Share

Berpisah?

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-02 14:34:56

"Katakan pada ibu, apa hasil tesnya? Kabar baik atau buruk?"

Malam ini tanpa di sangka, ibu datang ke rumah Abbi dengan wajah yang ditekuk tajam. Ia ternyata mengetahui jika Abi dan Carla tadi siang datang menemui dokter Din. Entah darimana ia tahu, buktinya saat ini ia sudah datang sambil meneror sepasang suami istri itu.

Napas Carla seakan tercekat, ia menahan tangisnya. Bukan karena keadaannya, tapi apa yang bisa ia lakukan setelah ibu tahu hal ini?.

"Ibu, sekarang makan malam dulu ya. Ibu kan baru saja sampai." Carla berdiri dan membujuk ibu mertuanya untuk makan malam bersama. Untung sang ibu menurut. Mungkin pikirnya, jangan tergesa-gesa jika menginginkan sebuah jawaban.

Makan malam di meja makan terasa seperti di sebuah kuburan, sunyi senyap. Bahkan Abi yang biasanya cerewet mengomentari makanan, kini berubah menjadi pendiam. Carla pun sama. Rasa ayam goreng yang biasanya enak, terasa hambar di lidah dan seakan tak bisa ia telan karena tersangkut di tenggorokan.

"Kenapa makannya sedikit? Biasanya kamu makan banyak?" ibu membuka percakapan yang terdengar sinis di telinga Carla. Apakah ini perasaannya atau memang ia benar sedang menyindir?.

"Ehhmm....nanti nambah kok bu," jelas Carla. Ia sengaja mengambil satu centong nasi lagi supaya ibu mertuanya percaya. Abi berpura-pura tak melihat ibunya. Rasanya aneh sekali jika dia ikut membela istrinya.

"Abi, ibu mau bicara empat mata sama kamu." ibu berdiri dari duduknya, lalu berkata lagi." Ibu tunggu di kamar ibu."

Mata Abi dan Carla saling melirik, memandang satu sama lain. Gelisah di wajah Carla membuat Abi berpikir sejenak, apa yang harus ia katakan pada ibunya?.

"Sayang, maaf. Aku..."

"Jujur saja, mas. Aku siap lahir batin."

"Tetap saja aku merasa bersalah. Tenang ya, aku akan membelamu di depan ibu." Abi berdiri dan segera menemui ibunya yang sudah ada di dalam kamar. Sementara Carla membereskan meja makan, sambil terus berdoa agar ibu mertuanya tak memisahkan dirinya dan Abi.

Di dalam kamar, suasananya pun tak ada bedanya dengan ruang makan tadi. Abi dan ibunya belum terlibat pembicaraan apapun. Masih saling menunggu dan berharap salah satunya akan memulainya lebih dulu.

Klikkkk...

Ibu membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih. Ibu mengambil gunting dan mulai membuka amplop tersebut. Ia mengeluarkan sebuah surat dan menyerahkannya pada Abi.

"Baca!!"

Abi meraihnya dan mulai membuka serta membaca isinya. Mula-mula Abi mengerutkan dahinya, lama kelamaan ia terlihat gelisah dan ada keringat dingin mengucur di dahinya.

"Bu, bagaimana bisa? Bu, Abi tidak percaya. Abi tidak akan melakukan hal itu. Maaf bu." Abi menutup surat dan menyerahkannya lagi pada ibunya.

Ibu hanya diam dan tampak datar melihat si bungsu yang menolak kemauannya. Dalam hati diam-diam merutuki persetujuannya dulu saat putra kesayangannya menikahi Carla.

"Itu salahmu. Dulu waktu kamu nikah sama Winda, kamu memaksa tanpa melihat penanggalan jawa. Padahal, kalian itu tidak jodoh. Nah, sekarang sama Carla pun sama. Inilah akibatnya nikah terburu nafsu. Lihat saja kejadian di rumah tangganya."

