Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Diinginkan / 271. Kekhawatiran Orang Tua

Share

271. Kekhawatiran Orang Tua

last update Last Updated: 2023-05-04 19:11:31

“Apa sekarang nomornya sudah aktif?” Feli menatap cemas pada Archer yang tengah menempelkan ponsel di telinga.

Archer menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan kasar seraya mengusap wajahnya, gusar. “Belum, Sunshine. Masih belum aktif,” jawabnya, yang membuat Feli seketika terduduk lemas di sofa.

“Ke mana dia? Kenapa dari kemarin malam nggak bisa dihubungi? Nggak biasanya Kimmy seperti ini, Yang,” keluh Feli dengan raut muka khawatir, ia berdiri, berjalan mondar-mandir, kemudian duduk lagi seolah tidak menemukan kenyamanan.

“Kakak tersesat kali, Mi.”

“Adek!” sergah Feli dengan cepat. “Hati-hati kalau ngomong, Sayang.”

Pemuda tanggung yang mirip dengan Archer saat kecil itupun meringis, tanpa menunjukkan perasaan bersalahnya di depan sang ibu. “Ya… kan Kakak teledor orangnya, Mi. Atau bisa jadi handphone-nya hilang. Emang udah paling bener diam di rumah aja Kak Kimmy tuh.”

“Mami juga berpikiran seperti itu, Nak, kemungkinan besar handphone-nya Kimmy hilang.” Feli menggigit bib
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Yenita Fitri
kapan Thor up nya,,,,,......
goodnovel comment avatar
Nindry Ayangcrut
ak greget kr critone penasaran hahahha
goodnovel comment avatar
Nia
Kim......buruan deh telp papi mamimu. Biar mereka ga terlalu khawatir.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Tak Diinginkan   272. Snowflakes

    “Bodoh! Bodoh! Kenapa aku nggak pinjam handphone dia buat telepon papi?!”Kimberly terus menggerutu, menyesali kebodohannya, sambil terus berjalan menyeret koper di tengah-tengah terjangan udara dingin.Akan lebih mudah lagi jika ia hapal nomor Nancy. Sayang, Kimberly hanya hapal dua nomor telepon orang tuanya saja. Bahkan nomor Ernest saja dia tidak ingat.Kimberly terus melangkah di jalanan yang hanya cukup dilewati satu mobil dan lengang, melewati rumah-rumah unik yang dindingnya terlihat seperti tumpukan batu-batu kecil.Andorra memiliki pemandangan yang menakjubkan. Harapan Kimberly bermain ski di negara ini hancur sudah akibat keteledorannya.Rencana Kimberly sudah tersusun rapi untuk hari ini. Ia akan mencari telepon umum lebih dulu untuk menelepon orang tuanya supaya mereka tidak khawatir.Kemudian datang ke kantor polisi, menindaklanjuti kasus kehilangan tasnya. Setelah itu pergi ke hotel yang sudah dia pesan saat masih di Spanyol—hotel yang mengusirnya pergi karena tidak ada

    Last Updated : 2023-05-05
  • Istri yang Tak Diinginkan   273. Kekasih

    Seorang pria berdiri di depan dinding kaca, bersedekap dada, kaos katunnya mampu mencetak otot lengannya yang tidak terlalu besar tapi padat. Mata hitamnya memandangi salju yang berjatuhan ke atap rumah-rumah yang letaknya lebih rendah dari rumahnya.Ini salju pertama di hari liburnya, setelah berbulan-bulan keliling dunia untuk kompetisi balapan yang sudah ia geluti sejak delapan tahun lalu.Rozano Malik Novhar—pria berusia 27 tahun itu telah sukses menjadi pembalap profesional.Menjadi pembalap adalah cita-cita yang sengaja ia pendam semenjak kecil. Karena keterbatasan hidup yang ia jalani, membuat cita-citanya itu menjadi sangat mustahil untuk digapai. Apalagi ketika ia hidup seorang diri setelah ditinggalkan keluarganya dengan cara mengenaskan.Sekarang… semua kesulitan itu telah terlewati. Di panti asuhan, ia mendapat banyak kesempatan untuk berkembang.Malik mendapatkan beasiswa SMP dan SMA di salah satu sekolah internasional favorit, di Jakarta. Lalu, saat ia menginjak bangku k

