Home / Pernikahan / Istri yang Kau Buang / Bab 6. Sandiwara Dewi

Share

Bab 6. Sandiwara Dewi

Author: Asma Aziz
last update Last Updated: 2022-09-10 18:38:03

"Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.

Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati.

Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.

Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempuan lembut dan penyayang. Perempuan yang tidak akan mungkin menyakiti seorang anak kecil seperti Alisa--keponakan Haris yang masih berumur dua tahun. Menyadari dirinya telah melakukan kesalahan besar, Haris merasa bersalah dengan apa yang barusan dia lakukan. Perlahan ia mendekati Sofia yang masih bergeming di tempat dengan mata berkaca-kaca. Menatap wajah sang istri dengan sorot mata penuh penyesalan.

"Maafkan aku, Sofia. Aku benar-benar khilaf tadi," ucap Haris dengan perasaan bersalah.

Tangan Haris kemudian terulur mencoba menyentuh Sofia yang masih kesakitan akibat tamparan keras yang barusan ia layangkan. Tak mau disentuh oleh suaminya, Sofia bergerak menghindar kemudian berlari masuk ke dalam kamar sambil menutupi bekas tamparan yang memerah dengan telapak tangan. Wajahnya kini sudah bersimbah air mata.

Tak jauh dari situ, Dewi tersenyum puas menyaksikan apa yang barusan dilakukan oleh Haris pada wanita yang berstatus sebagai istri pertama. Sandiwara yang dimainkan berjalan dengan sempurna. Ia memang sudah merencanakan ini sebelumnya. Sudah mengaturnya sedemikian rupa agar terlihat meyakinkan.

Sebenarnya Dewi mengetahui kalau putrinya agak demam dan sedikit rewel. Dewi sengaja menitipkan Alisa pada Sofia dan meminta Haris untuk mengantarnya ke suatu tempat. Agar Dewi punya alasan untuk menyalahkan Sofia atas sakit yang dialami putri kecilnya.

Tentang tanda merah yang terdapat pada tubuh Alisa, itu adalah tanda yang sengaja dibuat-buat oleh Dewi. Tanda merah yang ia ciptakan sendiri sebelum Alisa dititipkan pada Sofia. Tanda merah itulah yang tadi dia perlihatkan pada Haris, yang dia sebut sebagai bekas cubitan yang dilakukan oleh Sofia. Dan ternyata Haris percaya begitu saja pada apa yang dia ucapkan. Apalagi didukung oleh kondisi Alisa yang semakin rewel.

Rencana Dewi berjalan mulus tanpa hambatan. Dia berhasil membuat Haris dan Sofia semakin berjarak. Sejak awal Dewi sudah bertekad akan menjauhkan kedua pasangan itu bagaimana pun caranya. Perempuan itu hendak memiliki Haris untuk dirinya sendiri, menjadi satu-satunya wanita yang mendampingi Haris. Itu adalah salah satu tujuan Dewi mendekati keluarga mendiang suaminya. 

"Bersiaplah Sofia, sebentar lagi kamu akan ditendang keluar dari rumah ini," bisiknya pada diri sendiri. Tersenyum jahat, wanita itu lalu  melangkah masuk ke dalam kamar sambil menggendong Alisa yang telah tertidur dalam gendongan.

Di dalam kamar sempit yang ditempati oleh Sofia, wanita itu duduk tergugu di tepi ranjang. Sesekali jemari menghapus air mata yang kembali membasahi pipi. Wajahnya masih terasa perih, tapi lebih perih lagi rasa sakit hatinya akibat perlakuan Haris. Sofia benar-benar tak menyangka sikap Haris akan sekasar itu padanya. Dadanya terasa sesak mengingat perlakuan suami yang telah bertindak kasar padanya.

"Buka pintunya, Sofia!" Terdengar ketukan keras menyusul suara Haris dari balik pintu kamar yang tertutup.

Sofia masih bergeming, enggan untuk membuka pintu apalagi harus bertemu dengan laki-laki yang masih berstatus sebagai suami. Dia benar-benar kecewa dengan Haris yang tega memperlakukan dirinya sedemikian rupa. Saat ini ia ingin sendiri dan tak mau bertemu dengan laki-laki yang telah menyakiti perasaannya.

Kembali suara ketukan terdengar. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Sofia mengembuskan napas kasar karena kesal dan merasa terganggu. Lalu dengan terpaksa wanita itu akhirnya bangkit dari tempat duduk kemudian berjalan ke arah pintu. Tangannya dengan malas memutar anak kunci. Detik kemudian pintu akhirnya terbuka. Tepat di hadapan, Haris sudah berdiri dengan wajah penuh penyesalan.

"Sofia, maafkan aku yang sempat terbawa emosi tadi. Aku hanya tidak menyangka kamu tega melakukan itu pada Alisa."

