Romi langsung mengalihkan pandangannya saat melihat air mata Khanza turun."Bukan masalah itu Za, kamu keluar kemana saat di foto ini, kenapa kamu malah keluar sendiri? Apa tujuan kamu sebenarnya? Kenapa gak minta izin pas keluar?" cecar Romi membuat Khanza mulai seseggukan, ia bingung harus menjelaskan dari mana."Berarti sekarang intinya Kakak beranggapan aku selingkuh gitu? Aku pacaran sama orang ini gitu?" tanya Khanza membuat Romi diam."Kasih saya bukti supaya saya percaya Za, jujur ini mengganggu banget saya bahkan gak fokus kerja di buatnya.Saya harus bagaimana?" tanya Romi membuat Khanza langsung menggeleng tidak percaya, ternyata Romi tidak mempercayai dirinya."Maaf Kak, aku yang salah. Sepertinya aku gak perlu ngasih Kakak bukti karena foto itu sudah jelas sekali kalo aku murahan," ucap Khanza sambil menghapus air matanya membuat Romi langsung membisu, ia menatap gadis itu dengan serius."Kakak mau aku harus gimana sekarang?" tanya Khanza membalikkan ucapan Romi."Za, sa
Di kantor Romi hanya terus diam di singgasananya sambil menyandarkan kepalanya di sisi kursi.Tok! Tok! Tok! Romi langsung membuka matanya dan menoleh ke atas pintu."Masuk," sahut Romy membuat Salman langsung masuk."Bang apa kabar?" sapa Salman membuat Romi diam sejenak."Baik," jawab Romi singkat membuat Salman bingung."Khanza gak ikut Bang?" tanya Salman, Romi langsung melihatnya sekilas lalu menggeleng."Abang sama Khanza berantam 'kah?" tanya Salman mulai curiga. Romi langsung menyandarkan kepalanya kembali ke sisi kursi sejenak lalu ia kembali melihat Salman dengan serius."Saya boleh nanya sesuatu?" tanya Romi serius membuat Salman lalu menarik kursi lalu duduk."Boleh Bang," jawab Salman sambil menatap Romi serius."Khanza pernah datang kesini saat saya nggak ada?" tanya Romi membuat Salman langsung mengangguk."Pernah Bang, tapi sekali aja sih," jawab Salman jujur, Romi langsung membuka ponselnya."Kamu tahu soal ini?" tanya Romi to the point membuat Salman langsung membela
Hati Romi tiba-tiba berdebar kencang, ia belum siap jika harus kehilangan Khanza lagi. Ia langsung menggoyang-goyangkan kakinya untuk tetap tenang, namun hasilnya nihil ia malah semakin panik. Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Salman untuk meminta jalan keluar. [Assalamu'alaikum Bang] [Walaikumsalam, Man Khanza gak ada Man] Salman yang sedang makan siang bersama Vina langsung berhenti seketika membuat Vina bingung. [Terus gimana Bang?] tanya Salman membuat Vina berhenti makan juga. [Saya gak tau Man ini saya panik banget, bantu saya] ucap Romi membuat Salman menenggak minum di depannya. [Em ... oke, eh ... kemana ya] bukannya membantu Salman malah ikut-ikutan panik. [Harinya mendung lagi Man, saya khawatir banget ini. Takut Khanza kenapa-kenapa, tolong bantu saya] pinta Romi, Salman yang sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. [Em Bang ke kosan Danira aja coba, aku kasih alamatnya ini, itu teman dekat Khaza juga kalo gak salah] ucap Salman. [Kamu nggak usah kerja du
"Kakak yang gak angkat telpon, sebelum berangkat tadi aku sempat nelpon Kakak. Tapi gak diangkat," jawab Khanza membuat Romi langsung menatap gadis itu sendu. "Maafkan saya Za ..." lirih Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza. Tanpa membuang waktu Romi langsung menyambar bibir Khanza, membuat Salman yang sedang menyaksikan itu langsung geleng-geleng. "Tuh kan, ngeselin udah di bantu sampe sini giliran ketemu malah begini. Harus di depan saya lagi yang masih jomblo, menyebalkan." umpat Salman lalu ia menyalakan musik kemudian mengalihkan pandangannya. "Ayok ke mobil sayang kita basah banget, nanti kamu sakit lagi, baby juga." ajak Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza, Romi menggenggam tangan Khanza dengan erat. Namun, saat sedang berjalan tiba-tiba ada orang yang memanggil-manggil Khanza dari tempat tongkrongan. "Khanza si bunga desa," panggil mereka sambil bersiul membuat Romi yang mendengar itu langsung berhenti. Sedangkan Khanza langsung bersembunyi di belakang Romi karena t