    Last Updated : 2023-05-05
  • Istri yang Tak Diinginkan   274. Sang Penolong

    Kimberly terpaksa membongkar koper untuk mengeluarkan tisu. Ia panik, telapak tangannya sudah dipenuhi darah yang terus keluar dari hidung.Dengan satu tangan yang masih bersih, dia cukup kesulitan mengambil tisu di antara tumpukan pakaian. Dia membongkar kopernya di pinggir jalan yang agak sepi. Salju membasahi baju-baju di dalam koper.Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Kimberly menutup koper itu lalu menyambar beberapa lembar tisu. Sambil terisak-isak, ia lantas menyumpal hidung dan membersihkan tangan dengan tisu basah.Malang sekali nasibnya. Kala ingat dirinya yang kini sendirian dalam kondisi seperti ini, tangisan Kimberly semakin deras. Menumpahkan kekesalan, kesedihan dan kesepiannya dalam tangisan itu.“Mami… Papi… aku ingin pulang,” lirihnya sembari membenamkan wajah di atas lutut. Bahunya bergetar. “Aku takut di sini sendirian.”Kimberly terus menangis tanpa peduli ia ada di mana saat ini. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara kopernya yang diresletingkan.Sontak, Kimberl

    Last Updated : 2023-05-05
  • Istri yang Tak Diinginkan   275. Orang Miskin

    “Telepon dari siapa?” tanya Feli dengan suara serak khas orang bangun tidur, saat Archer menghampiri ranjang.Archer mengulum senyum. Feli tahu senyuman itu terlihat dipaksakan untuk membuat dirinya tidak khawatir.Sejak mendengar kabar dari Nancy beberapa saat yang lalu, bahwa Nancy tidak menemukan Kimberly di hotel yang sudah disewa—di Andorra, Feli tak berhenti menangis hingga ia kelelahan dan akhirnya tertidur. Suara Archer yang terdengar agak panik saat bicara di telepon barusan, di balkon, membuat tidur Feli terganggu hingga terbangun.“Kimmy, Sunshine,” jawab Archer.Feli terkejut, ia segera bangkit duduk dengan tatapan penuh tanya. “Kimmy?” ulangnya tak percaya. “Barusan Kimmy nelepon kamu? Serius? Kamu nggak sedang bercanda, ‘kan?”Archer duduk di samping sang istri, lalu menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. Sebisa mungkin Archer berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan kekhawatirannya, demi membuat Feli tenang.“Hm-hm, barusan anak kita yang telepon. Dia pakai telepon um

    Last Updated : 2023-05-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   276. Demam

    “Bagaimana? Temanmu ada di sini?” tanya Malik tak sabar, perasaannya mendadak tidak enak. Sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya hari ini.Dengan bibir cemberut, Kimberly menjawab, “Sepertinya aku emang ditakdirkan nggak ketemu temanku lagi di sini,” rengeknya, matanya berkaca-kaca.Malik ternganga. “Jadi maksudmu… kamu nggak akan pergi hari ini?”Alih-alih menjawab, Kimberly malah duduk di samping Malik, menatapnya dengan ekspresi memelas dan berkata, “Bisakah malam ini kamu memberiku tumpangan menginap lagi? Uangku nggak cukup untuk bertahan hidup sampai aku menemukan pasporku.”Rahang Malik berkedut. Seharusnya ia sudah menyadari hal ini sejak melihat wanita ini di jalan tadi; liburan musim ini ia malah mendapatkan kesialan.“Tidak. Kamu menginap di hotel ini saja. Aku akan memberimu uang untuk menginap beberapa malam.”“Tapi aku takut sendirian,” keluh Kimberly, masih dengan ekspresinya yang keruh dan bahunya yang lemas. Kimberly bersin, dia menyambar tisu dari meja