"Jadi Mas Haris percaya dengan tuduhan Dewi? Mas percaya kalau aku telah menyakiti Alisa?" tanya Sofia membalas tatapan suaminya dengan tajam. Ia benar-benar kecewa pada Haris yang dengan mudahnya terhasut omongan Dewi, tanpa mau mendengar penjelasan darinya terlebih dahulu.

"Demi Allah, Mas, aku tidak pernah menyakiti Alisa," ucap Sofia melanjutkan.

"Tapi tanda merah di paha Alisa itu apa?" tanya Haris seolah masih ragu dengan pengakuan sang istri.

"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa ada tanda merah seperti itu. Tapi kalau Mas masih tidak percaya padaku, kita bisa membuktikannya dengan melakukan visum."

"Ya sudah kalau begitu, aku akan sampaikan ini pada Dewi."

"Sekali lagi, aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal telah melakukan itu padamu." Sofia hanya diam saja saat tangan lelaki itu mendekat mengusap puncak kepalanya, lalu mengelus pipi Sofia dimana tampak bekas tamparan berwarna kemerahan.

***

Waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Sofia yang berada di dalan kamar, tiba-tiba dikejutkan oleh suara ketukan kasar menyusul teriakan seseorang dari arah luar. Wanita itu bergegas keluar dari kamar menuju ruang depan untuk melihat siapa yang datang. Dari balik gorden yang sengaja ia s***k sedikit, tampak ibu mertua telah berdiri di depan pintu dengan tangan berkacak pinggang.

Mengetahui ibu mertua yang datang, buru-buru Sofia membuka pintu. Baru saja hendak menyapa wanita yang rambutnya sebagian telah memutih itu, tiba-tiba sebuah tamparan mendarat telak di pipi Sofia. Wanita itu terkejut mendapat perlakuan kasar yang tiba-tiba dari perempuan tua yang selama ini ia hormati.

Belum hilang bekas tamparan Haris di pipi, kini ia merasakan lagi sebuah tamparan dari ibu mertua. Sofia meringis sakit sembari tangan mengusap wajah yang terasa perih bekas tamparan ibunda Haris.

"Dasar menantu kurang ajar!" maki wanita tambun yang berdiri di hadapan Sofia. Matanya melotot tajam seolah ingin menelan Sofia hidup-hidup.

"Astagfirullah, Bu. Apa salah saya sampai Ibu langsung menyerang seperti ini?"

"Itu adalah balasan buat orang yang berani menyakiti cucuku. Ibu tahu kalau kamu itu tidak suka sama Dewi, tapi kamu tak pantas melampiaskan kemarahan pada anak sekecil Alisa."

"Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa."

"Jangan bohong kamu! Ibu sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!"

Related chapters

  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

    Last Updated : 2022-09-23
  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

    Last Updated : 2022-09-24
  • Istri yang Kau Buang   Bab 1. Tiba-tiba Dimadu

    "Apa yang kau lakukan di kamarku?" teriak Sofia saat mendapati seorang perempuan tengah berbaring di atas ranjang miliknya. Wanita yang masih mengenakan kebaya putih khas pengantin itu menoleh, lalu memandang dengan tatapan pongah. Perlahan dia mengubah posisi tubuh menghadap Sofia yang berdiri di ambang pintu. Sebelah tangan dia gunakan untuk menyangga kepala, sementara kedua kaki sengaja dia julurkan hingga tampak betisnya yang putih mulus."Ini kamar Mas Haris. Itu artinya ... ini kamarku juga." "Apa kau bilang?" bentak Sofia dengan mata membulat. Bisa-bisanya perempuan itu mengakui kamar tidur ini sebagai kamar miliknya, hanya karena kini dia sudah resmi menjadi istri kedua Haris, suami Sofia."Hei, santai saja kenapa? Kau tahu sendiri kalau separuh rumah Ibu sedang direnovasi, termasuk kamar Mas Haris. Di sana juga masih banyak tamu. Kami tak bebas berduaan. Jadi, kami memutuskan untuk menginap di sini. Di kamar ini.""Apa? Menginap di sini? Kalian benar-benar sudah gila!" Sofi

    Last Updated : 2022-09-08
  • Istri yang Kau Buang   Bab 2. Pengakuan yang Mengejutkan

    Dari dalam kamar terdengar suara Dewi yang tertawa manja penuh kemenangan. Sofia mengangkat wajah yang masih bersimbah air mata. Menatap nyalang pada pintu kamar yang telah tertutup rapat dengan lampu yang sudah dipadamkan. Sofia bangkit dari duduk, melangkah ke arah dapur. Tangannya meraih sebuah kursi kayu, lalu menyeret benda itu sampai di depan kamar. Entah kekuatan dari mana, diangkatnya kursi kayu itu tinggi-tinggi, hendak diban tingnya pada pintu kamar yang tertutup rapat.Ingin rasanya Sofia mendobrak pintu kamarnya yang tertutup. Biar dua orang yang sedang bermesraan di dalam sana jadi terganggu. Namun, wanita itu berubah pikiran dan terpaksa mengurungkan niat. Ia tak mau sikapnya yang penuh amarah hanya akan menjadi bahan tertawaan dan ejekan perempuan yang telah memenangkan hati sang suami. Sofia yang berhasil mengendalikan diri dari amarah yang memuncak, akhirnya menurunkan kursi yang sempat terangkat. Tangannya bergerak mengelus dada berulangkali sambil bibirnya mengucap

