"Apaan astagfirullah?" tanya Khanza dengan polosnya membuat Romi langsung terkekeh sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Khanza."Bang Romi yang saya hormati dan Khanza yang saya benci, bisa nggak kalian itu romantisannya nanti aja.Masalahnya ini kantor dan banyak permasalahan kantor yang harus di bahas," kesal Salman, membuat Romi langsung mendongak melihat Khanza yang masih setia mengalungkan tangannya di lehernya."Ngomong aja," jawab Khanza santai membuat Salman langsung menatapnya tajam."Bisa nggak kamu jangan disitu dulu, ini mataku ternodai, risih banget liatnya." kesal Salman membuat Khanza langsung menggedikkan bahunya lalu beranjak dari pangkuan Romi."Bilang aja iri," ledek Khanza membuat Salman langsung menghela nafas kasar."Masalah apa Man?" tanya Romi mulai serius membuat Salman yang sedang melotot ke arah Khanza langsung menoleh."Jadi gini Bang, tadikan ada klien nah itu aku bantu Vina buat ngobrol sama klien tersebut.Hasilnya alhamdulillah memuaskan beliau mau
Malam hari, Romi sedang mengotak-atik ponselnya, tiba ia melihat ada surat panggilan untuk ke luar kota. Romi langsung memijit pelipisnya karena ini memang jadwal rutin setiap tahun yang harus ia hadiri di luar kota.Romi langsung memejamkan matanya sekilas sambil menyandarkan kepalanya ke sisi sofa. Tiba-tiba ia membuka matanya saat merasakan ada tangan yang mengusap rambutnya. Detik kemudian bibirnya tersenyum melihat Khanza sedang berdiri di hadapannya dengan piyama pink yang ia kenakan, membuat Khanza terlihat cantik dan imut.Perlahan Romi menarik Khanza untuk duduk disampingnya, lalu ia menyandarkan kepalanya di dada Khanza, mengendus-endus seperti anak kucing."Za," panggil Romi dengan mata terpejam membuat Khanza yang sedang mengusap-usap rambutnya langsung menaikkan alisnya sebelah."Hum," sahutnya dengan tangan yang masih setia menyikat rambut Romi."Saya ada jadwal ke luar kota," rengeknya seperti anak kecil membuat Khanza langsung mematung.Deg! "Terus?" tanya Khanza pu
"Iya gak sih, keliatan aja gabutnya nih kalo gabut kamu ke rumahku bawa koper kamu tuh. Masih di kosan aja bikin sumpek tau gak," kesal Salman membuat Khanza langsung cengengesan."Nggak mau ah nanti aja, malas ke rumah kamu sekarang jauh," ujar Khanza membuat Salman memutar mata malas."Sini, sini Mbak duduk dulu," ajak Vina sambil menarik kursi. Khanza langsung mengangguk lalu duduk di samping Vina."Temen tuh harusnya gini, bukan gitu yang nyudutin doang," sindir Khanza membuat Salman langsung melotot."Gimana-gimana? Nyudutin? Eh Za denger ya kami tuh kalo di kasih hati malah ngelunjak.Makanya malas banget baikin kamu," kesal Salman membuat Vina dan Khanza terkekeh.***Disisi lain, Romi baru saja selesai rapat dengan perusahaan-perusahaan lain. Rasanya ia sudah sangat rindu dengan Khanza karena udah dua hari ia tidak bisa menghubungi Khanza karena terlalu sibuk.Saat Romi membuka ponselnya berniat menghubungi Khanza, tiba-tiba niatnya diurungkan saat melihat ada pesan yang beri
Romi langsung mengalihkan pandangannya saat melihat air mata Khanza turun."Bukan masalah itu Za, kamu keluar kemana saat di foto ini, kenapa kamu malah keluar sendiri? Apa tujuan kamu sebenarnya? Kenapa gak minta izin pas keluar?" cecar Romi membuat Khanza mulai seseggukan, ia bingung harus menjelaskan dari mana."Berarti sekarang intinya Kakak beranggapan aku selingkuh gitu? Aku pacaran sama orang ini gitu?" tanya Khanza membuat Romi diam."Kasih saya bukti supaya saya percaya Za, jujur ini mengganggu banget saya bahkan gak fokus kerja di buatnya.Saya harus bagaimana?" tanya Romi membuat Khanza langsung menggeleng tidak percaya, ternyata Romi tidak mempercayai dirinya."Maaf Kak, aku yang salah. Sepertinya aku gak perlu ngasih Kakak bukti karena foto itu sudah jelas sekali kalo aku murahan," ucap Khanza sambil menghapus air matanya membuat Romi langsung membisu, ia menatap gadis itu dengan serius."Kakak mau aku harus gimana sekarang?" tanya Khanza membalikkan ucapan Romi."Za, sa
