Inggrid: Kedatangan Mas Reiko di perusahaan Adiwijaya grup itu juga dimanipulasi sepertinya sama Pakde Lesmana. Karena Romo Adiwijaya kata ayahku juga sempat bilang dia agak merasa aneh karena Mas Reiko yang sikapnya itu biasanya keras kok tiba-tiba mau kembali. Ini jadi pertanyaan besar menurut Mas Seno. Tapi karena Mas Seno ndak cerita apa-apa, pakde Lesmana buat skenario. Mereka bilang ke Romo kalau ini diperintah oleh ayahnya Mas Reiko yaitu Pakde Endra. Bahkan kata ayahku, Romo sendiri yang cerita begitu. Dan Mas Seno juga cerita kalau Pakde Endra sendiri juga setuju kok kalau rencana itu dibuat. Orang Pakde Lesmana sendiri yang sudah bicara dengan Pakde Endra. Kalo bukan Mas Seno yang bilang aku juga ndak percaya.
Ada rasa lega dalam hati Aida karena Romo Adiwijaya tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya meski saat ini dia juga khawatir sesuatu yang lain.
Ssssh, ada apa dengan diriku?Pria itu menempelkan ujung jari telunjuknya dengan jempolnya sambil melakukan gerakan memutar satu sama lain sehingga tetesan air mata itu basahnya bisa merata di ujung jari keduanya.Kenapa rasanya perih dan tidak nyaman? tanyanya yang sebetulnya dia juga tidak tahu harus menjawab apa tapi matanya kembali mengarah ke tempat tidur, sambil dia melangkah mendekat dan tangannya memegang sprei di sana.Tempat tidur ini tidak pernah ditiduri. Terlihat debu di atasnya.Reiko adalah seorang desain interior dan dia tentu saja paham tentang kebersihan ruangan. Tempat tidu
Sial aku lupa!Reiko yang masih memegang miniatur menara Eiffel itu pun menaruh pajangan itu dan matanya melirik pada wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi namun kini mau menutup pintu kamar mandi itu lagi."Keluar dari sini!" pekik wanita itu tentu saja masih terdengar olehnya."Hei, aku ke sini untuk bicara denganmu. Jangan tutup pintunya!"Tapi Reiko sigap, dia berlari cepat menahan pintu kamar mandi itu dengan ujung sendal dan tangannya."Aku baru mandi. Keluar kau! Aku mau pakai baju dulu, kalau aku harus bicara denganmu biarkan aku pa
"Ehem, cepatlah! Anda ingin bicara apa? Aku sudah duduk di sini tapi kenapa masih diam saja?"Aida tahu pikirannya bisa saja membuat dirinya menangis saat ini dan akan terlihat sangat bodoh sekali di hadapan seorang pria yang memang tidak mengingat tentang hubungan mereka di masa lalu.Karena itu Aida memutuskan untuk meminta Reiko cepat-cepat saja mengatakan keinginannya. Lagian apa lagi yang Reiko tunggu karena mereka sudah saling berhadapan."Ini aku baru mau ngomong," ucap pria itu di bibirnya.Tak bisakah dia bersabar sedikit? Aku kan mencoba berpikir apa sebenarnya yang terjadi pada diriku. Mana yang benar? Kenapa papaku sampa
"Pakaian wanita--"Aida tak melanjutkan ucapannya justru menghempaskan napas saat matanya mengarah pada apa yang tadi ditunjuk oleh Reiko."Hmm, aku tidak mungkin tertarik dengan wanita yang tidak sempurna seperti dirimu, jadi bagaimana mungkin pakaian wanita itu--""CUKUP!" Aida membulatkan matanya menyentak. "Aku wanita yang tidak sempurna dan tidak ada pria yang suka dengan wanita seperti diriku karena aku bukan wanita yang pantas untuk dicintai dan hanya pria buta saja yang mau bersama denganku karena masih banyak gadis lain yang tak cacat. Atau mungkin jika sudah tidak ada lagi wanita di dunia ini jadi terpaksa mereka melakukannya denganku. Begitu kan menurut Anda?"
Ish, wanita itu usianya pasti lebih muda dariku sepuluh tahunan kan? Bisa-bisanya dia bicara denganku tidak sopan begitu! Dasar bocil, manja, ngambekan! gerutu Reiko.Sesaat setelah kepergian Aida yang tampak kesal dan marah, makanya Reiko mengomel begitu sambil bersedekap menatap pintu yang sudah tertutup.Tapi lucu ya kalau dia ngambek, hehe! kini Reiko malah senyum-senyum sendiri.Ssssh kenapa bibirnya menggemaskan ya kalau lagi ngambek? Reiko kini menggerakkan jarinya menyusuri bibirnya sendiri.Aish, apa yang kupikirkan? bibir Reiko meringis kali ini, sambil mengamati isi ruangan sisi demi sisiny
"Richard, semuanya sudah siap. Tapi apa kau yakin tidak mau bermalam di sini saja dan tetap pulang?""Hmm, ya Mommy. Anna dan Tasya apa mereka sudah tidur?"Beberapa jam sebelumnya, di London, Richard menutup bukunya dan dia menatap seorang wanita yang kini baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya."Anna dan Tasya yah, mereka sudah terlelap. Daddy-mu yang menjaganya dan sepertinya dia juga ikut kelelahan. Jadi mereka tidur bareng di kamar Edward." Senyum Richard mendengar penjelasan Lena."Ada yang lucu?""Hmm. Itu artinya Daddy tidak menjaga mereka, Mommy.
"Tidak Richard, Mereka ada di sana kok!" Lena juga heran."Tadi aku jelas sekali meninggalkan Edward dengan anak-anakmu yang tidur di sisinya!" Lena pucat wajahnya saat menjawab.Dia yakin sekali dan dia bukan wanita yang sudah tua renta dan pikun."Dad!"Richard tahu kalau ibunya tidak berbohong. Makanya dia meninggikan suaranya mencoba memanggil. Tapi langkahnya terhenti. Richard sangat berhati-hati. Memang dia tidak masuk ke dalam. Richard hanya menunggu di luar menyapu pandangannya ke seluruh kamar itu."Kau ada di dalam, Dad? Anna? Tasya?" cemas wajah
"Daddy, apa yang terjadi? Kenapa bisa Ellena?"Richard tentu saja penasaran karena Edward, ayahnya tidak mungkin bersembunyi di dalam sana kalau memang dia tidak mengetahui sesuatu.Dia juga sedang menjaga anak-anak Richard saat tidur dan mereka tetap terlelap. Itu artinya Edward tidak pergi ke kamar Philips. Makanya Edward tak heran Richard bertanya begitu."Aku tadi terbangun karena haus. Lalu aku ingat kalau aku berjanji akan mampir ke kamar ayahku karena ada yang ingin dibicarakan olehnya. Tapi karena ini sudah malam, aku coba mengecek dulu kamarnya. Aku tidak perlu CCTV di mansion ini untuk melihat kondisi kamarnya itu karena aku memasang sendiri satu CCTV kecil yang tersembunyi, di tempel dan ayahku tidak tahu