Home / Pernikahan / Istri yang Kau Buang / Bab 3. Kenyataan Pahit

Share

Bab 3. Kenyataan Pahit

Author: Asma Aziz
last update Last Updated: 2022-09-08 18:43:14

Tak sanggup terus mendengarkan suara sepasang kekasih di dalam kamar, tangan Sofia bergerak menutupi kedua telinga demi meredam suara yang membuat jantungnya serasa seperti tercabik. Tawa manja perempuan yang kini berstatus sebagai istri kedua itu seakan sengaja mengejek dan menertawakan kehancuran dirinya.

Tak mau terus terpuruk dalam kesedihan, Sofia perlahan bangkit. Melangkah gontai menuju salah satu kamar yang lain. Sebuah ruangan berukuran lebih kecil dari kamar utama. Kamar itu lebih sering kosong karena tidak ada yang menempati. Seluruh ruangan tampak bersih dan rapi. Sofia memang selalu membersihkan kamar tersebut meski tak ada yang menempati.

Wanita berwajah ayu itu memilih membaringkan tubuh rampingnya di atas ranjang berukuran sedang. Beberapa kali ia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Berharap sesak dalam dada segera sirna. Masih dengan sisa-sisa air mata, netranya memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. 

Sepanjang malam itu Sofia kesulitan memejamkan mata. Bayangan Haris yang kini telah menikah lagi terus mengganggu pikitannya. Sofia terus dihantui perasaan gelisah. Berulang kali membalikkan badan dan mengubah posisi tidur, tapi tak juga berhasil memejamkan mata. Dadanya kembali sesak setiap kali membayangkan sang suami kini tengah berada dalam pelukan wanita lain.

Hingga pagi menjelang, Sofia masih juga kesulitan memejamkan mata. Wanita itu kemudian bangkit lalu duduk di tepi ranjang.  Tangannya bergerak memijat kepala yang terasa berdenyut. Kurang tidur dan kebanyakan menangis membuat wanita itu merasa sedikit pusing.

Sofia memaksakan diri melangkah ke luar kamar untuk bersih-bersih dan berwudu. Saat melintas di ruang keluarga, hatinya kembali perih saat mengingat kejadian malam tadi. Dia berusaha menahan diri agar tidak menoleh ke arah kamar dimana suami dan istri barunya berada.

Dengan sedikit terburu-buru Sofia mengayunkan langkah menuju kamar mandi yang berada di bagian belakang. Perlahan ia membasuh muka yang sembab karena kebanyakan menangis. Air dingin yang membasahi wajah membuatnya merasa lebih segar dari sebelumnya. Usai bersih-bersih dan berwudu, ia bergegas kembali ke kamar yang tadi dia tempati.

Setelah mengenakan mukena dan membentangkan sajadah, Sofia lalu menunaikan salat dua rakaat. Perempuan itu begitu khusyuk dalam sujud yang panjang. Tubuhnya sampai berguncang keras karena tangis yang tak kuasa dibendung. Segala resah dan lara di hati ia curahkan. Seluruh gundah dalam dada dia tumpahkan. Karena hanya kepada-Nya, sebaik-baik tempat mengadu.

Sofia merasa dirinya lebih tenang setelahnya. Wanita itu berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan belajar mengikhlaskan semuanya, walau ia juga sadar jika itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sofia kembali bersujud hingga akhirnya ia tertidur di atas sajadah.

***

Sinar matahari pagi menerobos masuk melewati kaca jendela. Cahayanya menyentuh tubuh Sofia yang masih terbaring di atas sajadah. Perlahan Sofia membuka mata. Wanita itu bangkit dari tempatnya berbaring. Kepalanya masih terasa berat karena kurang tidur dan kebanyakan menangis.

Melangkah ke dapur hendak mengambil segelas air minum untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Baru saja menenggak beberapa teguk air dalam gelas, dari arah belakang terdengar suara seseorang. Sofia menoleh menatap Dewi yang muncul dengan rambut yang tergerai basah. Perempuan itu berdiri di ambang pintu, sambil sebelah tangannya terus menyisir rambut panjangnya dengan jemari.

"Mana sarapannya?" tanya Dewi tanpa rasa malu.

"Apa?" Sofia mengerutkan kening, berusaha menahan rasa jengkel karena kehadiran wanita ini.

"Harusnya kamu menyiapkan sarapan. Aku kan, tamu di rumah ini."

"Hanya tamu yang tidak punya akhlak yang bertingkah seenaknya di rumah orang," jawab Sofia jengkel.

