Selamat membaca.Demi keselamatan Sania, Luke menghukum Salsabila. Dan membuat dua orang itu tak bisa saling bertemu dan Sania setuju, namun akibatnya. Sania marah padanya.Luke mendengus karena Sania terus-terusan berada di kamarnya."Kau pikir apa yang ku lakukan?" tanya Luke, Sania memandang singkat ke arah pria yang baru saja muncul dari balik pintu. "Membunuhnya?" tanya Luke lagi.Sania mengerutkan keningnya mengingat kejadian kemarin. "Kau pikir sendiri.""Aku tidak membunuhnya Sania, dia masih hidup dan itu pantas untuk ia dapatkan.""Memangnya Salsabila terlihat seperti pengawal hebat yang dilatih seperti anjing polisi?!" tutur Sania. Ia mengelengkan kepalanya kemudian,- "tidak, 'kan? Dia cuma seorang pelayan Luke!" serang Sania marah pada Luke.Luke tak menampik hal itu. Dia memang sudah kelewatan, tapi ia lakukan itu demi Sania—dia tahu kalau Sania pasti akan berulah diluar sana."Aku suami yang kejam ya." degus Luke. Sebelum berlalu dari kamar Sania—mengunci pintu dari luar
Selamat membaca.Luke dan Sania sampai di sebuah pameran, dan Luke tak menyangka kalau ia akan datang ke tempat yang tak sesuai dengan ekspetasinya.Berlumpur, penuh dengan rumput yang tinggi-tinggi."Apa yang kau pikirkan Sania?"Luke berbalik ingin pulang. Tapi Sania yang sudah dengan susah payah keluar mengajak Luke, tentu saja tak akan membiarkan pria itu pergi."Ayolah Luke hari ini penutupan pameran, tidak akan ada lagi." Regek Sania dengan wajah yang dibuat memelas dan menyedihkan.Luke tidak tahan melihat Sania. Tapi pameran yang ada di pikiran Luke adalah pameran kelas atas dan bukannya pameran lapangan yang bisa dihadiri siapa saja."Kalau kau ingin bermain, aku bisa membawamu ke Duvan Sania. Tidak perlu disini.""Aku Kan bilang mau es krim.""Kau bisa membelinya tahun depan.""Tidak bisa.""Kenapa?""Sania mungkin tidak punya Suami saat itu, yang artinya Sania tidak punya pasangan. Jadi Sania tidak akan mendapatkan es krim itu tahun depan." jelas Sania dengan nada sedikit m
Selamat membaca.Puas berkeliling, akhirnya Sania mendapatkan keinginannya untuk makan eskrim langka yang mungkin tak akan ia makan lagi nanti."Mau coba?" tawar Sania, menyodorkan eskrim yang ia pegang dengan kedua tangannya seperti takut kalau es krim itu akan melompat ke dalam air. Dan berenang menjauh. Luke hanya memutar bola matanya tak tertarik. "Jadi tidak mau, yah sudah." Sania sama tak pedulinya dengan Luke, akhirnya ia mengigit eskrim berbentuk ikan itu dengan lahap. "Begitu caramu menikmati eskrim?" tanya Luke, heran kenapa Sania makan begitu cepat."Memangnya harus bagaimana? Memotretnya atau menjilatnya perlahan-lahan begitu. Mana berasa, lebih baik langsung dikunyah saja. Lebih nikmat." jelas Sania sembari menaikan satu alisnya pada Luke.Sedang Luke malah membalikan badannya saat mendengar penjelasan Sania."Kau kenapa?" tanya Sania heran. Sebelum menelan potongan terakhir. "Kalau biar aku cicipi—" ucapan Luke berhenti saat matanya tak menemukan es yang di beli oleh
Selamat membaca.Satu malam penuh Luke mengawasi Sania, mengurus gadis itu dengan penuh sayang. Mengawasi Sania tanpa tertidur di kamar Sania yang terlihat begitu menyakitkan hatinya.Entah mengapa ia sangat marah. Tetapi ia tidak bisa melukai Sania—ia butuh pelampiasan. Dan jawabannya mungkin, adalah 'wanita'Mengeram dalam diam, Luke berniat beranjak dari kamar Sania. Akan tetapi saat Sania tiba-tiba saja bangun dari tidurnya, menghentikan niat Luke. "Kenapa bangun?"Luke semakin marah saat melihat ponsel ditangan Sania."Luke, ada pesan dari nomor yang tidak di kenal." terang Sania dengan nada lemah. Itu sebabnya Luke tidak ingin Sania tidur dengan ponsel menyala di samping Sania, karena bisa menganggu tidur Sania."Kau sedang sakit Sania."Luke menghampiri, memaksa Sania untuk kembali berbaring. Namun Sania malah memperlihatkan Chet yang tidak henti-hentinya datang dan mendominasi Notif di ponselnya."Frank?" nama kakek Luke.Sania menghela nafas kasar. "Sepertinya kau ketahuan,