Di kantor Romi hanya terus diam di singgasananya sambil menyandarkan kepalanya di sisi kursi.Tok! Tok! Tok! Romi langsung membuka matanya dan menoleh ke atas pintu."Masuk," sahut Romy membuat Salman langsung masuk."Bang apa kabar?" sapa Salman membuat Romi diam sejenak."Baik," jawab Romi singkat membuat Salman bingung."Khanza gak ikut Bang?" tanya Salman, Romi langsung melihatnya sekilas lalu menggeleng."Abang sama Khanza berantam 'kah?" tanya Salman mulai curiga. Romi langsung menyandarkan kepalanya kembali ke sisi kursi sejenak lalu ia kembali melihat Salman dengan serius."Saya boleh nanya sesuatu?" tanya Romi serius membuat Salman lalu menarik kursi lalu duduk."Boleh Bang," jawab Salman sambil menatap Romi serius."Khanza pernah datang kesini saat saya nggak ada?" tanya Romi membuat Salman langsung mengangguk."Pernah Bang, tapi sekali aja sih," jawab Salman jujur, Romi langsung membuka ponselnya."Kamu tahu soal ini?" tanya Romi to the point membuat Salman langsung membela
Hati Romi tiba-tiba berdebar kencang, ia belum siap jika harus kehilangan Khanza lagi. Ia langsung menggoyang-goyangkan kakinya untuk tetap tenang, namun hasilnya nihil ia malah semakin panik. Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Salman untuk meminta jalan keluar. [Assalamu'alaikum Bang] [Walaikumsalam, Man Khanza gak ada Man] Salman yang sedang makan siang bersama Vina langsung berhenti seketika membuat Vina bingung. [Terus gimana Bang?] tanya Salman membuat Vina berhenti makan juga. [Saya gak tau Man ini saya panik banget, bantu saya] ucap Romi membuat Salman menenggak minum di depannya. [Em ... oke, eh ... kemana ya] bukannya membantu Salman malah ikut-ikutan panik. [Harinya mendung lagi Man, saya khawatir banget ini. Takut Khanza kenapa-kenapa, tolong bantu saya] pinta Romi, Salman yang sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. [Em Bang ke kosan Danira aja coba, aku kasih alamatnya ini, itu teman dekat Khaza juga kalo gak salah] ucap Salman. [Kamu nggak usah kerja du
"Kakak yang gak angkat telpon, sebelum berangkat tadi aku sempat nelpon Kakak. Tapi gak diangkat," jawab Khanza membuat Romi langsung menatap gadis itu sendu. "Maafkan saya Za ..." lirih Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza. Tanpa membuang waktu Romi langsung menyambar bibir Khanza, membuat Salman yang sedang menyaksikan itu langsung geleng-geleng. "Tuh kan, ngeselin udah di bantu sampe sini giliran ketemu malah begini. Harus di depan saya lagi yang masih jomblo, menyebalkan." umpat Salman lalu ia menyalakan musik kemudian mengalihkan pandangannya. "Ayok ke mobil sayang kita basah banget, nanti kamu sakit lagi, baby juga." ajak Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza, Romi menggenggam tangan Khanza dengan erat. Namun, saat sedang berjalan tiba-tiba ada orang yang memanggil-manggil Khanza dari tempat tongkrongan. "Khanza si bunga desa," panggil mereka sambil bersiul membuat Romi yang mendengar itu langsung berhenti. Sedangkan Khanza langsung bersembunyi di belakang Romi karena t
Disisi lain, di tengah jalan Salman bimbang antara pulang atau kembali ke kantor terlebih dahulu. "Em Pak sepertinya saya ke kantor dulu, nanti kearah kantor Pak Romi aja," ucap Salman. "Baik Pak," jawab Pak Dadang yang sedang fokus menyetir. Sekitar setengah jam menempuh perjalanan, hari sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dari kejauhan ia melihat Vina seperti sedang menunggu di depan kantor, bibirnya tersenyum melihat gadis itu. "Sudah di sini aja Pak, terima kasih ya," ucap Salman yang dibalas anggukan oleh Pak Dadang. Tanpa membuang waktu ia langsung turun, Vina yang melihat Salman turun refleks berdiri dari duduknya sambil tersenyum. "Udah selesai Kak?" tanya Vina begitu melihat Salman. "Udah, tapi masih ada sih yang belum selesai," jawab Salman membuat Vina menaikkan alisnya sebelah. "Apa itu?" tanya Vina serius membuat Salman tersenyum "Cintaku padamu," gombal Salman membuat Vina langsung salah tingkah. Blush! Tiba-tiba wajah Vina memerah, ya langsung mengalihkan pandanga