"Sudahlah, Sofia. Tidak ada gunanya terus marah-marah seperti ini. Kau harus terima kenyataan, bahwa sekarang aku adalah adik madumu."

"Kau benar-benar perempuan licik, Dewi. Memanfaatkan keadaan untuk memancing simpati semua orang. Sengaja mencari-cari perhatian Mas Haris."

"Kau cukup pintar menilaiku ternyata, Sofia. Sayangnya kau terlalu lugu hingga membiarkan suamimu terjerat pesonaku," ucap wanita itu tertawa sambil menyibakkan rambutnya yang tergerai basah. 

Ingin rasanya Sofia menjambak rambut panjang perempuan di depannya. Apalagi saat melihat Dewi tersenyum miring dengan tatapan merendahkan. Baru saja Sofia hendak melangkah mendekati perempuan itu, tiba-tiba Haris muncul dari balik pintu, dengan rambut yang masih basah.

Melihat kedatangan Haris, buru-buru Dewi menggamit lengan suaminya sambil merapatkan tubuh pada laki-laki itu. Melihat tingkah menyebalkan Dewi, hati Sofia semakin panas.

"Mas, aku lapar. Sofia tidak mau menyiapkan makan untuk kita." Dewi merengek seperti anak kecil.

"Menyiapkan makan? Enak saja!" 

"Ya iyalah. Aku kan tamu di sini." Sofia benar-benar dibuat kesal oleh perempuan yang terus menempel pada sang suami. Ingin rasanya dia mencakar wajah dan bibir merah wanita itu agar tahu sedikit sopan santun.

"Sudah ... sudah. Ayo kita cari makan di luar, Mas juga lapar nih."

Dewi tersenyum mendengar ajakan Haris. Memang itu yang dia mau. Tadi dia sengaja menanyakan sarapan hanya untuk memancing emosi Sofia. Tentu saja Dewi tak berani menyentuh makanan dan minuman di rumah Sofia. Takut yang empunya rumah menambahkan sianida atau semacamnya dalam makanan dan minuman di rumah ini. Memikirkan itu Dewi bergidik ngeri. 

Merasa dipelototi oleh Sofia, Dewi membuang wajah ke arah lain dan tersenyum penuh kemenangan. Perempuan bertubuh sintal itu lalu melangkah sambil bergelayut manja di lengan Haris. Tak ada sama sekali penolakan dari pria yang kini memiliki dua istri. Lelaki itu membiarkan saja segala tingkah istri barunya yang sengaja bermanja-manja di depan istri pertama. Haris seolah tidak peduli pada sebuah hati yang terluka karena menyaksikan kemesraan mereka.

Kedua orang itu lalu berjalan keluar rumah. Haris mulai menyalakan motor matic milik Sofia yang terparkir di depan rumah, sementara Dewi langsung duduk membonceng di belakang. Merasa terus diperhatikan oleh Sofia, tingkah Dewi semakin menjadi. Wanita itu kembali merapatkan tubuhnya pada Haris. Kedua tangannya melingkar sempurna memeluk erat pinggang Haris dari belakang. Dengan senyum mengejek dia memandang Sofia yang terpaku di tempatnya berdiri.

Sofia bergegas menutup pintu rumah dan menguncinya. Tidak sudi berlama-lama menyaksikan pemandangan yang hanya membuat hatinya kembali sesak. Sofia tidak mau Dewi melihat air matanya. Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak memperlihatkan kelemahan di depan perempuan yang telah berhasil merebut hati suaminya.

Setelah kepergian dua orang itu, Sofia melangkah masuk menuju kamar utama. Tangannya menekan handel lalu mendorongnya kasar hingga pintu terbuka lebar. Netranya sedikit membulat saat menyaksikan pemandangan di dalam sana.

Kamar pribadinya itu terlihat begitu berantakan. Tampak selimut teronggok di sudut ruangan dekat kamar mandi. Sebuah lingerie merah tergeletak begitu saja di atas lantai. Sofia geleng-geleng kepala menyaksikan pemandangan di depannya. Dengan perasaan jijik, ditarikhya kuat-kuat kain seprei yang sudah setengah terbuka, hingga lepas dari tempatnya. Selimut, kain seprei dan lingerie bekas pakai Dewi dibawanya ke halaman belakang rumah. Hendak dibakarnya benda-benda itu, kalau perlu dengan ranjangnya sekalian.

