Share

Kelainan ditemukan

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2024-06-02 14:34:15

Carla seorang wanita sibuk, ia berkarir sebagai seorang pengusaha dan mandiri dalam finansial. Kebutuhan hidupnya terpenuhi. Bahkan ia sempat dijuluki wanita cerdas karena kehidupannya yang serba mewah dan sempurna. Itu dulu, jauh sebelum isu tak sedap itu menyerangnya.

Beberapa kalangan pebisnis muda yang bernaung di dalam satu wadah organisasi pengusaha, banyak yang menunjukkan ketidaksukaannya pada sosok Carla. Tak ada yang bisa mencegah seseorang untuk tak membicarakan kejeniusan berbisnisnya. Tak terkecuali para investor dan para pengusaha lawan bisnisnya.

Sosok dinginnyalah yang membuat banyak orang ingin tahu seberapa hebat sosok Carla, si pengusaha muda.

"Selamat siang, Bu Carla." seorang pria berumur tiga puluhan masuk kedalam ruangan Carla. Ia seorang pebisnis muda juga. Salah satu calon mitra terkuat bisnis Carla.

"Selamat siang, Pak Ardian. Silakan duduk."

Setelah mempersilahkan duduk, sekretaris Carla masuk dan menyuguhkan dua cangkir teh untuk Carla dan tamunya.

"Silakan diminum pak Ardian," ujar Carla. Senyuman manisnya membuat Ardian salah tingkah. Oh, tidak Ardian ini masih single. Jangan sampai ia tertarik dengan sosok Carla yang sudah bersuami.

"Ah, iya kedatangan saya kesini ingin membicarakan bisnis yang sudah kita bicarakan minggu kemarin. Bagaimana kalau kita realisasikan?"

"Bisa saja. Apakah anda masih tetap tertarik dengan prospeknya?"

"Masih. Dan saya tetap tertarik jika itu menyangkut tentang anda sebagai pemiliknya." Ardian mengedipkan matanya, itu sukses membuat Carla menjadi sedikit tertarik tapi kesan selanjutnya sedikit risih untuk dikatakan. Pesona Ardian tidak main-main. Ia adalah seorang jenius bisnis yang mempunyai banyak sekali rekan bisnis dari berbagai bidang. Sekalinya bisa bermitra dengannya, otomatis namanya ikut melambung.

"Benarkah?"

"Ehhmm...bagaimana?"

Carla berpikir sejenak, penawaran Ardian memang cukup menarik. Carla dan Ardian bisa jadi pemain tunggal dalam bisnis yang akan mereka kerjakan.

"Baik, bisa saya proses segera."

"Bagaimana kalau bicarakan ini sambil makan malam?"

"Maaf, saya sudah harus di rumah setelah jam kerja." terlihat wajah kecewa Ardian setelah penolakan halus oleh Carla.

"Ehm, kalau makan siang? Saya yakin anda tidak akan menolak," ujar Ardian dengan kepercayaan dirinya.

"Baiklah. Saya bisa."

Ardian berdiri sambil menepuk jasnya yang terlihat kusut. Ia mengulurkan tangannya sebagai tanda persetujuan dengan Carla.

"Well, saya tunggu di cafe Ox jam makan siang."

"Baik. Nanti saya akan datang."

"Terima kasih."

Ardian pamit undur diri. Carla pun segera memberitahu Abbi untuk tak menunggunya makan siang karena ia sudah lebih dulu janji dengan Ardian.

****

"Carla, nanti aku akan menjemputmu." Abi menghubungi Carla setelah tiba di kantornya. Ia sedikit terlambat karena jalanan kota Jakarta sedikit padat pada pagi hari. Setelah mengantar Carla, ia melajukan kendaraannya menuju kantor yang berjarak sedikit jauh.

Carla mendengus pelan. Ia tak ingin dijemput oleh suaminya. Carla tak ingin pulang terlalu cepat hari ini. Salahkan mobilnya yang mogok dan harus menginap di bengkel lebih dari seminggu lamanya. "Tidak usah, Mas. Aku—"

"Jangan membantah," tegas Abi.

