku. Ibu macam apa kau membiarkanku kesulitan?
Alina: Terserah kau ingin berpikir apa sekarang. Tapi saat ini pekerjaanku tak bisa di-skip dan aku tidak bisa membantumu dulu sekarang. Aku akan menghubungimu lagi dalam dua sampai tiga bulan ke depan. Tolong jangan ganggu aku dulu!
Brigita: Alina! Aku sudah sampai di London kan aku bilang! Dan sekarang ini waktu yang tepat untuk dekat-dekat dengan Richard. Apa sulitnya kasih obat itu doang?
A
"Terima kasih sudah menungguku disini!"Reiko tadinya ingin menggunakan mobil dari kantornya untuk ke apartemen dan mengambil mobilnya sendiri tapi memang tadi sudah ada pesan dari Dimitri kalau sopir yang tadi mengantarkan Reiko tidak kemana-mana dan hanya menunggunya.Karena itu untuk menghemat waktu Reiko kembali lagi ke mansion Richard Peterson dengan menggunakan mobil yang sama."Dimitri mungkin besok aku cukup diantar ke apartemenku saja dan aku akan mengambil mobilku sendiri."Sesampainya di mansion saat pintu utama dibuka, Reiko langsung mengingatkan ini pada Dimitri sebelum pria itu menyapanya. Karena Reiko merasa kurang nyaman
Beraninya dia! Awas aja nanti kalau sudah berdua dengank, aku akan memakinya habis-habisan! Sembarangan sekali dia mengecup dahiku!Aida sungguh tak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Reiko. Apalagi dia menunjukkan seakan-akan itu bukan sebuah masalah dan sangat ringan sekali.Ingin sekali dirinya protes, tapi sayang, ada Anna dan Tasya di hadapannya yang tidak mungkin melihat Aida marah-marah.Dan ada apa dengannya? Kenapa sepanjang sore ini dia mepet-mepet terus ke aku, sih? Ya ampun, kalau mereka sudah tidur, aku harus protes padanya!Aida sungguh tak nyaman dan dia tak sangka dengan tingkah Reiko yang memang berbeda. Sebentar-sebentar merangkul pinggangnya, menariknya dan membuat kepala Aida menempel ke bahunya, mengecup dahinya, belum lagi dia juga kadang dari arah belakang, memel
"Bisa tidak sih, tidak dekat-dekat denganku terus, kalau lagi sama anak-anak? Risih tahu nggak, sih!"Aida langsung protes setelah sampai ke dalam kamarnya bersama dengan Reiko."Loh, kenapa tanya aku? Kan itu salahmu sendiri!""Salahku? Dari mana bisa ini semua salahku? Sudah jelas dari tadi kau yang terus-terusan mendekat padaku! Kenapa jadi aku yang disalahkan lagi?" Aida tak terima."Lagian ya, sudah lima hari ini Bapak terus-terusan saja mendekat padaku! Merangkulku, mengecupku, tak henti-hentinya terus saja menggangguku! Bapak menyukaiku, kah?""Kamu yang menebar rasa dan sekarang kamu sendiri yang menyalahkanku?""Eh ... apa sih, maksudnya Bapak, nih?"Aida kehabisan akal, dia tidak tahu apa y
"Sudahlah, kamu tidur aja! Kita lanjut ngobrolnya nanti aja. Lagian biasa kamu bangun juga jam tiga, kan?"Reiko tak ingin membebani Aida, tapi senyum yang disuguhkan di bibirnya malah membuat Aida jadi tidak tega."Aku sudah lihat berita. Ada perombakan besar-besaran di mall, kan? Nature Space dihilangkan dan bagian yang harusnya bisa menarik pengunjung, karena di sana mereka bisa menikmati hiburan bersama dengan teman, keluarga ataupun orang terkasih mereka juga sudah dihilangkan. Mall itu berubah dan bentuknya sama seperti pasar sekarang. Terlalu banyak toko dan kesannya setiap orang yang datang hanya disuguhkan tempat untuk berbelanja tanpa ada tempat rileks kecuali di foodcourt! Tapi yang duduk di foodcourt juga tidak boleh duduk tanpa memesan apa pun. Semuanya untuk komersial."Aida sebenarnya tidak mau mencari tahu tentang pekerjaan Reiko
