Disisi lain, di tengah jalan Salman bimbang antara pulang atau kembali ke kantor terlebih dahulu. "Em Pak sepertinya saya ke kantor dulu, nanti kearah kantor Pak Romi aja," ucap Salman. "Baik Pak," jawab Pak Dadang yang sedang fokus menyetir. Sekitar setengah jam menempuh perjalanan, hari sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dari kejauhan ia melihat Vina seperti sedang menunggu di depan kantor, bibirnya tersenyum melihat gadis itu. "Sudah di sini aja Pak, terima kasih ya," ucap Salman yang dibalas anggukan oleh Pak Dadang. Tanpa membuang waktu ia langsung turun, Vina yang melihat Salman turun refleks berdiri dari duduknya sambil tersenyum. "Udah selesai Kak?" tanya Vina begitu melihat Salman. "Udah, tapi masih ada sih yang belum selesai," jawab Salman membuat Vina menaikkan alisnya sebelah. "Apa itu?" tanya Vina serius membuat Salman tersenyum "Cintaku padamu," gombal Salman membuat Vina langsung salah tingkah. Blush! Tiba-tiba wajah Vina memerah, ya langsung mengalihkan pandanga
"Iya mukenah tapi jangan ngagetin juga dong, jantung ini korbannya," ujar Salman membuat Vina cengengesan. "Maaf Kak," lanjut Vina sambil cengengesan membuat Salman terkekeh. "Ya sudah, aku ke toilet dulu ya," ucap Salman yang dibalas anggukan oleh Vina. 5 menit kemudian Salman keluar dari toilet lalu ia mengambil sajadah. Sedangkan Vina masih memerhatikan gerak-gerik Salman, ia melihat laki-laki itu sangat bertanggung jawab dan jujur. "Gantian ya sholatnya, belum boleh soalnya kalo kita jamaah." ucap Salman tiba-tiba membuat Vina langsung salah tingkah bahkan bisa di pastikan pipinya mulai memerah. "Iya Kak, sholat dulu aja aku mau ke toilet dulu," jawab Vina lalu beranjak dari duduknya. Disisi lain, Romi dan Khanza baru saja selesai sholat magrib berjamaah. Romi berbalik menghadap Khanza lalu ia menyodorkan tangannya. Khanza langsung meraih tangan itu lalu ia cium, kemudian Romi meraih wajah Khanza lalu mencium keningnya lembut kemudian Romi mengusap-usap pipi Khanza dengan ib
Khanza kembali menyalakan kran dengan air sedang, lalu ia menuntun tangan Romi sambil mengusap-usapkan tangannya ke piring. "Nah, gini Kak, biar sabunnya ilang gak bau sabun nanti pas udah kering." ucap Khanza membuat Romi mangut-mangut sambil memperhatikan istrinya itu. Lalu ia kembali mengulangi seperti yang diajarkan Khanza hingga semu piring bersih. "Udah selesai nih?" tanya Romi yang dibalas anggukan oleh Khanza. "Udah," jawab Khanza sambil melap lantai yang basah. "Ya udah ayok tidur," ajak Romi yang membuat Khanza diam sejenak. "Kakak duluan aja, aku bersihin ini semua dulu nanti aku nyusul," tolak Khanza membuat Romi langsung gemas. "A ...," teriak Khanza saat tubuhnya terasa melayang, Romi langsung tersenyum lalu membawa Khanza ke kamar lalu merebahkannya di ranjang. "Tuh kan baju aku juga basah, Kakak apaan sih gendong-gendong 'kan jadi basah," omel Khanza lalu ia turun dari ranjang. "Bagus lah kalo basah 'kan sehati," jawab Romi dengan santainya membuat Khanza meng
"Ya sudah, lain kali jangan di ulangi Pak," lanjut Salman yang dibalas anggukan oleh satpam tersebut. Setelah satpam tersebut pergi, Salman kembali menoleh ke arah sofa. Ia melihat Vina sudah bangun sambil mengucek-ngucek matanya. "Udah di buka Kak?" tanya Vina melihat Salman sudah berdiri di ambang pintu. "Sudah, mau keluar sekarang?" tanya Salman yang dibalas anggukan oleh Vina. Disisi lain, Romi yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya langsung bergegas keluar kamar untuk sarapan bersama istrinya. "Khanza," panggil Romi membuat Khanza yang sedang menata makanan langsung berbalik. "Hum," sahutnya tanpa melihat suaminya itu membuat Romi bingung. "Kamu nggak siap-siap?" tanya Romi bingung sedangkan Khanza hanya menggeleng. "Aku nggak ikut ya Kak," rengeknya membuat Romi langsung lesu. "Kok gitu?" Tanya Romi bingung, ia langsung mendekati Khanza. "Lagi nggak mood, pengen istirahat aja," jawab Khanza membuat Romi mau tidak mau harus mengangguk. *** Di kantor, Salman dan Vina s