Perkataan ibu sangat pedas. Tak apalah jika Abi memilih dimarahi, daripada Carla yang tak tahu apa-apa juga ikut terbawa. Ini hidupnya, maka ia yang menentukannya.

"Maaf, bu. Tapi Abbi....."

"Abi, ibu sudah bisa menerka dari wajah kalian berdua. Pasti hasilnya tidak bagus, kan? Carla belum ada kepastian untuk hamil kan? Ya sudah, ceraikan saja. Mudah toh." mata Abi membelalak tajam mendengar perkataan kejam yang keluar dari mulut ibu yang ia cintai. Aneh, ia tak membelanya sedikit pun.

"Bu, Abi sayang sama Carla. Jangan seperti ini. Kalau pun Carla tidak punya anak, masih ada Adam. Abi tidak masalah." Abi membela Carla yang memang seharusnya ia bela. Ini bukan kesalahan mereka. Ini takdir.

"Abi, pikiran kamu kok aneh sekali. Jangan terhasut atas nama cinta. Ibu tekankan sekali lagi, ada dua pilihan yang harus kamu ambil. Cerai atau kamu nikah lagi. Karena, sisi kosong tanpa anak menyebabkan kamu akan kehilangan segalanya nanti. Camkan kata-kata ibu!" ibu berdiri. Ia melangkah keluar kamar lalu menemui Carla dan meninggalkan Abi sendiri di dalam kamarnya.

"Ibu.....aku..."

"Ibu sengaja berbicara keras tadi. Bagaimana, kamu setuju kan? Ini demi kelangsungan hidup Abi. Kamu jangan egois." Carla menunduk. Ia ingin membalas bahkan berteriak, tapi seakan mulutnya terikat jika sudah berhadapan dengan ibu mertuanya.

"Tapi, bu...."

"Tidak ada tapi-tapian. Bulan depan harus sudah dilaksanakan."

Ibu tak peduli dengan perasaan halus Carla. Ia tak peduli juga dengan pemberontakan dalam diri Carla. Ia bahkan tak mau mendengarkan apa yang tersirat dalam hasratnya.

'Hikss....hikss...'

****

Langit malam ini terasa kelam. Bintang yang berbaur jadi satu pun tak menampilkan keindahan di mata seorang Carla. Kesedihan hatinya merenggut itu semua. Sepertinya, tak akan ada ruang lagi di hatinya atas nama cinta.

"Carla, sudah malam. Ayo masuk," ajak Abi dengan suara lembutnya. Ia berjongkok di hadapan Carla yang sedang duduk memandang langit di atas balkon rumahnya. Tempat ia dan Abbi biasa menghabiskan malam sambil bercanda, terkadang pun bersama Adam.

Abi menarik tangan Carla dan menggenggamnya. Lalu ia mencium dan meletakkannya di wajah. Seolah Carla sedang membelai wajanya dengan lembut.

"Maafkan ibuku Carla. Aku yakin kita bisa hadapi semuanya. Aku akan tetap di sisimu sampai kapanpun. Aku mencintaimu," ujar Abi. Ia menancapkan pesan mesra lewat tatapan matanya yang syahdu. Tersirat juga perasaan sayang pada Carla, sang istri tercinta.

"Mas..." Carla menegang. Tubuhnya merespon ucapan Abi tadi. Tapi, ini respon negatif.

"Kenapa sayang? Katakan."

"Bagaimana kalau kita—

Carla menggantung kata-katanya. Ia dan Abi saling berpandangan. Aura tegang menyelinap diam-diam diantara mereka. Abbi sudah berpikiran buruk sejak ia duduk berjongkok di hadapan Carla. Pertanda burukkah?

—masuk ke dalam. Disini dingin." lanjut Carla. Abbi mengembus napas lega. Hampir saja darahnya berhenti mengalir.

"Yuk..kita hangatkan suasana ranjang seperti kemarin."

