Beranda / Pernikahan / Istri yang Kau Buang / Bab 4. Sebuah Keputusan

Share

Bab 4. Sebuah Keputusan

Penulis: Asma Aziz
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 18:44:23

Sofia kembali masuk ke dalam rumah setelah  selesai membakar habis barang-barang bekas pakai kedua orang yang telah menghancurkan perasaannya. Langkahnya terhenti sesaat di ambang pintu kamar tidur yang selama ini jadi tempat peraduannya. Kamar yang sudah tak ingin dia lihat lagi apalagi untuk tidur di sana.

Sofia memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan berukuran besar tersebut, lalu dikeluarkannya pakaian dari dalam lemari. Selembar foto tiba-tiba terjatuh dari dalam laci saat dia mengeluarkan beberapa barang penting di dalamnya. Membungkukkan badan Sofia lalu meraih benda tersebut. Itu adalah foto Sofia dan Haris waktu acara lamaran dulu.

Seketika ingatan Sofia kembali pada masa saat-saat pertemuan mereka yang pertama lima tahun silam.

Sofia sedang berada di sebuah acara resepsi pernikahan salah seorang teman SMU. Ia yang saat itu datang sendirian, berdiri menunggu di salah satu sisi gedung sambil netranya memandang sekeliling mencari teman-teman yang lain. Namun setelah sekian lama, orang yang ditunggu tak kunjung datang. Sofia akhirnya melangkah menuju meja prasmanan dimana terhidang aneka makanan dan minuman. Saat akan mengambil salah satu hidangan yang tersaji, Sofia tak sengaja menumpahkan saus hingga mengenai pakaian tamu yang lain. Sofia merasa bersalah dan terus minta maaf. Karena akibat kecerobohannya, pakaian yang dikenakan orang itu menjadi kotor terkena noda.

"Ma--maaf ... saya benar-benar tidak sengaja."  Laki-laki itu menatap tajam wajah gugup Sofia. Sementara Sofia langsung menundukkan pandangan melihat tatapan tak suka pria di depannya.

"Sudah ... lupakan saja. Tapi sebagai balasannya kau harus menemaniku makan." Sofia mengangkat wajah, mengerutkan kening mendengar permintaan lelaki yang tidak dikenal itu. Karena tak punya alasan untuk menolak, Sofia terpaksa mengangguk mengiyakan. Toh, hanya menemaninya makan. Sofia tidak merasa keberatan karena dia juga sendirian di tempat itu. Teman-teman yang sejak tadi ditunggunya,  belum ada satu pun yang menampakkan diri.

Sofia dan pria asing itu lalu memilih salah satu tempat di bagian gedung yang tak begitu ramai. Duduk bersebelahan dan mulai menyantap hidangan pesta yang ada di tangan masing-masing.

"Saya minta maaf, karena saya bajunya jadi kotor begitu," ucap Sofia setelah menghabiskan suapan terakhirnya.

"Saya juga minta maaf karena sudah memintamu untuk menemaniku makan. Saya jarang sekali datang sendirian ke acara seperti ini. Biasanya datang bareng teman-teman yang lain. Kebetulan ada seorang gadis yang sudah membuat pakaian kotor begini, jadi yah, sekalian saja minta imbalan ... biar impas." Lelaki itu tersenyum memamerkan barisan giginya yang rapi. Netranya memandang lekat wajah cantik yang sejak tadi menunduk seakan sengaja menghindari tatapannya.

"Eh, namanya siapa?" tanya pria itu setelah mereka terdiam lama. 

"Sofia."

"Saya Haris."

Mereka kembali terdiam, tak tahu mau bicara apa. Hal yang wajar memang sebab mereka hanyalah dua orang yang tidak saling mengenal yang kebetulan bertemu karena sebuah insiden kecil. Merasa tak ada kepentingan lagi dengan pria asing tersebut, Sofia akhirnya pamit ingin bergabung dengan rombongan teman-temannya yang baru saja datang. Sofia tidak menyadari kalau pria yang tadi bersamanya terus memperhatikan dari jauh.

Setelah hari itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Sofia bahkan sudah lupa dengan nama laki-laki yang hanya didengarnya sekilas dan tak terekam dalam ingatan. Tidak ada alasan baginya untuk mengingat nama orang yang baru dikenal apalagi hanya bertemu sekali saja.

Hingga suatu hari, saat Sofia tengah beristirahat dalam kamar dan menikmati hari liburnya dengan bersantai di rumah, Ibu datang mengetuk pintu kamar dan memberi tahu kalau ada seseorang yang datang mencarinya. Sofia segera bangkit, bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan tamu yang datang. Karena tidak biasanya dia kedatangan tamu seorang laki-laki. Gadis itu dibuat terkejut saat melihat seorang pria asing tengah duduk di ruang tamu. Lelaki tampan itu langsung melemparkan senyuman begitu melihat Sofia telah berdiri di hadapan.

"Masih ingat sama saya kan?"