Related chapters

  • Istri yang Kau Buang   Bab 4. Sebuah Keputusan

    Sofia kembali masuk ke dalam rumah setelah selesai membakar habis barang-barang bekas pakai kedua orang yang telah menghancurkan perasaannya. Langkahnya terhenti sesaat di ambang pintu kamar tidur yang selama ini jadi tempat peraduannya. Kamar yang sudah tak ingin dia lihat lagi apalagi untuk tidur di sana.Sofia memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan berukuran besar tersebut, lalu dikeluarkannya pakaian dari dalam lemari. Selembar foto tiba-tiba terjatuh dari dalam laci saat dia mengeluarkan beberapa barang penting di dalamnya. Membungkukkan badan Sofia lalu meraih benda tersebut. Itu adalah foto Sofia dan Haris waktu acara lamaran dulu.Seketika ingatan Sofia kembali pada masa saat-saat pertemuan mereka yang pertama lima tahun silam.Sofia sedang berada di sebuah acara resepsi pernikahan salah seorang teman SMU. Ia yang saat itu datang sendirian, berdiri menunggu di salah satu sisi gedung sambil netranya memandang sekeliling mencari teman-teman yang lain. Namun setelah sekian

    Last Updated : 2022-09-08
  • Istri yang Kau Buang   Bab 5. Mencoba Bertahan

    Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang."Mau apa kamu bawa-bawa koper segala?" tanya Sofia geram melihat Dewi telah kembali lagi dengan membawa sebuah koper berukuran besar."Mau tinggal di sini. Kenapa? Ada masalah?" "Aku tidak akan mengijinkan kamu tinggal di rumahku!""Hei, kamu lupa ya, kalau aku sudah sah menjadi istri Mas Haris? Itu artinya semua milik Mas Haris adalah milikku juga." Jawaban Dewi membuat Sofia tersulut emosi. Ditendangnya koper milik Dewi hingga terjungkal."Sofia!" Tiba-tiba terdengar suara berat seseorang. Haris datang bersama seorang anak balita yang berada dalam gendongan. Pria itu tergopoh menghampiri kedua istrinya yang sedang beradu mulut di depan pintu. Ditatapnya Sofia yang melempar pandangan tak suka padanya."Sudahlah Sofia, tidak enak diliat orang," ucap Haris berusaha menenan

    Last Updated : 2022-09-08
  • Istri yang Kau Buang   Bab 6. Sandiwara Dewi

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati. Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempu

    Last Updated : 2022-09-10
  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

    Last Updated : 2022-09-20
  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

    Last Updated : 2022-09-23
  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

    Last Updated : 2022-09-24

Latest chapter

  • Istri yang Kau Buang   Bab 11. Perempuan Bergincu Merah

    "Penampilanmu itu merusak pemandangan," pungkas lelaki itu membuat hati Sofia mencelos.Sofia menunduk. Apa yang diucapkan oleh lelaki itu memang benar adanya. Siapa pun yang melihatnya, mungkin akan berpendapat seperti itu. Sofia sudah menduga ini sebelumnya. Apa boleh buat, ia tak punya pakaian lain. Dia tidak mungkin memaksakan diri untuk membeli beberapa lembar baju baru yang lebih pantas. Bisa-bisa ia harus puasa sebulan penuh.Menyaksikan perubahan raut wajah Sofia, Alif merasa bersalah. Laki-laki itu menyesal telah berkata seperti itu. Kalimat yang barusan ia ucapkan telah menyakiti perasaan wanita yang belum genap sejam bekerja di kantor itu."Maafkan perkataanku barusan. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi jika kamu menolak, berarti harus siap-siap menyaksikan pemandangan seperti tadi." Alif berkata datar. Laki-laki itu kemudian kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaan.Tak lama kemudian terdengar suara lirih Sofia yang mengucapkan terima kasih. Perempuan itu akh

  • Istri yang Kau Buang   Bab 10. Kembali Bekerja

    "Nih, upahmu. Karena kerjamu nggak becus, kamu hanya akan dibayar dengan sebungkus nasi putih." Bu Jenar lalu melemparkan sebuah bungkusan pada Sofia, yang kemudian dipungut oleh Sofia dengan tangan bergetar. Dengan mata berkaca-kaca, ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.Para pelanggan yang kebetulan menyaksikan bagaimana Sofia diperlakukan, hanya bisa geleng-geleng kepala. Sikap semena-mena pemilik warung membuat mereka ilfil. Beberapa diantaranya langsung berdiri meninggalkan tempat itu. Pun dengan seorang pria bertopi dan berkaca mata hitam yang sejak tadi memperhatikan Sofia. Laki-laki itu meninggalkan meja, setelah sebelumnya membayar makanan yang belum sempat disentuhnya.Pria berkaca mata hitam berdiri terpaku di pinggir jalan. Netranya memandang punggung Sofia yang berjalan menjauh. Untuk beberapa saat lamanya ia mengarahkan pandangan pada wanita itu. Ia kemudian melangkah menuju mobil sport hitam miliknya yang terparkir tak jauh dari situ.Di depan sana, Sofia melangk