Abi tersenyum, tiba-tiba ia menggendong Carla, menuruni tangga rumah perlahan-lahan. Carla menyematkan tangan di leher Abbi dan sengaja mendekatkan bibirnya ke pipi Abi lalu menciumnya.

'Ini hanya sementara Abi. Selanjutnya, kita akan terasa jauh.'

***

Serasa menyematkan duri diantara daging, rasanya menusuk sampai daging yang terdalam. Ini bukan hanya tentang kata-kata yang menusuk hati. Ini tentang harga diri dan perasaan menentang apa yang seharusnya tak terjadi.

Semua serasa lepas tangan dan mata. Mencoba untuk tak tahu atau pura-pura tak tahu.

Carla masih menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Ia masih mencoba bersabar walau kenyataannya tidak. Enam tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengenal lebih jauh Abi hingga ke akarnya. Tapi, malam tadi ia serasa tak mampu. Entahlah, rasanya Abi hanya berkata semampunya.

"Mas, pagi ini aku mau ke butik. Aku bawa Adam." Carla membuka tirai dan selimut yang menutupi tubuh Abi. Ia mengguncang tubuh polos suaminya tanpa pakaian dan mencubitnya lembut.

"Eungghh..." Abi mengerang. Satu tangannya menarik kasar pinggang Carla dan memeluknya erat. Tubuh Carla jatuh di atas dada Abi. Tak ada rasa berat, Abi malah mendudukkan Carla di atasnya.

"Mas..."

"Kamu makin ringan. Kamu diet ya?"

Carla menggeleng, ia tak pernah diet. Ia bahkan selalu makan dengan lahap setiap harinya, ia juga sadar sepemuhnya kalau dirinya semakin lama semakin tirus.

"Aku baru sadar kalau aku kurus, mas. Kenapa ya?"

Abi menjawil hidung Carla dengan gemasnya. Lalu berkata," Jangan banyak pikiran. Anggap semua angin lalu."

Carla mengangguk. Ia segera turun dari tubuh Abi, tapi lagi-lagi ditahan oleh tangan suaminya itu.

"Mas, aku mau beresin baju."

"Morning kiss, my babe...."

Satu ciuman mendarat di bibir hati sang suami. Abi melumatnya pelan. Satu tangannya ia letakkan di belakang kepala Carla dan ia menahannya. Memastikan jika Carla juga menikmati ciuman panas pagi ini.

"Aku tunggu di ruang makan."

"Ok, babe."

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ini cerita lebih dari drama ikan terbang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri kedua pilihan mertua    Persetujuan sepihak

    "Sudah aku bilang, mas harus punya pekerjaan tambahan jika sudah menikah dengan aku. Kamu tahu sendiri kan bagaimana tanggapan orangtuaku?" Piring dan sendok berterbangan karena gebrakan keras di atas meja yang mewarnai satu keluarga baru di sebuah rumah kecil di Jakarta. Rumah minimalis dengan dua kamar tidur menjadi saksi atas pertengkaran yang terus menerus terjadi antara mereka. Ini sudah ketiga kalinya mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Saling mengejek dan menyindir tapi anehnya saling mencintai. "Aku juga kerja keras, Win. Kamu enggak lihat aku tiap hari ke luar rumah cari tambahan sana sini?" "Aku enggak mau hidup susah, mas. Pokoknya kamu harus bisa yakinkan orangtuaku kalau kita bisa hidup bahagia." Satu gebrakan lagi berhasil membuat isi meja berhamburan ke atas lantai dapur. Abi sudah menahannya, sangat menahannya. Bagaimana cara Winda memperlakukan dirinya bak pengemis setiap kali pulang. Bagaimana ketusnya Winda saat ia memberikan uang belanja setiap minggunya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Istri kedua pilihan mertua    Terpaksa memilih