"Bayaran?" Aida malah tersenyum smirk saat mengulang ucapan Reiko barusan."Hmm, kau memberikan ide padaku dan wajar jika aku membayarmu!""Dan setelah itu, Bapak bisa bilang kalau saya mengguna-gunai Bapak sehingga Bapak memberikan saya uang, karena perasaan Bapak dipermainkan oleh saya, begitu?""Ah, kau cukup pandai untuk membolak-balikkan kata! Seharusnya kau menjadi seorang hakim atau pengacara saja!""Harusnya. Supaya saya bisa tahu, apa pasal yang bisa memperberat Bapak saat saya nanti melayangkan gugatan cerai." Senyum Aida kembali terurai dan kata cerai membuat seseorang di sana merasa sakit di dalam hatinya.Tapi dia tidak mau menunjukkannya, justru tersenyum pada Aida sambil bicara:"Berpikir untuk bercerai supaya bisa dekat-
"Oh, Richard—""Aida, aku tahu kau pasti tidak akan pernah mau menerima pemberianku ini. Tapi aku benar-benar ingin memberikan ini padamu, karena kebaikanmu pada putriku!" Richard tidak membiarkan Aida bicara."Aku mohon! Kau harus menerimanya. Kalau kau menolaknya sama saja seperti kau tidak menghargai hubungan persaudaraan kita!" bujuk Richard lagi. "Kau telah merawat dua putriku. Jadi aku tidak tahu apa yang ingin kau beli dan apa yang ingin kau wujudkan dan aku tidak tahu apa rencanamu, jadi tolong terima saja!"Semoga dia tidak menerimanya! Aku berharap dia tidak menerimanya. Reiko di dalam hatinya sungguh tidak menginginkan Aida mengatakan iya. Tapi, apakah pikirannya ini sama dengan pikiran Aida?"Terima kasih, Richard. Pemberianmu ini sangat luar biasa. Aku akan menyimpannya."
"Berapa yang kau butuhkan?""Eh, apa?"Di dalam mobil, setelah mobil melaju meninggalkan kediaman Richard beberapa kilometer, suasana hening dan dingin itu akhirnya dicairkan dengan pertanyaan Reiko yang mengundang Aida untuk meresponnya."Berapa yang kau butuhkan supaya kau tidak akan pernah menggunakan kartu yang diberikan Richard? Dan jangan pura-pura bodoh padaku! Jangan pura-pura polos padaku!"Aida juga tidak ada niat untuk pura-pura bodoh dan polos. Dia bertanya tadi hanya untuk memastikan apa yang ingin diketahui oleh Reiko. Tapi dari balik cadarnya, Aida tersenyum sinis mendengar penjelasan dari Reiko barusan."Itu, di depan sana tolong hentikan mobilnya!""Kau mau apa? Turun dari mobil ini karena merasa sudah kaya dengan kartu
Dia beneran nggak pulang!Reiko yang sudah kembali ke apartemennya, bisa langsung mengecek di monitor dekat pintu masuk, berapa orang yang ada di dalam apartemennya.Di sana sudah jelas ditunjukkan kalau hanya ada dirinya sendiri. Perasaannya jadi makin gundah gulana. Apalagi dari tadi di kantor, dia juga tidak bisa konsen setelah keributannya dengan Aida.Seberapa kuat dirinya berusaha untuk tetap fokus, tapi tetap saja ada yang menjelu di dalam hatinya yang membuat rasa sakit dan tak nyaman. Setiap kali dia berusaha untuk menepis semua tentang Aida tapi telinga, pikiran dan matanya seperti selalu saja melihat Aida dan membayangkan tentang kata-kata Aida dan pikirannya terus saja dirong-rong seakan-akan ingin bertemu dengan wanita yang kini mengganggu benaknya.Semua menyakitkan untuk Reiko. Rasanya
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku