Ssssh, ada apa dengan diriku?
Pria itu menempelkan ujung jari telunjuknya dengan jempolnya sambil melakukan gerakan memutar satu sama lain sehingga tetesan air mata itu basahnya bisa merata di ujung jari keduanya.
Kenapa rasanya perih dan tidak nyaman? tanyanya yang sebetulnya dia juga tidak tahu harus menjawab apa tapi matanya kembali mengarah ke tempat tidur, sambil dia melangkah mendekat dan tangannya memegang sprei di sana.
Tempat tidur ini tidak pernah ditiduri. Terlihat debu di atasnya.
Reiko adalah seorang desain interior dan dia tentu saja paham tentang kebersihan ruangan. Tempat tidu
Sial aku lupa!Reiko yang masih memegang miniatur menara Eiffel itu pun menaruh pajangan itu dan matanya melirik pada wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi namun kini mau menutup pintu kamar mandi itu lagi."Keluar dari sini!" pekik wanita itu tentu saja masih terdengar olehnya."Hei, aku ke sini untuk bicara denganmu. Jangan tutup pintunya!"Tapi Reiko sigap, dia berlari cepat menahan pintu kamar mandi itu dengan ujung sendal dan tangannya."Aku baru mandi. Keluar kau! Aku mau pakai baju dulu, kalau aku harus bicara denganmu biarkan aku pa
"Ehem, cepatlah! Anda ingin bicara apa? Aku sudah duduk di sini tapi kenapa masih diam saja?"Aida tahu pikirannya bisa saja membuat dirinya menangis saat ini dan akan terlihat sangat bodoh sekali di hadapan seorang pria yang memang tidak mengingat tentang hubungan mereka di masa lalu.Karena itu Aida memutuskan untuk meminta Reiko cepat-cepat saja mengatakan keinginannya. Lagian apa lagi yang Reiko tunggu karena mereka sudah saling berhadapan."Ini aku baru mau ngomong," ucap pria itu di bibirnya.Tak bisakah dia bersabar sedikit? Aku kan mencoba berpikir apa sebenarnya yang terjadi pada diriku. Mana yang benar? Kenapa papaku sampa
"Pakaian wanita--"Aida tak melanjutkan ucapannya justru menghempaskan napas saat matanya mengarah pada apa yang tadi ditunjuk oleh Reiko."Hmm, aku tidak mungkin tertarik dengan wanita yang tidak sempurna seperti dirimu, jadi bagaimana mungkin pakaian wanita itu--""CUKUP!" Aida membulatkan matanya menyentak. "Aku wanita yang tidak sempurna dan tidak ada pria yang suka dengan wanita seperti diriku karena aku bukan wanita yang pantas untuk dicintai dan hanya pria buta saja yang mau bersama denganku karena masih banyak gadis lain yang tak cacat. Atau mungkin jika sudah tidak ada lagi wanita di dunia ini jadi terpaksa mereka melakukannya denganku. Begitu kan menurut Anda?"
Ish, wanita itu usianya pasti lebih muda dariku sepuluh tahunan kan? Bisa-bisanya dia bicara denganku tidak sopan begitu! Dasar bocil, manja, ngambekan! gerutu Reiko.Sesaat setelah kepergian Aida yang tampak kesal dan marah, makanya Reiko mengomel begitu sambil bersedekap menatap pintu yang sudah tertutup.Tapi lucu ya kalau dia ngambek, hehe! kini Reiko malah senyum-senyum sendiri.Ssssh kenapa bibirnya menggemaskan ya kalau lagi ngambek? Reiko kini menggerakkan jarinya menyusuri bibirnya sendiri.Aish, apa yang kupikirkan? bibir Reiko meringis kali ini, sambil mengamati isi ruangan sisi demi sisiny
"Richard, semuanya sudah siap. Tapi apa kau yakin tidak mau bermalam di sini saja dan tetap pulang?""Hmm, ya Mommy. Anna dan Tasya apa mereka sudah tidur?"Beberapa jam sebelumnya, di London, Richard menutup bukunya dan dia menatap seorang wanita yang kini baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya."Anna dan Tasya yah, mereka sudah terlelap. Daddy-mu yang menjaganya dan sepertinya dia juga ikut kelelahan. Jadi mereka tidur bareng di kamar Edward." Senyum Richard mendengar penjelasan Lena."Ada yang lucu?""Hmm. Itu artinya Daddy tidak menjaga mereka, Mommy.
"Tidak Richard, Mereka ada di sana kok!" Lena juga heran."Tadi aku jelas sekali meninggalkan Edward dengan anak-anakmu yang tidur di sisinya!" Lena pucat wajahnya saat menjawab.Dia yakin sekali dan dia bukan wanita yang sudah tua renta dan pikun."Dad!"Richard tahu kalau ibunya tidak berbohong. Makanya dia meninggikan suaranya mencoba memanggil. Tapi langkahnya terhenti. Richard sangat berhati-hati. Memang dia tidak masuk ke dalam. Richard hanya menunggu di luar menyapu pandangannya ke seluruh kamar itu."Kau ada di dalam, Dad? Anna? Tasya?" cemas wajah
"Daddy, apa yang terjadi? Kenapa bisa Ellena?"Richard tentu saja penasaran karena Edward, ayahnya tidak mungkin bersembunyi di dalam sana kalau memang dia tidak mengetahui sesuatu.Dia juga sedang menjaga anak-anak Richard saat tidur dan mereka tetap terlelap. Itu artinya Edward tidak pergi ke kamar Philips. Makanya Edward tak heran Richard bertanya begitu."Aku tadi terbangun karena haus. Lalu aku ingat kalau aku berjanji akan mampir ke kamar ayahku karena ada yang ingin dibicarakan olehnya. Tapi karena ini sudah malam, aku coba mengecek dulu kamarnya. Aku tidak perlu CCTV di mansion ini untuk melihat kondisi kamarnya itu karena aku memasang sendiri satu CCTV kecil yang tersembunyi, di tempel dan ayahku tidak tahu
Dia mau mempercayakan anaknya pada wanita itu? Dia mempercayainya? Apa dia juga kena guna-guna?Kaget sangat Reiko dengan permintaan Richard, makanya dia yang tadinya bersandar, kini duduk tegak memegang perutnya terasa sedikit sakit karena memang tadi dia baru saja muntah-muntah dan ini menambah stresnya juga.Cenat-cenut pun terasa lagi.Richard: Apa kau keberatan?Karena Reiko belum juga membalas Richard jadi berspekulasi.Reiko: Oh, tentu saja tidak.Reiko
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku