“Kenapa, sih? PMS?”
Kristal tidak langsung menjawab, tapi masih uring-uringan dan membuat Jean hanya bisa menggeleng pelan.
“Cari gelato dulu, yuk,” ajak Kristal.
Mereka baru saja selesai meeting dengan klien dan Kristal benar-benar merasa suntuk. Beruntung juga meeting itu selesai tepat setelah jam kerja usai. Jadi mereka tidak perlu kembali ke kantor, hanya perlu mengirim daily report.
Jean melirik ke arah Kristal dan akhirnya mengiakan. Saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah dan mobilnya berhenti, perempuan itu menyodorkan ponselnya pada Kristal.
“Cariin, dong, mau ke mana lewat Google Maps.”
“Nggak usah pakai maps.” Kristal menyerahkan ke
Kinokuniya Plaza Senayan adalah salah satu tempat favorit Aksa di Jakarta. Toko buku tersebut tidak seramai tempat lain, tapi jelas lebih luas daripada Periplus. Buku-buku yang Aksa cari pun lebih sering tersedia di Kinokuniya dibanding di Periplus, maka dari itu dia memilih untuk ke sini hari ini.Oh, tidak, tidak. Lelaki yang hari ini mengenakan setelan kasual tersebut tidak benar-benar ingin ke Kinokuniya. Ia hanya sibuk melarikan diri.Hari ini hari ulang tahun Kristal. Semalam Hafi mengajaknya untuk ikut memberi kejutan pada Kristal, tapi Aksa menolaknya“Kenapa? Karena ada Kai? Atau karena hari ini juga anniversary pernikahan mereka?” ledek Hafi yang Aksa tahu hanya candaan.Tapi Hafi tidak tahu kalau pertanyaannya adalah alasan Kristal memilih melarikan diri ke sini diband
[Kristal. SMA kelas 2.]Julia memperhatikan bagaimana Kristal, putrinya, mingle ke sana ke mari dengan teman-teman SMA-nya yang diundang ke pesta ulang tahun ke tujuh belasnya ini.Putrinya itu terlihat cantik dengan little black dress-nya yang terlihat simpel dan tambahan set perhiasan dari Pandora yang ia hadiahkan tadi pagi untuk sang putri.Penampilan Kristal malam ini adalah pilihannya sendiri. Julia tersenyum kecil pada penampilan putrinya yang benar-benar seperti dirinya, sederhana namun terlihat istimewa.“Udah besar, ya, anak kita ternyata,” ucap Petra yang merangkul pinggangnya dengan erat.“Iya, nggak berasa, ya.” Julia tersenyum. “Rasanya baru kemarin dia masih balita dan udah ngejar-ngej
“Aktor yang namanya tengah bersinar usai film yang dibintanginya menjadi film terlaris di tahun ini, Sagara Zantman, datang memenuhi panggilan kepolisian.“Sagara dicurigai terlibat dalam kasus pencemaran nama baik dua penyanyi, yang baru-baru ini diberitakan terlibat skandal di sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan.”Kristal mengganti channel televisi kantornya dengan senyuman puas saat mengetahui kalau proses penyidikan sudah berjalan. Semua bukti yang mereka punya telah diserahkan ke kepolisian dan tinggal menunggu proses selanjutnya.“Good job, Ta.” Bang Leo yang kebetulan ada di ruang istirahat, menepuk bahu Kristal dengan bangga. “Lancar, kan, semuanya?”Kristal mengangguk. “So far, sih, lancar, Bang. Kepolisian untungnya juga
Kai menatap ke luar jendela kantornya dan mendapati langit Jakarta sudah berubah warna menjadi jingga dan violet yang berpadu dengan sempurna.Sadar kalau sebentar lagi Kristal pasti akan segera pulang, Kai mengambil ponselnya dan menghubungi istrinya tersebut.“Sayang, hari ini makan di luar, yuk,” ucap Kai begitu panggilannya dijawab oleh Kristal.Akhir-akhir ini keduanya benar-benar sibuk. Sampai-sampai seminggu yang lalu ia melewatkan ulang tahun Kristal dan hanya bisa merayakannya menjelang tengah malam.Kasus Cessa benar-benar membuatnya harus bekerja lebih keras dua kali lipat, karena beberapa pihak jadi meragukan kapabilitasnya dan para pegawainya yang bekerja di Big Screen.Maka dari itu saat malam ini pekerjaannya tidak terlalu banyak, ia ingin mengaj
Proses penyidikan berjalan lancar dan sesuai dugaan Aksa, Sagara langsung terbukti melakukan penyebaran rumor palsu mengenai Hafi dan Fioletta, juga menyebarkan sex tape yang direkam tanpa consent dari Cessa.Tentu saja proses ini berlangsung tidak sebentar, sekitar empat bulan sampai akhirnya Sagara dijatuhi vonis hukuman penjara dan denda sekian ratus juta untuk subsidiari kurungan.Hafi, Fioletta, dan Cessa beberapa kali menjadi trending topic, terutama Cessa. Beruntungnya, sebagian besar masyarakat yang tadinya menghujat Cessa dengan membabi buta, kini berbalik bersimpati padanya.“Thank you, Sa.”Ucapan itu membuat Aksa menoleh dan mendapati sosok Hafi kini berada di sebelahnya. Saat ini mereka semua—Hafi, Fioletta, Aksa, Kristal, Kai, Jean, dan beber
“Jadi kamu baru selesai belanja bikini?” tanya Hafi saat tidak sengaja melihat isi paper bag yang sedari tadi dibawa Kristal.“Ssst!” Kristal melotot galak pada Hafi. “Bisa nggak, sih, nggak usah ngumumin ke seluruh pengunjung restoran ini kalau aku baru beli bikini?”Hafi tertawa puas melihat raut garang di wajah Kristal. Malam ini mereka tidak sengaja bertemu di Central Park. Saat Kristal sedang berjalan, Hafi yang baru turun dari eskalator langsung menghampiri sosok sahabatnya yang sangat ia kenal itu.Kemudian mereka pun berakhir di Pizza Marzano.“Tumben kamu main ke daerah sini. Biasanya di selatan terus.”“Tadi abis dari kantor klien di Slipi,” jawab Kristal. “Aku perhatiin kayaknya
Jadi sahabat untuk seseorang, berarti kadang kita harus siap menjadi teman curhat atau sekadar menemaninya jalan tidak tentu arah kapan pun dibutuhkan (dan kalau memungkinkan).Seperti apa yang dialami Hafi saat ini. Setelah Fioletta menolak ajakan kencannya (Yah, sudah biasa juga, sih, pikir Hafi lagi), tiba-tiba Kristal menelepon dan memerintah bagai seorang ratu pada pengawalnya.“Temenin aku ke Empire sekarang.”Hanya itu yang dikatakan Kristal sebelum menutup telepon dengan semena-mena. Hafi yang masih meringkuk di sofa apartemennya sambil menonton re-run FRIENDS, akhirnya mau tidak mau mengganti pakaiannya.“Ni orang beneran ngajak dugem?” gumam Hafi ragu, tapi tetap keluar dari apartemennya dan bersiap meluncur dengan BMW-nya untuk menjemput si tuan putri.
Hafi: Bro, you owe me A LOT! Nemenin singa betina nggak pernah gampang ya, sori sori aja nih.Kai mendesah pelan melihat pesan dari Hafi, sahabat baik istrinya. Kai sadar ia memang berutang banyak pada lelaki itu karena lelaki itulah yang kini menemani istrinya di Jakarta.Kristal jelas-jelas marah besar dengan Kai yang membatalkan rencana honeymoon mereka. Awalnya justru Kai-lah yang mengajak Kristal. Mereka sudah melalui banyak hal yang melelahkan dan rasanya pergi honeymoon lagi bukanlah hal yang salah.Kristal pun langsung setuju dan mereka berdua mulai mengatur semua yang diperlukan, resort, rencana wisata apa saja yang ingin mereka ikuti, dan hal-hal lainnya.Sampai akhirnya sutradara kurang ajar ini membuatnya harus pergi langsung ke Jogja.Kai: Thank you. Pls temenin dia walaupun dia minta ke Mars sekalipun.Hafi: Ke Mars? OGAH!“Siapa? Tata?”Kai mendongak dari ponselnya dan mengernyit tidak suka saat Vito dengan seenaknya memanggil sang istri dengan nama panggilan seakrab it
“Menurut kamu, gimana filmnya?”Kristal menoleh pada Kai dan menatapnya dengan penuh perhitungan. “Kamu mau jawaban jujur atau bohong?”Kai menyeringai. “Jujur dong, Babe.”“Hm….” Kristal mengusap dagunya sembari berpikir. “Alur ceritanya agak membosankan, terlalu sering dijadiin formula film-film sejenis dan nggak ada twist apa-apa.“Perkembangan karakternya juga nol. Padahal film atau buku itu akan bener-bener seperti ‘film dan buku’ ketika karakternya berkembang—menurutku tapi ini, ya.“Kayaknya kalau bukan karena kamu yang ngajak, aku nggak bakal mau nonton, deh.”Kai
Kai menatap istrinya untuk waktu yang lama. Kristal bukannya tidak sadar kalau suaminya yang tengah duduk di tepi ranjang tengah mengamatinya yang kini sedang memoles wajahnya dengan riasan.“Kenapa, sih, Mas?” Akhirnya Kristal tidak tahan untuk angkat bicara. “Lipstikku menor banget, ya?”Kai tergelak seraya menggeleng. “Nggak, red looks so good on you.”Perempuan yang hari ini mengenakan atasan plisket berwarna biru langit dan midi skirt hitam tersebut menatap Kai dengan curiga. “Terus? Kok ngelihatin aku kayak gitu banget?”“Soalnya kamu cantik.”“Basi, Mas.”Kai kembali tertawa. Kristal yang sudah selesai pun beranjak ke ranjang dan duduk di sa
Kristal menatap deretan buku yang ada di ruang santai di lantai dua. Hari telah beranjak siang saat ia naik ke lantai atas untuk mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya.Akan tetapi, ia malah terdistraksi oleh rak buku yang penuh dengan buku anak-anak dan buku dongeng di ruang santai. Baru minggu lalu ia dan Kai membeli banyak buku di Gramedia dan Periplus untuk anak mereka.Menunda keinginannya untuk mengambil laptop, Kristal beralih pada ruang santai dan duduk di single sofa yang terletak di depan rak tersebut.Matanya mengamati deretan buku beraneka warna dan beraneka ukuran tersebut memenuhi rak buku mereka. Kristal dan Kai berharap anak mereka nanti akan suka membaca seperti mereka berdua.Kai
“Mas, makan di luar, yuk. Mau nggak?”Hari ini adalah hari Kamis dan hari sudah menjelang sore, saat tiba-tiba Kristal menoleh padanya yang tengah meneliti dokumen untuk ia bawa meeting hari Senin minggu depan.Kristal sendiri baru menyelesaikan pekerjaannya setengah jam yang lalu dan mulai merasa bosan.Sebagai orang yang keluar rumah lima hari dalam seminggu, berada di rumah dari hari Minggu sampai Kamis seperti ini sudah mulai membuatnya jenuh.“Mau.” Kai menjawab tanpa berpikir panjang. “Mau makan di mana, Sayang?”“Pancious?” Kristal meringis karena lagi-lagi nama restoran itulah yang ia pilih. Di kepalanya hanya akan selalu ada dua tempat makan yang akan sudi ia datangi dalam mood apa saja, McDonald’s dan PanciousKai mengacak rambut Kristal dengan gemas. “Boleh.”“Kamu sibuk banget, Mas?” tanya Kristal sambil mendekat pada Kai hingga tubuh mereka bersisian, dan perempuan itu menatap laptop di depan Kai. “Masih banyak nggak kerjaannya?”“Nggak, kok,” jawab Kai untuk dua pertanya
Walau dokter mengatakan biasanya ketika proses kuretase berjalan lancar pasien bisa beraktivitas kembali setelah pulang dari rumah sakit, Kai tetap menganjurkan Kristal untuk beristirahat. Maka di sinilah Kristal, menghabiskan beberapa hari cutinya di rumah.Dalam diam Kai dan Kristal sama-sama sepakat kalau waktu istirahat bukan hanya untuk menyembuhkan diri pasca proses medis tersebut, tapi juga mengistirahatkan mental yang benar-benar lelah.“Kamu nggak ke kantor?” tanya Kristal setelah siang itu mereka tiba di rumah.“Nggak.” Kai menggeleng sambil ikut duduk di sofa, di samping Kristal. “Aku juga cuti.”Kristal mengerutkan keningnya. “Mas, aku nggak apa-apa. Kamu nggak perlu jagain aku 24 jam.”“It’s okay. Kalaupun kamu nggak butuh aku di sini, aku yang butuh kamu, Ta.”Ucapan Kai membuat Kristal terdiam selama beberapa saat. Dengan hati-hati, Kai merengkuh Kristal ke dalam dekapannya.Saat itulah, dari puluhan pelukan yang ia dapat sejak mereka dikabarkan kalau sang calon anak ya
Kristal terbangun karena rasa sakit yang membuat kepalanya juga langsung pusing. Namun, ia menahan diri untuk tidak memanggil siapa pun. Jadi yang ia lakukan hanya berdesis pelan, sepelan mungkin agar Kai tidak terbangun.Kristal bisa merasakan bagaimana Kai tertidur di samping ranjangnya, dengan posisi yang tidak nyaman. Kepalanya terkulai di sisi ranjang yang Kristal tempati dengan kedua tangannya yang menggenggam tangan Kristal.Kristal menelisik ke sekitarnya dan tidak menemukan siapa pun selain Kai. Sebenarnya beberapa jam yang lalu ia sempat terbangun, namun hanya bisa mendengar suara Julia dan Kai yang mengobrol lirih, kemudian ia jatuh tertidur lagi.Kristal mencoba menghela napas dalam-dalam. Tatapannya kini terpaku pada langit-langit kamarnya.“Kak… kok kamu tinggalin Mama sama Papa, sih? Katanya mau ketemu sama Mama sama Papa,” lirihnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.Rasanya masih seperti mimpi saat dokter mengatakan padanya kalau janinnya tidak berkembang dan ha
[Kehamilan Kristal. Minggu kelima.]Kai yang baru pulang bekerja memanggil Kristal, saat ia tidak menemukannya di ruang tengah atau di ruang makan. “Tata?”Karena tidak ada sahutan, Kai berpikir mungkin Kristal ada di kamar. Mengingat akhir-akhir ini istrinya mudah sekali merasa mengantuk.“Mas?”Panggilan itu membuat langkahnya terhenti dan kembali turun dari dua anak tangga yang sudah ia naiki. Matanya menangkap sosok Kristal yang melongok ke arahnya dari teras samping.“Lho, di sini kamu ternyata,” ucap Kai saat menghampiri istrinya dan memeluknya. Kemudian ia mencium kening dan bibirnya seperti biasa. “Ngapain malem-malem di luar?”“Lihatin bintang.” Krista
Hari ini adalah kunjungan rutin Kristal ke dokter kandungan. Dan seperti biasa, Kai tentu menemaninya. Lelaki itu tidak pernah meninggalkan Kristal pergi sendiri di jadwal kunjungan rutinnya.Kristal merasa excited karena hari ini akan menyapa anaknya lewat USG dan mendengarkan apa kata dokter mengenai kandungannya, tapi ada sedikit keresahan yang muncul sejak semalam.Walaupun begitu, ia berusaha baik-baik saja di depan Kai karena tidak ingin membuat suaminya khawatir. Hanya saja usahanya digoyahkan dengan apa yang ia dapati pagi ini.“Sayang.” Panggilan Kai diiringi ketukan di pintu kamar mandi. “Tumben lama? Kamu nggak pingsan, kan?”“Nggak, kok.” Gema suaranya menyamarkan su
“Sayang, kamu belum mau liat-liat baju buat si Kakak?”Pertanyaan Kai membuat Kristal yang tadinya sedang melihat website Sephora untuk request makeuppada Hafi, jadi terhenti karenanya. “Baru tiga bulan, Mas.”“Iya, sih.” Kai mengangguk pelan. “Tapi kayaknya lucu nggak, sih, kalau kita mulai cicil baju bayi?”Kristal terkekeh pelan dan meninggalkan iPad Kai yang tadinya ia pinjam di atas meja.“Mas, baju bayi tuh kepakenya cuma sebentar, lho. Kan, makin lama dia makin gede. Kalau kita beli dari sekarang, nanti yang ada pas Kakak baru lahir, stok bajunya udah hampir setengah baju kita.”Kai yang baru sadar setelah mendengar ucapan Kristal langsung terkekeh malu. Ia menggaruk tengkuknya ya