"Emm ... sedikit," jawab Sofia ragu-ragu.

"Kok, sedikit?"

"Iya, maaf. Soalnya saya sudah lupa namanya."

"Hem, begitu ya? Dan karena baru kenal, kamu juga menyebutkan nama palsu pada saya?"

"Nama palsu?" Sofia mengerutkan kening karena tak mengerti.

"Iya, nama kamu itu Hana, kan, bukan Sofia?"

Sofia terkekeh mendengar ucapan pria di depannya.

"Nama saya Hana Sofiana, biasa dipanggil Hana tapi lebih sering dipanggil Sofia. Teman-teman SMU memanggil saya dengan nama Hana."

"Oh, pantas saja waktu saya menanyakan nama kamu pada teman yang menikah tempo hari, dia sama sekali gak kenal dengan nama Sofia." Lelaki itu tersenyum lebar setelah mendengar penjelasan Sofia.

Selama enam bulan semenjak pertemuan mereka tempo hari, pria itu terus mencari tahu tentang Sofia. Namun, Haris kesulitan karena nama yang Sofia sebutkan adalah nama panggilan lain yang tidak dikenal oleh teman-temannya. Lelaki itu tak bisa melupakan wajah gugup Sofia saat bertemu di acara resepsi pernikahan temannya waktu itu. Butuh waktu enam bulan bagi Haris hingga akhirnya dia berhasil menemukan informasi tentang alamat rumah Sofia.

Sejak hari itu, Haris kerap datang ke rumah Sofia. Hanya saja Sofia tidak membiarkan dirinya hanya berduaan dengan Haris di ruang tamu. Sofia selalu meminta sang ibu untuk menemaninya setiap lelaki itu datang berkunjung. Awalnya Sofia hanya menganggap Haris biasa saja. Tutur kata yang lembut lagi santun setiap kali berbicara dengan sang ibu membuat Sofia tertarik. Sofia yang sebelumnya tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun, akhirnya bersedia saat Haris menyampaikan niatnya pada Ibu untuk meminang Sofia. Tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkan semuanya. Hanya dalam waktu sebulan, mereka akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri.

Awal-awal penikahan adalah hari yang paling membahagiakan bagi keduanya. Sofia yang sebelumnya tak mengenal istilah pacaran begitu menikmati kehidupannya yang baru. Menikmati peran sebagai seorang istri. Ia akhirnya melepaskan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan yang menopang kehidupannya selama ini.

Haris sendiri adalah tipe suami yang perhatian dan penyayang. Dia begitu mencintai istrinya walaupun kedua orang tua Haris tidak begitu menerima kehadiran Sofia, entah karena alasan apa. 

Selama sekian tahun menikah, lelaki itu tak pernah bosan mengingatkan Sofia untuk terus bersabar. Tetap bahagia menjalani hari-hari yang sepi, meski tanpa celoteh anak-anak. Mereka sama-sama saling menguatkan walau dalam hati mereka sebenarnya rapuh. 

Hingga suatu hari Haris--suaminya yang perhatian mulai berubah. Tepatnya semenjak peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Adam, kakak laki-laki Haris. Perubahan itu semakin terasa saat janda sang kakak ikut tinggal di rumah orang tua Haris. Itulah awal kehidupan pernikahan mereka mulai berubah.

Mengingat kenangan masa lalu, kembali mata Sofia berkaca-kaca. Kini kehidupan pernikahan yang begitu manis telah berubah. Kenyataan pahit yang dirasakannya saat ini telah membuatnya kehilangan semangat hidup.

Dengan punggung tangan dihapusnya genangan yang siap turun dari sudut mata. Sofia meremas lembar foto di tangannya lalu melempar benda itu ke dalam tempat sampah. Tak ingin berlama-lama berada di dalam kamar itu, Sofia bergegas keluar membawa pakaian dan barang penting miliknya. Meskipun berat, dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua. Sofia tak sanggup harus menyaksikan kebersamaan suaminya yang kini telah menikah lagi. Dan wanita itu yang tak lain adalah mantan ipar yang kini tinggal di rumah mertua.

Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang.

Bab terkait

  • Istri yang Kau Buang   Bab 5. Mencoba Bertahan

    Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang."Mau apa kamu bawa-bawa koper segala?" tanya Sofia geram melihat Dewi telah kembali lagi dengan membawa sebuah koper berukuran besar."Mau tinggal di sini. Kenapa? Ada masalah?" "Aku tidak akan mengijinkan kamu tinggal di rumahku!""Hei, kamu lupa ya, kalau aku sudah sah menjadi istri Mas Haris? Itu artinya semua milik Mas Haris adalah milikku juga." Jawaban Dewi membuat Sofia tersulut emosi. Ditendangnya koper milik Dewi hingga terjungkal."Sofia!" Tiba-tiba terdengar suara berat seseorang. Haris datang bersama seorang anak balita yang berada dalam gendongan. Pria itu tergopoh menghampiri kedua istrinya yang sedang beradu mulut di depan pintu. Ditatapnya Sofia yang melempar pandangan tak suka padanya."Sudahlah Sofia, tidak enak diliat orang," ucap Haris berusaha menenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Istri yang Kau Buang   Bab 6. Sandiwara Dewi