  • Istri yang Kau Buang   Bab 9. Lembaran Baru

    "Oke, sudah lengkap. Silahkan masuk," ucap wanita itu, kemudian membuka pintu ruangan yang sejak tadi tertutup. Menarik napas panjang demi mengurangi rasa gugup, Sofia lalu melangkah masuk dengan ucapan basmalah. Di dalam ruangan itu telah duduk empat orang dengan draf pertanyaan masing-masing. Dua diantaranya wanita, sisanya adalah laki-laki. Sofia dipersilahkan duduk tepat di hadapan para pewawancara. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika salah seorang laki-laki yang tadi duduk membelakangi, tiba-tiba membalikkan badan dan langsung menatapnya tajam.Sofia berusaha bersikap tenang, mengabaikan sorot dingin dan menusuk dari pria yang sempat ditemuinya di toilet lantai bawah. Bersikap biasa saja meski sebenarnya ia begitu gugup saat ini. Dia yang tadinya sudah menyiapkan diri untuk melakukan interview, mendadak kehilangan konsentrasi karena keberadaan lelaki yang tadi membentaknya karena salah masuk toilet.Sofia yang sempat merasa tegang karena menjadi pusat perhatian akhirnya me

  • Istri yang Kau Buang   Bab 8. Keputusan Sofia

    Sofia segera menutup pintu rumahnya dengan kasar. Wanita itu duduk terkulai di sofa. Kepalanya yang tadi pusing semakin berdenyut sakit. Dengan malas, ia lalu meraih amplop putih yang tergeletak di atas meja, yang tadi diberikan Dewi. Dibukanya benda itu perlahan. Netranya membeliak tak percaya saat menghitung jumlah lembaran rupiah yang ada di dalamnya."Tiga ratus ribu?" tanyanya lirih pada diri sendiri sambil mengeluarkan tiga lembar uang kertas berwarna merah dari dalam amplop."Tega kamu, Mas, membiarkan istri mudamu memperlakukan aku seperti ini." Tangan Sofia mengepal menahan amarah. Ditariknya napas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-paru yang terasa sesak. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Perempuan itu bangkit dari tempat duduk, menghapus lelehan air mata dengan kasar. Habis sudah kesabarannya kini. Sudah cukup ia diperlakukan semena-mena seperti ini. Ia tak mau lagi mengemis belas kasihan pada laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tak sudi terus ditind

  • Istri yang Kau Buang   Bab 7. Masih Bertahan

    "Demi Allah, Bu. Saya tidak pernah menyakiti Alisa.""Jangan bohong kamu! Ibu memang sudah muak melihat wajahmu yang sok lugu itu. Perempuan mandul seperti kamu ini, lebih baik diceraikan saja!""Astaghfirullah, Bu. Ini tentang masalah Alisa, kenapa sampai bicara soal perceraian? Saya bersumpah atas nama Allah, kalau saya tidak pernah menyakiti cucu Ibu!""Halah! Kamu ini banyak omong. Lebih baik kamu tinggalkan saja rumah ini, daripada menjadi sumber malapetaka bagi cucuku." Wanita tua itu kembali menghardik."Haris tidak membutuhkan istri mandul seperti kamu. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang subur seperti Dewi." Tanpa mempedulikan perasaan Sofia, ibunda Haris terus bicara sambil telunjuknya mengarah ke wajah sang menantu. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekitar di mana orang-orang telah berdatangan dan menyaksikan semuanya.Salah seorang kerabat ibu mertua yang kebetulan melintas, segera menghampiri untuk menenangkan wanita yang sedang dikuasai oleh amarah itu. Dengan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 6. Sandiwara Dewi