"Baiklah. Jemput aku jam tiga sore," jawab Carla malas yang diangguki oleh Abi di ujung sana.

Memenuhi janji makan siang bersama Ardian, Carla datang ke sebuah kafe terkenal dekat dengan kantornya. Ia meminta diantarkan oleh salah satu stafnya hingga ke depan pintu kafe.

Di salah satu sisinya, ada Ardian yang sedang menunggunya sambil melambaikan tangan memanggil Carla yang masih berdiri di kejauhan.

"Carla!" suara antusias Ardian terdengar.

Carla berjalan mendekat. "Menunggu lama?"

Ardian menggelengkan kepalanya. Ia berdiri sejenak lalu menarik kursi untuk Carla. "Aku baru saja tiba. Ini menunya, silakan pesan."

"Hari ini siapa yang traktir?" tanya Carla sambil membolak-balik buku menu. Ardian tertawa melebarkan senyumannya.

"Aku yang mengajakmu, jadi aku yang traktir."

Carla menutup buku menunya. Untuk memecah keheningan, ia kembali bertanya pada Ardian,, "Kamu tahu apa yang aku suka?"

"Iya. Bahkan aku juga tahu segalanya tentang kamu. Well, asistenku sudah datang ke kantormu untuk membawakan berkas yang kita butuhkan."

"Ok, lusa kita meeting."

Suasana hening kembali. Carla menikmati makan siangnya, sementara pria di seberangnya justru sebaliknya. Tatapannya tertuju pada wajah cantik Carla yang begitu ia kagumi.

"Akhir-akhir ini aku selalu bermimpi, biasanya aku mimpi buruk tapi ini mimpi yang indah. Sangat indah." Ardian membuka percakapan kembali. Senyumnya mengembang, menciptakan suasana nyaman untuk keduanya.

"Mimpi apa?" tanya Carla penasaran.

"Bertemu bidadari." suara Ardian pelan namun berhasil membuat Carla terlarut. Pipinya memerah malu, seakan dirinya yang sedang dirayu oleh pria itu.

"Pasti menyenangkan," ucapnya.

"Sangat."

Akhirnya, makan siang pun selesai dengan aman. Pembicaraan yang mengarah ke ranah pribadi berhasil Carla alihkan. Ia tahu dan ia merasakan sinyal aneh yang Ardian kirimkan padanya. Semacam, pendekatan lebih dalam.

"Ah, bagaimana kalau aku antar ke kantor lagi? Kebetulan searah," tawar Ardian. Sangat bisa ditebak oleh Carla bagaimana antusiasnya Ardian ingin mendekatinya.

Kebetulan, Abi mengatakan jika ada di sekitar lokasi cafe. Hari ini mereka berencana akan bertemu dengan dokter kandungan yang telah dijadwalkan minggu lalu.

"Ehm, suami saya jemput. Sebentar lagi sampai," jawab Carla.

Carla lebih dulu berdiri dan berjalan keluar dari cafe. Ardian mengikutinya dari belakang, ia hanya ingin tahu bagaimana penampilan suami Carla yang katanya terlalu posesif pada istrinya.

"Carla....." teriak Abi dari kejauhan disertai lambaian tangannya ke arah Carla.

"Mas...." Carla membalasnya. Ardian menahan rasa yang aneh di dalam dadanya. Seperti, perasaan cemburu. Ah, Carla kan istri orang.

"Dokter Din sudah menunggu. Ayo."

Carla menoleh pada pria di sebelahnya lalu berpamitan. Ardian sempat berkenalan dengan Abi tadi. Sorot mata mereka menampilkan perasaan saling menarik satu sama lain. Sorot mata cemburu dan memuja akan kehadiran Carla di sebelah mereka.

"Aku duluan, sampai jumpa." Carla melambaikan tangannya, Ardian membalasnya.

'Sampai jumpa bidadari.' lirih Ardian. Abi menoleh lalu menatap Ardian dengan tatapan menantang, Ardian mengeluarkan smirknya. Pria itu menangkap sinyal aneh, ia tahu Ardian tertarik pada Carla.