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati. Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Istri yang Kau Buang   Bab 1. Tiba-tiba Dimadu

    "Apa yang kau lakukan di kamarku?" teriak Sofia saat mendapati seorang perempuan tengah berbaring di atas ranjang miliknya. Wanita yang masih mengenakan kebaya putih khas pengantin itu menoleh, lalu memandang dengan tatapan pongah. Perlahan dia mengubah posisi tubuh menghadap Sofia yang berdiri di ambang pintu. Sebelah tangan dia gunakan untuk menyangga kepala, sementara kedua kaki sengaja dia julurkan hingga tampak betisnya yang putih mulus."Ini kamar Mas Haris. Itu artinya ... ini kamarku juga." "Apa kau bilang?" bentak Sofia dengan mata membulat. Bisa-bisanya perempuan itu mengakui kamar tidur ini sebagai kamar miliknya, hanya karena kini dia sudah resmi menjadi istri kedua Haris, suami Sofia."Hei, santai saja kenapa? Kau tahu sendiri kalau separuh rumah Ibu sedang direnovasi, termasuk kamar Mas Haris. Di sana juga masih banyak tamu. Kami tak bebas berduaan. Jadi, kami memutuskan untuk menginap di sini. Di kamar ini.""Apa? Menginap di sini? Kalian benar-benar sudah gila!" Sofi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 6. Sandiwara Dewi

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati. Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempu

  • Istri yang Kau Buang   Bab 5. Mencoba Bertahan

    Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang."Mau apa kamu bawa-bawa koper segala?" tanya Sofia geram melihat Dewi telah kembali lagi dengan membawa sebuah koper berukuran besar."Mau tinggal di sini. Kenapa? Ada masalah?" "Aku tidak akan mengijinkan kamu tinggal di rumahku!""Hei, kamu lupa ya, kalau aku sudah sah menjadi istri Mas Haris? Itu artinya semua milik Mas Haris adalah milikku juga." Jawaban Dewi membuat Sofia tersulut emosi. Ditendangnya koper milik Dewi hingga terjungkal."Sofia!" Tiba-tiba terdengar suara berat seseorang. Haris datang bersama seorang anak balita yang berada dalam gendongan. Pria itu tergopoh menghampiri kedua istrinya yang sedang beradu mulut di depan pintu. Ditatapnya Sofia yang melempar pandangan tak suka padanya."Sudahlah Sofia, tidak enak diliat orang," ucap Haris berusaha menenan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 4. Sebuah Keputusan

    Sofia kembali masuk ke dalam rumah setelah selesai membakar habis barang-barang bekas pakai kedua orang yang telah menghancurkan perasaannya. Langkahnya terhenti sesaat di ambang pintu kamar tidur yang selama ini jadi tempat peraduannya. Kamar yang sudah tak ingin dia lihat lagi apalagi untuk tidur di sana.Sofia memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan berukuran besar tersebut, lalu dikeluarkannya pakaian dari dalam lemari. Selembar foto tiba-tiba terjatuh dari dalam laci saat dia mengeluarkan beberapa barang penting di dalamnya. Membungkukkan badan Sofia lalu meraih benda tersebut. Itu adalah foto Sofia dan Haris waktu acara lamaran dulu.Seketika ingatan Sofia kembali pada masa saat-saat pertemuan mereka yang pertama lima tahun silam.Sofia sedang berada di sebuah acara resepsi pernikahan salah seorang teman SMU. Ia yang saat itu datang sendirian, berdiri menunggu di salah satu sisi gedung sambil netranya memandang sekeliling mencari teman-teman yang lain. Namun setelah sekian

  • Istri yang Kau Buang   Bab 3. Kenyataan Pahit

    Tak sanggup terus mendengarkan suara sepasang kekasih di dalam kamar, tangan Sofia bergerak menutupi kedua telinga demi meredam suara yang membuat jantungnya serasa seperti tercabik. Tawa manja perempuan yang kini berstatus sebagai istri kedua itu seakan sengaja mengejek dan menertawakan kehancuran dirinya.Tak mau terus terpuruk dalam kesedihan, Sofia perlahan bangkit. Melangkah gontai menuju salah satu kamar yang lain. Sebuah ruangan berukuran lebih kecil dari kamar utama. Kamar itu lebih sering kosong karena tidak ada yang menempati. Seluruh ruangan tampak bersih dan rapi. Sofia memang selalu membersihkan kamar tersebut meski tak ada yang menempati.Wanita berwajah ayu itu memilih membaringkan tubuh rampingnya di atas ranjang berukuran sedang. Beberapa kali ia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Berharap sesak dalam dada segera sirna. Masih dengan sisa-sisa air mata, netranya memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Sepanjang malam itu Sofia

DMCA.com Protection Status