    Last Updated : 2023-05-06
  • Istri yang Tak Diinginkan   277. Tiga Meter

    Malik pikir, Kimberly akan cemberut—seperti yang sudah-sudah, atau menangis dan marah setelah mendengar kata-kata sarkasnya barusan.Akan tetapi, wanita itu justru malah mengerjapkan mata dengan ekspresi polos. Kemudian Kimberly berdiri, melangkah memutari meja dan berdiri tepat di hadapan Malik. Jarak mereka hanya dipisahkan meja kayu berbentuk bundar ukuran sedang.“Apa yang sedang kamu lakukan?” desis Malik saat Kimberly berkacak pinggang di hadapannya.“Kamu bilang, aku lebih berbahaya daripada virus,” timpal Kimberly dengan suara berdengung karena hidungnya tersumbat. “Aku cuma mau buktiin ke kamu, kalau aku ini aman, nggak bawa senjata tajam atau sesuatu yang akan membahayakan kamu. Kamu nggak percaya? Periksa aja sendiri di dalam koperku atau di seluruh tubuhku, kali aja kamu ngira aku nyembunyiin pisau di sini,” ocehnya sembari menunjuk pinggangnya.Tubuhnya hanya dibalut celana hitam ketat dan sweater wool yang juga sama-sama ketat, berwarna merah marun. Lehernya model turtle

    Last Updated : 2023-05-07
  • Istri yang Tak Diinginkan   278. Tidur Di Sini Atau Di Jalan

    Kimberly duduk lagi di sofa, sementara Malik pergi ke luar. Entah ke mana. Pria itu tidak bilang apa-apa sebelum pergi dan hanya mengenakan coat serta membawa payung.“Sepertinya ini benar-benar handphone baru,” gumam Kimberly seraya meneliti ponsel yang diberikan Malik beberapa saat yang lalu.Namun, ada hal yang lebih penting ketimbang menebak-nebak apakah Malik sengaja membeli ponsel ini untuknya atau memang sudah ada sebelumnya, yaitu menelepon orang tuanya di Indonesia.Segera saja Kimberly menyimpan nomor telepon papi dan maminya. Ia semakin yakin ini ponsel baru karena tidak ada nomor kontak sama sekali di dalam daftar kontaknya. Dan handphone itu sudah dibekali layanan internet, aplikasi WhatsApp pun sudah bisa langsung digunakan.Saat akan menelepon nomor sang ayah, Kimberly ragu sejenak, ia tidak mau mengganggu tidur orang tuanya sebab di Jakarta sudah dini hari saat ini.Ia memutuskan mengirim pesan saja, jikalau mereka sudah tidur pun, chat-nya akan terbaca esok hari.[“Se

    Last Updated : 2023-05-08
  • Istri yang Tak Diinginkan   279. Bukan Tipe Idealku

    Entah karena dia terlalu lelah atau karena pengaruh obat, pagi itu Kimberly terbangun pukul sembilan. Terlambat dua jam dari yang sudah ia rencanakan. Ia tidur di sofa, semalaman, sendirian. Namun Kimberly bersyukur ia masih bisa tidur di tempat yang layak, ketimbang di pinggir jalan seperti kemarin malam.Saat ia bangun, ia tidak menemukan sosok Malik di manapun. Dan sepertinya di kamar pun tidak ada, sebab ia tidak melihat sepatu pria itu di rak.“Mungkin dia sedang keluar,” gumamnya sembari menyeret langkahnya ke dapur.Di atas meja ia menemukan omelet yang sudah dingin dan ada sticky notes menempel di meja itu, tepat di samping piring berisi omelet.‘Sarapanmu.’Kimberly tersenyum kecil saat membaca tulisan tangan Malik yang kurang rapi pada notes itu. Lalu menarik kursi untuk ia duduki. Ia menuangkan air putih dari pitcher ke dalam gelas kosong—yang sudah teronggok di tengah-tengah meja.Sebelum kemudian melahap omelet itu meski selera makannya hilang akibat flu yang menyerang. N

    Last Updated : 2023-05-08

Latest chapter

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status