****

Setengah jam menunggu, akhirnya mereka berdua pun masuk kedalam ruangan dokter Din, dokter ahli kandungan yang sudah mereka percaya.

Abi dan Carla sudah melakukan tes beberapa hari sebelumnya, berharap hasilnya menggembirakan.

"Pak Abi sehat, bu Carla sebenarnya sehat hanya saja ada beberapa hal yang mesti ibu ketahui. Ehm, ini sangat sensitif tapi harus saya beritahukan semuanya," ujar dokter dengan nada seriusnya.

Wajah Abi dan Carla terlihat tegang. Aura mereka berubah. Bahkan bisa dibilang Carla yang paling tidak bisa menahannya. Ia berulang kali menggertakkan giginya.

"Maksud dokter?" tanya Abi penasaran.

"Bu Carla, sabar ya. Kita akan bantu sebisa mungkin. Ada semacam kelainan di rahim bu Carla. Saya belum bisa pastikan, tapi saya akan bantu carikan dokter yang lebih kompeten dan mengetahui hal ini lebih baik dari saya."

Degg..

Jantung Carla seperti berhenti berdetak. Rasanya tidak mungkin. Ia memiliki kelainan rahim? Lalu bagaimana dengan pernikahannya?.

"Apa saya tetap bisa punya anak, dok?"

"Kemungkinannya 50:50. Bu Carla sabar ya, bu."

Dokter Din berusaha menguatkan Carla. Ia ikut merasakan apa yang Carla rasakan. Pasti sulit bagi seorang perempuan jika melewati hari-hari pernikahannya tanpa buah hati.

"Terima kasih dok, kami permisi."

Di dalam kendaraan, keduanya terdiam. Carla memikirkan hal terburuk dalam pernikahannya. Sementara Abi, memikirkan cara bagaimana ia akan mengatakan hal ini pada orangtuanya. Mereka tak mungkin berbohong. Orangtuanya pasti akan memaksa lebih dari ini.

"Bagaimana kalau ibu tahu? Apakah kita akan...."

"Jangan berpikiran yang aneh. Kita jalani semua dengan sabar. Pasti ada jalan terbaik."

Abi menggenggam tangan Carla dan meremasnya pelan. Ia ingin berbagi kegelisahan yang sama.

"Bagaimana kalau mas Abi menikah lagi? Aku siap dimadu."

"Jangan berpikiran aneh."

Abi mengusap rambut Carla dan mencium tangannya serta menaruhnya di wajahnya.

"Tapi...."

"Carla, aku sangat mencintaimu. Jadi, jangan buat aku memilih."

"Baiklah...."

*****

Related chapters

  • Istri kedua pilihan mertua    Berpisah?

    "Katakan pada ibu, apa hasil tesnya? Kabar baik atau buruk?" Malam ini tanpa di sangka, ibu datang ke rumah Abbi dengan wajah yang ditekuk tajam. Ia ternyata mengetahui jika Abi dan Carla tadi siang datang menemui dokter Din. Entah darimana ia tahu, buktinya saat ini ia sudah datang sambil meneror sepasang suami istri itu. Napas Carla seakan tercekat, ia menahan tangisnya. Bukan karena keadaannya, tapi apa yang bisa ia lakukan setelah ibu tahu hal ini?. "Ibu, sekarang makan malam dulu ya. Ibu kan baru saja sampai." Carla berdiri dan membujuk ibu mertuanya untuk makan malam bersama. Untung sang ibu menurut. Mungkin pikirnya, jangan tergesa-gesa jika menginginkan sebuah jawaban. Makan malam di meja makan terasa seperti di sebuah kuburan, sunyi senyap. Bahkan Abi yang biasanya cerewet mengomentari makanan, kini berubah menjadi pendiam. Carla pun sama. Rasa ayam goreng yang biasanya enak, terasa hambar di lidah dan seakan tak bisa ia telan karena tersangkut di tenggorokan. "Kenapa ma