Selamat membaca."Panas." Isak Sania.Berada dalam satu selimut yang sama dengan Luke, dalam tubuh terbakar, lemas, dan sakit. Membuat Luke cemas dengan keadaan Sania.Sebelum asap yang sangat pekat muncul dari celah pintu, dan memenuhi kamar seakan akan sedang terjadi kebakaran.Uhuk!Sania sampai merasa sesak nafas, tapi mereka harus tetap bersembunyi seperti sedang melakukan sesuatu. Untuk meyakinkan niat buruk orang yang ada di balik CCTV itu.Saat asap sudah cukup tebal. Luke dengan cepat melempar selimut, berlari keluar sembari mengendong Sania. Setidaknya wajah Sania tak di kenali mereka, semua atas bantuan Bu Avanti yang peka.Di kamar Luke. "Aku butuh dokter." Pinta Sania sembari mencengkram bahu Luke."Tidak.""Luke, kau bukan dokter.""Sania benar tuan, dia butuh dokter sekarang." saran Avanti."Diamlah Avanti!""Maafkan saya."Saling tatap, saling meyakinkan satu sama lainnya. Luke mengelengkan kepalanya tak setuju, namun Sania malah mencengkram kerah baju Luke. Menatap p
Selamat membaca."Jadi, kalian sudah menikah?""Secara hukum. Iya." jawab Sania. Di meja makan, menikmati kudapannya setelah membaik setelah dirawat oleh Nael yang sedikit menyebalkan itu.Kemudian Nael menatap Luke. "Kenapa tidak mengundangku?""Tidak ada pesta." jawab Luke."Tetap saja aku harus diundang.""Diundang," ulang Luke. "Ingat terlahir kali aku membawamu ke pesta pertemuan keluarga? Nael kau seorang dokter saat itu, tapi kau bertingkah seperti seorang pria yang tak takut melepas nama baik dengan nyawa dihadapan kakekku!"Nael memutar bola matanya. "Itu karena mereka merendahkan mu.""Dan kau ingin membantuku dengan membunuh mereka?""Mereka bukan keluarga yang baik Luke.""Aku tahu."Sementara Sania hanya fokus pada kudapannya, mengabaikan dua orang aneh itu sebelum Nael menatap Sania. Berniat menyerang Sania."Sania ya, nama yang bagus. Tapi cara makanmu yang seperti itu akan membuatmu ditendang dari keluarga Conan!" Sania tak peduli. "Kau mendengarkan ku?" Sania mengele
Selamat membaca."Sania!"Nael lebih dulu bergerak menghampiri Sania, sebelum Luke bangkit sembari merobek bajunya untuk membalut luka di punggung Sania.***Beberapa saat setelah kejadian ganjil itu, Luke terlihat cemas saat melihat luka ditubuh Sania."Kau marah?" tanya Sania hati-hati.Sedang Luke yang hanya memperhatikan Nael memulihkan keadaan Sania, kini melirik Sania dengan tatapan tajam. Sania menghembuskan nafasnya kasar."Ku dengar ini pertama kalinya kau terluka parah, apa benar?" tanya Nael, berusaha untuk mencairkan suasana."Iya, pertama kalinya. Mungkin akan meninggalkan bekas."Sania terlihat mempermasalahkan hal itu, Nael juga sadar kalau Luke tidak menunjukan apapun selain menatap Luka Sania dengan serius. Kemudian Nael menatap Luke dengan tatapan tajam."Apa kau akan memakannya?"Pertanyaan yang ditunjukan untuk Luke secara terang-terangan itu membuat Luke menolehkan pandangannya pada Nael. Yang mencoba memperingatinya untuk menurunkan tatapan mengerikan itu dari Sa
Selamat membaca.Tok!Tok!Tok!Suara pintu terbuka, diikuti dengan masuknya Luke ke dalam kamar Sania."Luke?" Sania tertegun saat melihat Luke memutar kunci kamar, yang artinya Luke tidak ingin ada seorangpun yang masuk.Cemas dan takut. Sania bangkit dari ranjangnya. Namun sebelum sempat kaki telanjang Sania menyentuh lantai, Luke menghentikannya."Sudah, diam saja disana." perintah Luke yang langsung dimengerti oleh Sania.Luke mendekat, dan Sania kembali tidur membelakagi Luke. Membiarkan Luke memeluk Sania dengan eratnya dari belakang, sama seperti yang harus dilakukan seorang istri yang baik. Semua agar mereka tidak dicurigai nantinya.Meski sudah sedikit terbiasa, entah mengapa kali ini. "Perasaan terganggu," Pikir Sania. Membuka matanya, menatap tangan kekar Luke yang melingkari pinggangnya sekarang. "Ada yang tidak beres. Apa, aku sakit hati?" tanya Sania membatin. Mencoba merapatkan matanya untuk tidur.Beberapa jam kemudian."Kau tidak tidur?" tanya Luke sadar kalau Sania