    Last Updated : 2022-09-08
  • Istri yang Kau Buang   Bab 3. Kenyataan Pahit

    Tak sanggup terus mendengarkan suara sepasang kekasih di dalam kamar, tangan Sofia bergerak menutupi kedua telinga demi meredam suara yang membuat jantungnya serasa seperti tercabik. Tawa manja perempuan yang kini berstatus sebagai istri kedua itu seakan sengaja mengejek dan menertawakan kehancuran dirinya.Tak mau terus terpuruk dalam kesedihan, Sofia perlahan bangkit. Melangkah gontai menuju salah satu kamar yang lain. Sebuah ruangan berukuran lebih kecil dari kamar utama. Kamar itu lebih sering kosong karena tidak ada yang menempati. Seluruh ruangan tampak bersih dan rapi. Sofia memang selalu membersihkan kamar tersebut meski tak ada yang menempati.Wanita berwajah ayu itu memilih membaringkan tubuh rampingnya di atas ranjang berukuran sedang. Beberapa kali ia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Berharap sesak dalam dada segera sirna. Masih dengan sisa-sisa air mata, netranya memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Sepanjang malam itu Sofia

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 6. Sandiwara Dewi

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati. Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempu

  • Istri yang Kau Buang   Bab 5. Mencoba Bertahan

    Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang."Mau apa kamu bawa-bawa koper segala?" tanya Sofia geram melihat Dewi telah kembali lagi dengan membawa sebuah koper berukuran besar."Mau tinggal di sini. Kenapa? Ada masalah?" "Aku tidak akan mengijinkan kamu tinggal di rumahku!""Hei, kamu lupa ya, kalau aku sudah sah menjadi istri Mas Haris? Itu artinya semua milik Mas Haris adalah milikku juga." Jawaban Dewi membuat Sofia tersulut emosi. Ditendangnya koper milik Dewi hingga terjungkal."Sofia!" Tiba-tiba terdengar suara berat seseorang. Haris datang bersama seorang anak balita yang berada dalam gendongan. Pria itu tergopoh menghampiri kedua istrinya yang sedang beradu mulut di depan pintu. Ditatapnya Sofia yang melempar pandangan tak suka padanya."Sudahlah Sofia, tidak enak diliat orang," ucap Haris berusaha menenan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 4. Sebuah Keputusan

    Sofia kembali masuk ke dalam rumah setelah selesai membakar habis barang-barang bekas pakai kedua orang yang telah menghancurkan perasaannya. Langkahnya terhenti sesaat di ambang pintu kamar tidur yang selama ini jadi tempat peraduannya. Kamar yang sudah tak ingin dia lihat lagi apalagi untuk tidur di sana.Sofia memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan berukuran besar tersebut, lalu dikeluarkannya pakaian dari dalam lemari. Selembar foto tiba-tiba terjatuh dari dalam laci saat dia mengeluarkan beberapa barang penting di dalamnya. Membungkukkan badan Sofia lalu meraih benda tersebut. Itu adalah foto Sofia dan Haris waktu acara lamaran dulu.Seketika ingatan Sofia kembali pada masa saat-saat pertemuan mereka yang pertama lima tahun silam.Sofia sedang berada di sebuah acara resepsi pernikahan salah seorang teman SMU. Ia yang saat itu datang sendirian, berdiri menunggu di salah satu sisi gedung sambil netranya memandang sekeliling mencari teman-teman yang lain. Namun setelah sekian

  • Istri yang Kau Buang   Bab 3. Kenyataan Pahit

    Tak sanggup terus mendengarkan suara sepasang kekasih di dalam kamar, tangan Sofia bergerak menutupi kedua telinga demi meredam suara yang membuat jantungnya serasa seperti tercabik. Tawa manja perempuan yang kini berstatus sebagai istri kedua itu seakan sengaja mengejek dan menertawakan kehancuran dirinya.Tak mau terus terpuruk dalam kesedihan, Sofia perlahan bangkit. Melangkah gontai menuju salah satu kamar yang lain. Sebuah ruangan berukuran lebih kecil dari kamar utama. Kamar itu lebih sering kosong karena tidak ada yang menempati. Seluruh ruangan tampak bersih dan rapi. Sofia memang selalu membersihkan kamar tersebut meski tak ada yang menempati.Wanita berwajah ayu itu memilih membaringkan tubuh rampingnya di atas ranjang berukuran sedang. Beberapa kali ia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Berharap sesak dalam dada segera sirna. Masih dengan sisa-sisa air mata, netranya memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Sepanjang malam itu Sofia

DMCA.com Protection Status