    Last Updated : 2024-06-02
  • Istri kedua pilihan mertua    Persetujuan sepihak

    "Sudah aku bilang, mas harus punya pekerjaan tambahan jika sudah menikah dengan aku. Kamu tahu sendiri kan bagaimana tanggapan orangtuaku?" Piring dan sendok berterbangan karena gebrakan keras di atas meja yang mewarnai satu keluarga baru di sebuah rumah kecil di Jakarta. Rumah minimalis dengan dua kamar tidur menjadi saksi atas pertengkaran yang terus menerus terjadi antara mereka. Ini sudah ketiga kalinya mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Saling mengejek dan menyindir tapi anehnya saling mencintai. "Aku juga kerja keras, Win. Kamu enggak lihat aku tiap hari ke luar rumah cari tambahan sana sini?" "Aku enggak mau hidup susah, mas. Pokoknya kamu harus bisa yakinkan orangtuaku kalau kita bisa hidup bahagia." Satu gebrakan lagi berhasil membuat isi meja berhamburan ke atas lantai dapur. Abi sudah menahannya, sangat menahannya. Bagaimana cara Winda memperlakukan dirinya bak pengemis setiap kali pulang. Bagaimana ketusnya Winda saat ia memberikan uang belanja setiap minggunya

    Last Updated : 2024-06-02
  • Istri kedua pilihan mertua    Terpaksa memilih

    Air mata Carla menetes tak henti hingga membasahi jari-jarinya yang ia gunakan untuk mengusap pipi lembutnya. Ia meratapi bagaimana kisah kehidupan rumah tangganya jika memilih membiarkan suami yang ia cintai menduakan cintanya. Bukan untuk sementara tapi ini selamanya. Carla bahkan tak sanggup membayangkannya. Tinggal dalam satu atap dengan dua cinta terlebih suatu saat nanti ia yang akan tersingkirkan. Carla menoleh sedetik. Dilihatnya sang suami sedang fokus mengendarai sedan kesayangannya melintasi jalanan kota Jakarta yang mulai padat siang ini. Carla tadi memaksa ingin pulang sendiri tapi Abi menolaknya. Suaminya itu terlihat kesal karena Carla memutuskan sesuatu tanpa dirundingkan terlebih dahulu padanya. Ia kesal karena Carla tak mengizinkan dirinya mengambil keputusan untuk rumah tangga mereka. "Aku tetap pada keputusanku," tegas Abi. Kepalanya menoleh sejenak. Carla dan Abi saling bertatapan. "Aku tidak akan menikah lagi." "Mas!!" te

    Last Updated : 2024-06-15
  • Istri kedua pilihan mertua    Menemui calon istri

    Riandari sudah berdiri dengan anggun di depan teras rumah Abi. Pagi buta, dirinya telah berdandan cantik lalu mengetuk pintu rumah anak lelaki kesayangannya. Gaun yang dikenakannya cukup mewah. Khas wanita Jawa tapi dengan aksen modern yang lebih berwibawa. Sementara itu, kakak Abi juga telah tiba dari kediamannya. Membawa beberapa bingkisan ukuran besar yang mereka taruh di bagasi mobil. Rencananya, hari ini mereka akan pergi ke rumah Risya untuk memperkenalkan Abi sebagai calon suaminya. Risya seorang gadis manis yang baru saja lulus kuliah. Belum mempunyai pekerjaan tetap dan katanya dia sering membantu orangtuanya bekerja di toko pakaian. Wajahnya yang keibuan membuat Riandari jatuh hati saat pertama kali dikenalkan. Wanita paruh baya itu merasa cocok dengan penampilan Risya yang akan menjadi calon menantunya itu. Di kepalanya, sudah terbayang betapa menyenangkannya mempunyai menantu seperti Risya. "Abi!" teriak Riandari. Suaranya mampu menembus pintu ruang tamu hingga ke dapur

    Last Updated : 2024-06-16
  • Istri kedua pilihan mertua    Mengunjungi calon istri

    Abi tak bersemangat saat tiba di rumah calon istrinya. Di dalam pikirannya hanya ada nama Carla yang tadi wajahnya terlihat sendu. Abi merasa bersalah karena tak berpamitan pada istrinya itu, egonya merasa tersentil karena ketidaksukaannya pada sikap Carla yang tak memberitahunya akan kegiatan hari ini. Padahal sebelumnya, Carla tak pernah menyembunyikan apapun darinya. Saat acara resmi berakhir, abis meminta izin pada keluarganya untuk pergi sejenak ke belakang. Sejak setengah jam lalu, ponselnya terus berdering tanpa henti. Abi mengerutkan dahinya, merasa asing dengan nomor yang baru saja menghubunginya. "Halo." Abi menjawab panggilan tersebut. Raut wajahnya berubah, bibirnya terbuka dan matanya terbelalak lebar. Risya yang sedang duduk di kursi taman seberang pintu belakang ikut mengerutkan dahinya juga. "Sekarang dia dimana?" tanya Abi. Tangan kanannya dengan cepat melepas dasi yang mengikat lehernya. "Saya kesana sekarang. Tolong terus pantau." Abi menutup ponselnya. Ia berg

    Last Updated : 2024-06-17
  • Istri kedua pilihan mertua    Kekhawatiran Riandari

    Carla mendesah pasrah mendengar suara sumbang ibu mertuanya yang terdengar nyaring di ujung telpon. Abi tak hentinya diomeli tanpa jeda. Bermacam kata-kata kasar dari mulut wanita paruh baya itu. Mungkin dia kesal karena Abi memilih memilih menemani Carla dibandingkan dengan wanita pilihannya. Anehnya, mengapa Abi terlihat tenang ketika menghadapi ibunya. Padahal, telinga Carla sudah panas mendengarnya sejak tadi. "Pokoknya, kamu harus pulang! Ibu malu sama keluarganya Risya tadi," omel Riandari yang dibalas desisan oleh Abi. "Carla dirawat inap, Bu. Enggak ada yang jaga dia." Abi menoleh ke arah Carla yang sedang memelototinya. Bibir Carla terlihat komat-kamit merutuki suaminya yang kini malah terkekeh melihat reaksi sang istri. "Durhaka banget kamu sama ibu. Suruh saja asisten dia tuh yang sering kesini buat jagain dia," omelnya lagi. "Enggak bisa, Bu. Abi enggak tega ninggalin dia sendirian. Carla kan istri aku." Abi cekikikan lagi tanpa suara. Dari kejauhan, Carla sudah melaya

    Last Updated : 2024-06-18
  • Istri kedua pilihan mertua    Menjenguk mama

    "Papa ..." Adam berlari kencang dari dalam kamar menabrak lengan Abi yang sedang duduk di kursi makan. Adam mengecup pipi ayahnya lalu duduk di kursi sebelahnya. "Mama kemana, Pa?" Abi menoleh lalu menghentikan acara makannya. "Di rumah sakit." Adam hanya mengangguk. "Adam boleh ikut papa ke rumah sakit? Adam mau jenguk mama." tanya Adam dengan suara tenang. Adam memang anak yang berjiwa tenang dan tak mudah terbawa suasana. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjalani kehidupan seperti orang dewasa. Sering ditinggal oleh kedua orangtuanya membuatnya tumbuh menjadi anak yang mandiri. "Nanti papa jemput ke sekolah." Abi tersenyum lalu mengusap rambut anaknya dengan lembut. Adam menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Biar Adam sama pak Ujang yang ke rumah sakit," ujar Adam yang membuat Adi tertegun lalu ikut mengangguk. Adam lebih dewasa dari dirinya. "Good. Papa akan kasih tahu pak Ujang alamat rumah sakitnya." "Ok!" hanya itu jawaban yang didengar oleh Abi. Adam memang tak banyak bica