    Air mata Carla menetes tak henti hingga membasahi jari-jarinya yang ia gunakan untuk mengusap pipi lembutnya. Ia meratapi bagaimana kisah kehidupan rumah tangganya jika memilih membiarkan suami yang ia cintai menduakan cintanya. Bukan untuk sementara tapi ini selamanya. Carla bahkan tak sanggup membayangkannya. Tinggal dalam satu atap dengan dua cinta terlebih suatu saat nanti ia yang akan tersingkirkan. Carla menoleh sedetik. Dilihatnya sang suami sedang fokus mengendarai sedan kesayangannya melintasi jalanan kota Jakarta yang mulai padat siang ini. Carla tadi memaksa ingin pulang sendiri tapi Abi menolaknya. Suaminya itu terlihat kesal karena Carla memutuskan sesuatu tanpa dirundingkan terlebih dahulu padanya. Ia kesal karena Carla tak mengizinkan dirinya mengambil keputusan untuk rumah tangga mereka. "Aku tetap pada keputusanku," tegas Abi. Kepalanya menoleh sejenak. Carla dan Abi saling bertatapan. "Aku tidak akan menikah lagi." "Mas!!" te

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Istri kedua pilihan mertua    Menemui calon istri

    Riandari sudah berdiri dengan anggun di depan teras rumah Abi. Pagi buta, dirinya telah berdandan cantik lalu mengetuk pintu rumah anak lelaki kesayangannya. Gaun yang dikenakannya cukup mewah. Khas wanita Jawa tapi dengan aksen modern yang lebih berwibawa. Sementara itu, kakak Abi juga telah tiba dari kediamannya. Membawa beberapa bingkisan ukuran besar yang mereka taruh di bagasi mobil. Rencananya, hari ini mereka akan pergi ke rumah Risya untuk memperkenalkan Abi sebagai calon suaminya. Risya seorang gadis manis yang baru saja lulus kuliah. Belum mempunyai pekerjaan tetap dan katanya dia sering membantu orangtuanya bekerja di toko pakaian. Wajahnya yang keibuan membuat Riandari jatuh hati saat pertama kali dikenalkan. Wanita paruh baya itu merasa cocok dengan penampilan Risya yang akan menjadi calon menantunya itu. Di kepalanya, sudah terbayang betapa menyenangkannya mempunyai menantu seperti Risya. "Abi!" teriak Riandari. Suaranya mampu menembus pintu ruang tamu hingga ke dapur

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Istri kedua pilihan mertua    Mengunjungi calon istri

    Abi tak bersemangat saat tiba di rumah calon istrinya. Di dalam pikirannya hanya ada nama Carla yang tadi wajahnya terlihat sendu. Abi merasa bersalah karena tak berpamitan pada istrinya itu, egonya merasa tersentil karena ketidaksukaannya pada sikap Carla yang tak memberitahunya akan kegiatan hari ini. Padahal sebelumnya, Carla tak pernah menyembunyikan apapun darinya. Saat acara resmi berakhir, abis meminta izin pada keluarganya untuk pergi sejenak ke belakang. Sejak setengah jam lalu, ponselnya terus berdering tanpa henti. Abi mengerutkan dahinya, merasa asing dengan nomor yang baru saja menghubunginya. "Halo." Abi menjawab panggilan tersebut. Raut wajahnya berubah, bibirnya terbuka dan matanya terbelalak lebar. Risya yang sedang duduk di kursi taman seberang pintu belakang ikut mengerutkan dahinya juga. "Sekarang dia dimana?" tanya Abi. Tangan kanannya dengan cepat melepas dasi yang mengikat lehernya. "Saya kesana sekarang. Tolong terus pantau." Abi menutup ponselnya. Ia berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Istri kedua pilihan mertua    Kekhawatiran Riandari