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Sofia!" Haris menatap tajam pada Sofia, bersamaan dengan gerakan tangan lelaki itu yang tiba-tiba melayang ke arah sang istri.Sofia tersentak saat merasakan kibasan tangan milik Haris mengenai wajahnya dengan keras. Rasa sakit seketika menjalar pada pipi yang barusan terkena tamparan. Menyisakan perih pada kulit wajah dan rasa pusing di kepala. Wanita itu mengerjapkan mata yang terasa berkunang-kunang, lalu menyentuh pipi yang terasa seperti terbakar. Rasa sakit yang ditimbulkan bukan hanya terasa di pipi, tapi juga di hati. Sofia tak menyangka Haris telah tega melakukan kontak fisik dengan menamparnya. Lelaki itu bertindak kasar hanya karena hasutan dan tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Dewi, perempuan yang belum genap seminggu menjadi istri kedua. Wanita itu telah berhasil mengubah Haris yang dulu sangat lembut dan perhatian menjadi sosok yang pemarah.Dengan mudahnya Haris termakan hasutan Dewi padahal Haris tahu pasti, Sofia adalah perempu

  • Istri yang Kau Buang   Bab 5. Mencoba Bertahan

    Dari arah luar terdengar suara ketukan di pintu depan. Bergegas Sofia melangkah untuk membuka pintu. Netranya membeliak saat menyaksikan seorang perempuan seksi telah berdiri di depan pintu dengan senyum menantang."Mau apa kamu bawa-bawa koper segala?" tanya Sofia geram melihat Dewi telah kembali lagi dengan membawa sebuah koper berukuran besar."Mau tinggal di sini. Kenapa? Ada masalah?" "Aku tidak akan mengijinkan kamu tinggal di rumahku!""Hei, kamu lupa ya, kalau aku sudah sah menjadi istri Mas Haris? Itu artinya semua milik Mas Haris adalah milikku juga." Jawaban Dewi membuat Sofia tersulut emosi. Ditendangnya koper milik Dewi hingga terjungkal."Sofia!" Tiba-tiba terdengar suara berat seseorang. Haris datang bersama seorang anak balita yang berada dalam gendongan. Pria itu tergopoh menghampiri kedua istrinya yang sedang beradu mulut di depan pintu. Ditatapnya Sofia yang melempar pandangan tak suka padanya."Sudahlah Sofia, tidak enak diliat orang," ucap Haris berusaha menenan

  • Istri yang Kau Buang   Bab 4. Sebuah Keputusan

    Sofia kembali masuk ke dalam rumah setelah selesai membakar habis barang-barang bekas pakai kedua orang yang telah menghancurkan perasaannya. Langkahnya terhenti sesaat di ambang pintu kamar tidur yang selama ini jadi tempat peraduannya. Kamar yang sudah tak ingin dia lihat lagi apalagi untuk tidur di sana.Sofia memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan berukuran besar tersebut, lalu dikeluarkannya pakaian dari dalam lemari. Selembar foto tiba-tiba terjatuh dari dalam laci saat dia mengeluarkan beberapa barang penting di dalamnya. Membungkukkan badan Sofia lalu meraih benda tersebut. Itu adalah foto Sofia dan Haris waktu acara lamaran dulu.Seketika ingatan Sofia kembali pada masa saat-saat pertemuan mereka yang pertama lima tahun silam.Sofia sedang berada di sebuah acara resepsi pernikahan salah seorang teman SMU. Ia yang saat itu datang sendirian, berdiri menunggu di salah satu sisi gedung sambil netranya memandang sekeliling mencari teman-teman yang lain. Namun setelah sekian

  • Istri yang Kau Buang   Bab 3. Kenyataan Pahit

    Tak sanggup terus mendengarkan suara sepasang kekasih di dalam kamar, tangan Sofia bergerak menutupi kedua telinga demi meredam suara yang membuat jantungnya serasa seperti tercabik. Tawa manja perempuan yang kini berstatus sebagai istri kedua itu seakan sengaja mengejek dan menertawakan kehancuran dirinya.Tak mau terus terpuruk dalam kesedihan, Sofia perlahan bangkit. Melangkah gontai menuju salah satu kamar yang lain. Sebuah ruangan berukuran lebih kecil dari kamar utama. Kamar itu lebih sering kosong karena tidak ada yang menempati. Seluruh ruangan tampak bersih dan rapi. Sofia memang selalu membersihkan kamar tersebut meski tak ada yang menempati.Wanita berwajah ayu itu memilih membaringkan tubuh rampingnya di atas ranjang berukuran sedang. Beberapa kali ia menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Berharap sesak dalam dada segera sirna. Masih dengan sisa-sisa air mata, netranya memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Sepanjang malam itu Sofia

DMCA.com Protection Status