    Last Updated : 2024-06-20
  • Istri kedua pilihan mertua    Menjenguk Carla

    Sudah menjadi kebiasaan bagi Riandari dan para sahabat dekatnya untuk melakukan pertemuan setiap bulannya. Bertempat di sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta, Riandari dan ke sembilan sahabatnya berkumpul memperebutkan sebuah gulungan kertas yang dengan sengaja disiapkan oleh ketua perkumpulan. Setelah satu nama keluar, mereka berkumpul di tengah untuk merayakan kegembiraan si pemenang. Riandari sebagai anggota yang paling banyak bicara sejak datang tak pernah berhenti membuka mulutnya. Julukannya adalah si biang gosip. Apa sih berita yang tak luput dari mulut besarnya? "Jeng Rian, kemarin Abi habis lamaran ya? Calonnya Abi yang baru cantik enggak?" suara keras dari Ira, salah satu anggota perkumpulan membuat seisi ruangan menoleh padanya. Mertua Carla itu tersenyum sendiri sambil menutup bibirnya malu-malu lalu mengangguk pelan. "Wah, kapan rencana resminya? Saya diundang, kan?" "Semuanya diundang. Rencananya dua bulan lagi." Riandari tersenyum lebar setelahnya. "Jeng Ira,

    Last Updated : 2024-06-21

Latest chapter

  • Istri kedua pilihan mertua    Akting Pura-pura

    "Aduh." Terlihat seorang wanita tengah kesusahan memijat pergelangan kakinya yang baru saja tak sengaja menginjak sebuah kain. Ia terduduk sambil menundukkan wajahnya yang mengerang kesakitan. Kain yang terjulur itu adalah kain milik Carla yang tengah dipasangkan di tubuhnya oleh staf butik tante Leni. Staf itu tak melihat jika ada seseorang tengah melintas di belakangnya. "Bu, maaf. Tadi enggak sengaja. Saya tidak melihat—" "Kalau kerja itu pakai mata! Mentang-mentang kamu lagi sibuk sama pelanggan satunya, jangan lupakan juga ada pelanggan yang lain," bentak wanita itu. Carla yang merasa familiar dengan suara itu seketika menoleh dengan cepat ke arahnya. Matanya terbelalak, ternyata benar orang yang ada di pikirannya itu tengah berada di tempat yang sama dengannya. Ia menghela napas kasarnya. Baru saja ia terbebas dari masalah di acara pertunangan Kesya kemarin, kini harus dipertemukan lagi dengan wanita itu. Entah apa rencana tuhan yang sebenarnya dengan mereka berdua. Takdi

  • Istri kedua pilihan mertua    Ada Yang Tak Suka

    Kabar kehamilan Risya mampir di telinga Carla. Ini semua karena ulah bibik yang sering bergosip dengan asisten yang lain saat sedang santai. Curi dengar itu membuat hati Carla tercubit. Dua kali dirinya mendengar kabar bahagia kehamilan orang di dekatnya tapi dirinya sendiri masih belum juga memiliki satupun. Carla berjalan bolak-balik di belakang rumah hanya untuk memastikan apa yang didengarnya tidaklah salah. Ia bahkan rela duduk sambil mengunyah makanan agar gosip yang terdengar itu semakin seru. 'Ternyata, dia memang sudah hamil lagi?' Lalu, Carla mengusap perutnya. Datar, tanpa isi kecuali lemak. Carla menghela napas kasarnya. Ia beranjak dari duduknya menuju dapur. Tenggorokannya haus sejak tadi. Jus melon adalah pilihan bagus untuknya. "Mama!" teriak Adam dan Tasya yang berlarian masuk ke dalam rumah. "Adam minggu depan libur." "Tasya juga." Keduanya menunjukkan sebuah surat himbauan dari sekolah. Carla membacanya dengan seksama lalu mengangguk paham. "Satu bulan libur

