"Hmm, iya ngomong aja!"
"Ssssh! Mas Reiko!" Aida sudah melotot.
"Iya, iya, aku ga masuk situ."
Reiko menyerah. Tapi bibirnya sudah tersenyum puas karena berhasil menggoda istrinya.
Kalau memikirkan masalahku dan pekerjaanku rasanya dunia ini seperti hampir berakhir. Lelah sudah pikiranku. Tapi kalau sedang bercanda seperti ini dengannya rasanya ini bisa menghibur diriku. Walaupun cobaan itu terasa berat dan aku juga masih kesal, tapi aku masih bisa tersenyum kalau wanita ini mulai kesal karena aku menggodanya. Reiko menikmati keisengannya itu dan ….
"Ndak bisa lah, Mas!""Sudahlah, Ai." Reiko mencoba rasional saat Aida masih bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tadi soal ide yang mau disampaikannya ini."Dan sekarang yang aku pikirin bagaimana aku menyelamatkan papa. Karena di perusahaan itu, papa sudah berusaha keras sekali untuk membangunnya di saat pak lek gak mau peduli sama sekali. Dia juga sudah bilang padaku kalau dia gak mau mengurusnya. Tapi tiba-tiba ada orang suruhan Reyhan yang ditugaskan ke perusahaan. Makanya ini sudah saatnya aku gak main-main lagi dan melupakan semua tentang impianku itu demi menyelamatkan papa!"Wajah itu terlihat sulit saat bicara dan kini dia kembali menatap Aida dengan senyum di bibirnya mencoba untuk menunjukkan kala
"Hmm, aku tahu ini bisnis dan mereka bukan orang sembarangan dan mereka juga orang yang berbahaya karena orang kedua terkaya di Indonesia bahkan tidak bisa berbuat apa pun saat Mas Reiko harus ada di penjara."Aida bicara berdasarkan fakta dan saat ini pembicaraan memang bukan sesuatu yang mudah."Makanya aku nggak mau kamu bahas masalah ini lagi. Udah selesai pembicaraan di sini!"Dengan suara baritonnya Reiko tegas pada Aida.Tapi apa wanita itu mau mendengarkannya?"Sapa yang mo main-main, Mas? Aku serius loh. Ideku ini bisa bikin kondisi berbalik arah!"
"Heish, sudah, kamu jangan main salah-salahan. Lihat nih udah jam berapa? Cepetan ngomong mau bilang apa, Ai?"Hampir seperempat jam waktu berlalu, makanya Reiko menjadikan ini dalih supaya dia tidak kena omel oleh Aida."Ehem, yah gitu Mas, jadi kita buat desain baru. Kita buat sesuatu yang baru yang bisa bikin tempat itu jadi fenomenal. Dan orang-orang suka dengan desain yang ada di sana. Dengan arsitekturnya, dengan interiornya. Bikin mereka tuh nggak tahan buat nggak pegang HP mereka dan selfie!"Aida kembali fokus. Tak sulit untuk membuat wanita itu kembali ke rel pembicaraan. Aida memang memiliki fokus yang bagus."Karya itu harus yang terbaik, dan dia akan menarik banyak o
"Maksudmu, Ai?" Reiko nge-blank."Mas Reiko pasti membuat nature space di dalam Aurora corporation untuk menciptakan suasana hijau di dalam hiruk pikuk Mall, tapi tidak dengan tanaman palsu. Dan kebanyakan sekarang rata-rata mall di Indonesia mereka lebih suka menggunakan tanaman palsu. Karena itu lebih mudah untuk dirawat dan tidak perlu ribet menjelaskan pada staf kebersihan bagaimana merawatnya. Nggak perlu memberikan extra cost juga untuk beli pupuk dan obat untuk hama tanaman. Bener kan?""Hmmm!" Reiko tak menyangkal. "Iya, tapi tadi apa maksudmu?" Namun Reiko tak sabaran."Maksudku kita akan menyerang dengan cara yang lain, Mas! Kita akan membuat perbedaan ini menjadi salah satu yang paling mencolok dari desai
"Eheheh, Mas Reiko kenapa nanya itu?" Aida tersenyum dengan deru jantungnya yang merasa sangat takut."Kalau sampai ada yang mengganggu hatimu di kampus dan kamu juga melayaninya …." Reiko memicingkan matanya.Glek!Membuat Aida ngeri betul karena sepertinya ancaman itu seperti menyindirnya dan tatapan Reiko seakan dia mau menguliti Aida membuat wanita itu mundur selangkah disaat Reiko juga maju selangkah."Aku tak akan segan-segan mencincangnya sampai seratus potong dan kamu, akan kupasung di rumah. Tak ada yang akan kuizinkan menemuimu!""Ahahahah.
"Yep!"Reiko mengangguk dengan senyumnya, tapi Aida masih bingung maksud dari tatapan dan sikapnya itu."Jadi kita kerjasama ama Bang Ibra?""Kamu pernah bilang dia sangat beruntung karena dia bisa punya masjid. Bener, kan?" Reiko malah bertanya balik."Mas Reiko mau bikin masjid?" Aida mengangguk tanda dia ingat obrolan itu sambil bertanya balik."Bukan."Memang bukan itu rencana Reiko."Terus gim
"Mas Reiko ndak sekalian ngebunuh aku aja gitu loh Mas!""Maksudmu apa sih? Ayo cepet!"Aida tadinya mau protes. Tapi suaminya sepertinya tidak mau mendengarnya dan justru menariknya keluar dari lift menuju ke helipad yang baru saja mendarat helikopter di atasnya."Mas, aku ini mahasiswa baru. Dan tidak boleh diantar lewat gerbang kampus. Tapi helipad itu ada di depan rektorat, dalam gerbang kampus. Nanti aku gimana? Bisa di-bully sama mahasiswa di sana. Apalagi mereka udah ngeliat gimana perlakuan buruk dari keluarga Adiwijaya? Mas Reiko mau mencoreng nama Adiwijaya memangnya?""Huh?"
Alhamdulillah, untung aku ndak telat!Tepat sekali beberapa detik sebelum batas waktu kedatangan tiba, Aida sudah sampai di ruang untuk MABA dari fakultasnya."Aida, kenapa kamu bisa sampai mepet gini nyampenya? Kemarin masih ada selang waktu. Ini pas banget waktunya. Habis lembur ya tadi malem?""Huh, lembur ngomongin konsep bisnis!""Bisnis? Bisnis apaan? Bikin anak?" seru Inggrid yang bicara sambil berbisik-bisik karena kakak tingkat mereka sudah bicara di depan, untuk memberikan pengarahan kegiatan hari ini."Nantilah aku ceritanya. Ki