'Ibu? Bukannya Ibu Kak Romi Bunda Indah,' ucap Khanza dalam hati. "Kamu siapanya ya?" tanya perempuan itu membuat Khanza terdiam. "Sa--saya istrinya Bu," jawab Khanza sopan, tapi Ibu tersebut tampak tidak suka dengan penampilan Khanza. "Tante," panggil seseorang dalam mobil membuat keduanya langsung menoleh. "Rea, cepat kesini," panggil Ibu Romi membuat perempuan itu mendekat. "Saya boleh masuk, bolehlah secara saya Ibunya," lanjut Ibu tersebut tanpa menghiraukan Khanza ia langsung masuk. "Ish ...," Rea mengibaskan rambutnya tepat di wajah Khanza yang masih bingung. "Em Bu, saya telpon Kak Romi dulu ya," ucap Khanza tiba-tiba membuat keduanya yang sedang angkat kaki di meja langsung mengangguk. "Bilang kalo Ibunya disini ya anak manis," jawab Ibu tersebut yang dibalas anggukan oleh Khanza lalu ia buru-buru ke kamar. "Itu siapa Tante? Norak banget deh," tanya Rea dengan angkuhnya. "Halah palingan juga Romi di paksa menikah dengan gadis lugu itu sama Ibu tirinya. Kita tunggu
"Hay anak manis, boleh aku duduk disini?" sapa seorang wanita yang berhijab sambil melihat ke arah Romi yang matanya sudah sembab. "Hum," Romi hanya mendehem sekilas lalu ia kembali fokus menatap ke depan. "Em ... boleh aku tau siapa namamu?" lanjut perempuan itu membuat Romi mendongak. "Romi," jawab Romi dengan suara serak membuat perempuan itu tersenyum "Hum ... nama yang bagus, apa kamu tidak sekolah sekarang kan hari selasa?" tanya Wanita itu lagi yang dibalas gelengan oleh Romi. "Perkenalkan namaku Indah, aku adalah seorang anak yang ditinggal pergi Ibuku," lanjut Indah dengan ekspresi sedih membuat Romi langsung menoleh. "Pergi kemana?" tanya Romi mulai penasaran, Indah hanya menggeleng sekilas. "Ibuku sudah meninggal, Ayahku pergi kawin lagi dan aku, a--aku sebatang kara," jawab Indah membuat Romi langsung diam sejenak. Saat ia merasa dirinya yang paling sedih di dunia ini karena di tinggal ibunya, ternyata masih ada orang yang lebih sedih. Indah adalah guru baru di sek
"Ayah turun, mau sama Bunda," ucap Romi membuat Bimo seketika sadar lalu menurunkan Romi dari gendongannya. Dengan cepat anak kecil tersebut berlari ke arah Indah yang sudah merentangkan kedua tangannya. "Bunda jangan tinggalin Lomi," tangis Romi pecah membuat Indah langsung memeluk erat anak kecil tersebut. "Maafin Bunda ya," ucap Indah sambil mendekap Romi dengan sayang. Lama ia berbasa-basi dengan Romi, akhirnya Bimo mempersilahkan Indah masuk. Romi dengan semangatnya memberikan makanannya kepada Indah meminta untuk di suapi. Bimo hanya bisa diam memperhatikan keduanya, rasanya ia ingin menjadikan Indah sebagai Bunda sesungguhnya untuk Romi. Tapi balik lagi ia juga sadar kalau dirinya hanyalah seorang duda, sedangkan Indah masih gadis. "Mas," panggil Indah membuat Bimo langsung tersadar dari lamunannya lalu menoleh. "Iya," jawab Bimo lalu melihat Indah membuat Indah menoleh. "Ini Romi udah tidur," ucapnya membuat Bimo tersadar. "Oh astagfirullah, sini aku gendong ke kamar
Indah menggendong Romi lalu Bimo berdiri di samping Indah."Em ... rapatan dikit Den biar bagus gak kayak musuhan," ucap Bik Sumi memberi aba-aba.Bimo langsung merapat dirinya ke Indah lalu satu tangannya merangkul pundak Indah, membuat Indah kaget lalu menoleh ke atas dan Romi menunduk sedikit.Seketika pandangan mereka bertemu sedangkan Romi ia sudah bergaya di gendongan Indah.Cekrek! Bi Sumi mengambil gambar yang pas sehingga ia senyum-senyum."Aduh sosweetnya, semoga jadi keluarga beneran," ucap Bik Sumi baper membuat Indah dan Bimo langsung sadar. Bimo menurunkan tangannya lalu berjalan mendekati Bik Sumi untuk mengambil ponselnya."Terima kasih ya Bik, oleh-olehnya tolong di masukin ke mobil ya Bik," ucap Bimo yang dibalas anggukan oleh Bik Sumi. Setelah Bik Sumi pergi, Bimo langsung melihat hasil jepretan Bik Sumi.Detik kemudian bibirnya melengkung Indah melihat dirinya dan Indah tampak seperti pasangan kekasih, sedangkan Romi bergaya sambil memeluk Indah. Tanpa membuang w