  • Istri kedua pilihan mertua    Tidak Peka

    "Kesya, sini nak." Kesya berlari kecil ke arah ibunya yang memanggil dari kejauhan. Al sudah tak tahu kemana, sepertinya sedang berbincang dengan teman-temannya yang datang ke acaranya. Kesya tentunya tak tahu siapa yang berada di samping ibunya, karena posisi mereka yang dekat dengan lorong tempat lalu lalang orang. Dengan senyum manisnya Kesya memeluk ibunya dari samping. Ia belum sadar dengan siapa ibunya tengah berbincang. Hingga suara ibunya menyadarkan dirinya dan akhirnya membuat batinnya sedikit terguncang. 'Abi?' "Ini loh saudara jauh kamu yang sering main ke rumah lama kita di Semarang. Kamu pasti sudah lupa. Namanya Risya dan ini suaminya." Kesya meringis tak tahu harus menjawab apa. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan keduanya. "Kamu ngobrol dulu. Ibu mau cek barang-barang hantaran tadi." "Dunia sempit ya? Aku enggak tahu kalau ternyata Risya itu sepupuku," sinis Kesya tak suka. Merasa diremehkan membuat Risya menaikkan wajahnya seolah sedang menant

  • Istri kedua pilihan mertua    Dunia Sangat Sempit

    Setelah pemeriksaan ke dokter kandungan, Abi dan Risya memutuskan untuk merayakan perayaan kehamilan kedua dengan makan bersama di kafe milik Vian. Abi memilih kafe itu karena ada memori tersendiri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Risya tampak bahagia. Pasalnya, ia membawa keluarga besarnya untuk ikut merayakan pesta itu. Abi pun tak keberatan sama sekali. "Makan yang banyak, Ma. Kita makan enak malam ini," ujar Risya pada ibunya yang juga datang. Abi tersenyum datar melihat suasana akrab itu. Sekedar mencari angin, Abi memilih keluar dari dalam ruangan untuk duduk di dekat anak tangga belakang. Ia ingin merilekskan otaknya sejenak menatap kolam ikan yang sepi. Pikirannya berkelana ke beberapa waktu silam saat ia melihat Adam berada di sana. Dia sedang apa sekarang ? Pesan yang dikirim tiga hari lalu masih saja diabaikan. "Adam mau dibawakan apa? Udang asam manis atau cumi pedas?" Abi menoleh ke belakang, asal su

  • Istri kedua pilihan mertua    Rencana Pesta Lamaran Al

    "Mau kemana kamu?" Abi turun dari tangga langsung mendapati Risya yang sedang mengendap-endap ingin pergi ke suatu tempat. Pakaiannya rapi dan ini masih pagi. Seharusnya wanita itu mengurusi anaknya atau setidaknya memasak untuk suaminya. "Mau kemana?" tanya Abi lagi. "Mau ke butik tantenya Indah. Aku mau ambil pesanan minggu lalu untuk lamaran dan pernikahan anaknya om aku yang tinggal di luar kota. Dia minggu ini anaknya lamaran dan aku belum pernah ketemu lagi dari SMP. Pas kita nikah dia juga enggak bisa datang karena sakit. Boleh ya?" ujar Risya panjang lebar menceritakan rencananya hari ini. "Katanya mau periksa kandungan? Aku udah telpon dokternya." Abi menyilangkan dadanya di depan Risya. Istrinya itu menelan ludah kasar. Abi jika dalam model seperti ini sulit untuk ditolak pesonanya. "Kamu enggak lagi coba berbohong sama aku kan?" "Demi tuhan, aku enggak bohong. Janjian ke dokternya jam berapa?" tanya Risya. "Sore jam tiga." Risya tersenyum senang. Berarti pagi ini dia

  • Istri kedua pilihan mertua    Diberikan Pilihan

    Lelah menghampiri Abi yang baru saja menyelesaikan pekerjaan hari ini. Setelah libur selama dua hari akhir pekan kemarin, sulit baginya untuk sekedar bersantai sejenak. Hal yang membuatnya lelah hari ini adalah audit keuangan perusahaan yang tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Al yang memanggil tim audit. Ini semua demi pengetatan anggaran yang tak perlu dan mencari pelaku pelanggaran yang menyebabkan kebocoran keuangan perusahaan. Al mencurigai banyak pihak telah berbuat curang. Al mencurigai Abi, lebih tepatnya. "Aku tahu kau sangat curiga denganku. Iya, kan?" tanya Abi setelah diperbolehkan masuk ke dalam ruangan minimalis milik Al. Ia menaikkan satu sudut bibirnya, tersenyum sinis setelahnya. "Ow, kau merasa ya? Padahal aku hanya ingin audit biasa saja. Ah, bukankah kamu pernah membuat kebijakan bagi karyawan untuk memakai uang perusahaan dengan cara pinjaman seperti student loan misalnya. Pengabdian dengan separuh gaji jika mema

  • Istri kedua pilihan mertua    Rahasia Apa?