Disisi lain, di tengah jalan Salman bimbang antara pulang atau kembali ke kantor terlebih dahulu. "Em Pak sepertinya saya ke kantor dulu, nanti kearah kantor Pak Romi aja," ucap Salman. "Baik Pak," jawab Pak Dadang yang sedang fokus menyetir. Sekitar setengah jam menempuh perjalanan, hari sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dari kejauhan ia melihat Vina seperti sedang menunggu di depan kantor, bibirnya tersenyum melihat gadis itu. "Sudah di sini aja Pak, terima kasih ya," ucap Salman yang dibalas anggukan oleh Pak Dadang. Tanpa membuang waktu ia langsung turun, Vina yang melihat Salman turun refleks berdiri dari duduknya sambil tersenyum. "Udah selesai Kak?" tanya Vina begitu melihat Salman. "Udah, tapi masih ada sih yang belum selesai," jawab Salman membuat Vina menaikkan alisnya sebelah. "Apa itu?" tanya Vina serius membuat Salman tersenyum "Cintaku padamu," gombal Salman membuat Vina langsung salah tingkah. Blush! Tiba-tiba wajah Vina memerah, ya langsung mengalihkan pandanga
"Iya mukenah tapi jangan ngagetin juga dong, jantung ini korbannya," ujar Salman membuat Vina cengengesan. "Maaf Kak," lanjut Vina sambil cengengesan membuat Salman terkekeh. "Ya sudah, aku ke toilet dulu ya," ucap Salman yang dibalas anggukan oleh Vina. 5 menit kemudian Salman keluar dari toilet lalu ia mengambil sajadah. Sedangkan Vina masih memerhatikan gerak-gerik Salman, ia melihat laki-laki itu sangat bertanggung jawab dan jujur. "Gantian ya sholatnya, belum boleh soalnya kalo kita jamaah." ucap Salman tiba-tiba membuat Vina langsung salah tingkah bahkan bisa di pastikan pipinya mulai memerah. "Iya Kak, sholat dulu aja aku mau ke toilet dulu," jawab Vina lalu beranjak dari duduknya. Disisi lain, Romi dan Khanza baru saja selesai sholat magrib berjamaah. Romi berbalik menghadap Khanza lalu ia menyodorkan tangannya. Khanza langsung meraih tangan itu lalu ia cium, kemudian Romi meraih wajah Khanza lalu mencium keningnya lembut kemudian Romi mengusap-usap pipi Khanza dengan ib
Khanza kembali menyalakan kran dengan air sedang, lalu ia menuntun tangan Romi sambil mengusap-usapkan tangannya ke piring. "Nah, gini Kak, biar sabunnya ilang gak bau sabun nanti pas udah kering." ucap Khanza membuat Romi mangut-mangut sambil memperhatikan istrinya itu. Lalu ia kembali mengulangi seperti yang diajarkan Khanza hingga semu piring bersih. "Udah selesai nih?" tanya Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza. "Udah," jawab Khanza sambil melap lantai yang basah. "Ya udah ayok tidur," ajak Romi yang membuat Khanza diam sejenak. "Kakak duluan aja, aku bersihin ini semua dulu nanti aku nyusul," tolak Khanza membuat Romi langsung gemas. "A ...," teriak Khanza saat tubuhnya terasa melayang, Romi langsung tersenyum lalu membawa Khanza ke kamar lalu merebahkannya di ranjang. "Tuh kan baju aku juga basah, Kakak apaan sih gendong-gendong 'kan jadi basah," omel Khanza lalu ia turun dari ranjang. "Bagus lah kalo basah 'kan sehati," jawab Romi dengan santainya membuat Khanza meng
"Ya sudah, lain kali jangan di ulangi Pak," lanjut Salman yang dibalas anggukan oleh satpam tersebut. Setelah satpam tersebut pergi, Salman kembali menoleh ke arah sofa. Ia melihat Vina sudah bangun sambil mengucek-ngucek matanya. "Udah di buka Kak?" tanya Vina melihat Salman sudah berdiri di ambang pintu. "Sudah, mau keluar sekarang?" tanya Salman yang dibalas anggukan oleh Vina. Disisi lain, Romi yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya langsung bergegas keluar kamar untuk sarapan bersama istrinya. "Khanza," panggil Romi membuat Khanza yang sedang menata makanan langsung berbalik. "Hum," sahutnya tanpa melihat suaminya itu membuat Romi bingung. "Kamu nggak siap-siap?" tanya Romi bingung sedangkan Khanza hanya menggeleng. "Aku nggak ikut ya Kak," rengeknya membuat Romi langsung lesu. "Kok gitu?" Tanya Romi bingung, ia langsung mendekati Khanza. "Lagi nggak mood, pengen istirahat aja," jawab Khanza membuat Romi mau tidak mau harus mengangguk. *** Di kantor, Salman dan Vina s