    Keesokan harinya, Risya bermaksud meminta pertanggung jawaban Nanda yang telah menipunya hingga berujung malu di depan banyak orang. Bahkan ia sudah bersiap untuk memberikan tamparan pada temannya itu. Segera ia pergi ke studio musik milik Nanda untuk menemuinya. Di dalam studio itu, ia melihat Nanda dan Gane sedang tertawa lepas mendengar cerita salah seorang staf studio musik itu. Risya berdiri di dekat pintu masuk yang terbuka di satu sisinya. Dari situ ia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan mereka bertiga. "Mertua si bodoh itu viral? Sudah kuduga. Wanita itu memang picik dan senang membuat keributan," ujar Nanda yang diangguki oleh Gane. "Iya. Pantas saja mantan menantunya tidak kuat. Kalau jadi Carla, aku sudah kasih itu racun ke makanannya si mertua jahanam itu," tambah Gane yang dibalas kekehan kasar dari Nanda. "Orang seperti itu harus kita kerjain sekali-kali. Aku pernah kasih semangat untuk Carla menjelang sidang perceraiannya. Dia terlihat sedih tapi ber

  • Istri kedua pilihan mertua    Kehamilan Tiba-tiba

    Carla tak habis pikir. Dirinya sudah menjauh dari kehidupan Abi tapi tetap saja masih bertemu dengan mereka di sela kesibukannya. Tak ada lagi nama Abi, tak ada lagi komunikasi apapun dengan pria itu. Tapi takdir selalu mempertemukan mereka berdua. Sepertinya, memang itu semua sudah digariskan dari tuhan. "Untuk tuan Abi, tolong beritahukan pada keluarga anda untuk tidak menganggu kehidupan saya lagi. Dunia tak berputar hanya sekitar mereka saja. Kalau mereka butuh pengakuan lebih, berbuatlah sesuatu yang bisa membanggakan. Jangan bertingkah seperti tadi." Carla menggandeng tangan Vian keluar dari gedung acara. Ia tak ingin mendengar segala omong kosong yang keluar dari mulut mantan suaminya itu. Rasa kesal dan benci menguar dari dalam dirinya. Padahal, rasa itu telah dikuburnya dalam-dalam. "Aku, minta maaf Carla." Abi berteriak memanggil Carla yang hampir mencapai pintu keluar. "Atas nama keluargaku, aku minta maaf. Aku akan peringatkan mereka untuk t

  • Istri kedua pilihan mertua    Menanggung Malu

    Sepanjang acara amal, Risya terus saja berwajah masam. Seluruh rencananya hilang sejak semalam. Tadinya, dia akan membuat video saat dirinya berada di panggung memamerkan jumlah donasi yang diberikan. Berhubung jumlah donasinya hanya sedikit, ia malu untuk membuatnya viral. Ibu mertuanya juga bingung dengan kejadian tadi. Bukankah menantunya bilang kalau dirinya menyumbang banyak untuk donasi dalam acara amal ini? Mungkin saja ada kecurangan dari pihak panitianya. Ditengah-tengah acara, Riandari memberanikan diri untuk menanyakan dimana panitia acaranya. Kebetulan, salah satu temannya mengenal ketua panitia acaranya. Dengan langkah penuh semangat, Riandari beranjak menuju panggung belakang. Biarlah tak mengapa acaranya masih berlangsung. Ia harus mendapatkan jawaban atas masalah yang terjadi. "Mbak ini panitia acaranya ya?" Riandari tiba di belakang panggung bertemu dengan salah satu panitia. Wanita yang disapa Riandari menganggukkan kepalanya. "Saya mau protes tentang donasi yang

DMCA.com Protection Status