    Carla mendesah pasrah mendengar suara sumbang ibu mertuanya yang terdengar nyaring di ujung telpon. Abi tak hentinya diomeli tanpa jeda. Bermacam kata-kata kasar dari mulut wanita paruh baya itu. Mungkin dia kesal karena Abi memilih memilih menemani Carla dibandingkan dengan wanita pilihannya. Anehnya, mengapa Abi terlihat tenang ketika menghadapi ibunya. Padahal, telinga Carla sudah panas mendengarnya sejak tadi. "Pokoknya, kamu harus pulang! Ibu malu sama keluarganya Risya tadi," omel Riandari yang dibalas desisan oleh Abi. "Carla dirawat inap, Bu. Enggak ada yang jaga dia." Abi menoleh ke arah Carla yang sedang memelototinya. Bibir Carla terlihat komat-kamit merutuki suaminya yang kini malah terkekeh melihat reaksi sang istri. "Durhaka banget kamu sama ibu. Suruh saja asisten dia tuh yang sering kesini buat jagain dia," omelnya lagi. "Enggak bisa, Bu. Abi enggak tega ninggalin dia sendirian. Carla kan istri aku." Abi cekikikan lagi tanpa suara. Dari kejauhan, Carla sudah melaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Istri kedua pilihan mertua    Menjenguk mama

    "Papa ..." Adam berlari kencang dari dalam kamar menabrak lengan Abi yang sedang duduk di kursi makan. Adam mengecup pipi ayahnya lalu duduk di kursi sebelahnya. "Mama kemana, Pa?" Abi menoleh lalu menghentikan acara makannya. "Di rumah sakit." Adam hanya mengangguk. "Adam boleh ikut papa ke rumah sakit? Adam mau jenguk mama." tanya Adam dengan suara tenang. Adam memang anak yang berjiwa tenang dan tak mudah terbawa suasana. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjalani kehidupan seperti orang dewasa. Sering ditinggal oleh kedua orangtuanya membuatnya tumbuh menjadi anak yang mandiri. "Nanti papa jemput ke sekolah." Abi tersenyum lalu mengusap rambut anaknya dengan lembut. Adam menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Biar Adam sama pak Ujang yang ke rumah sakit," ujar Adam yang membuat Adi tertegun lalu ikut mengangguk. Adam lebih dewasa dari dirinya. "Good. Papa akan kasih tahu pak Ujang alamat rumah sakitnya." "Ok!" hanya itu jawaban yang didengar oleh Abi. Adam memang tak banyak bica

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Istri kedua pilihan mertua    Menjenguk Carla

    Sudah menjadi kebiasaan bagi Riandari dan para sahabat dekatnya untuk melakukan pertemuan setiap bulannya. Bertempat di sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta, Riandari dan ke sembilan sahabatnya berkumpul memperebutkan sebuah gulungan kertas yang dengan sengaja disiapkan oleh ketua perkumpulan. Setelah satu nama keluar, mereka berkumpul di tengah untuk merayakan kegembiraan si pemenang. Riandari sebagai anggota yang paling banyak bicara sejak datang tak pernah berhenti membuka mulutnya. Julukannya adalah si biang gosip. Apa sih berita yang tak luput dari mulut besarnya? "Jeng Rian, kemarin Abi habis lamaran ya? Calonnya Abi yang baru cantik enggak?" suara keras dari Ira, salah satu anggota perkumpulan membuat seisi ruangan menoleh padanya. Mertua Carla itu tersenyum sendiri sambil menutup bibirnya malu-malu lalu mengangguk pelan. "Wah, kapan rencana resminya? Saya diundang, kan?" "Semuanya diundang. Rencananya dua bulan lagi." Riandari tersenyum lebar setelahnya. "Jeng Ira,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Istri kedua pilihan mertua    Ibu merajuk

    Ivana dan Ira terlibat obrolan seru. Carla sebagai pendengar, cukup serius mengamati kedua orang itu dari dekat. Sesekali ia menimpali obrolan yang mulai terasa berat. Mereka membahas bisnis dan inovasinya. Maklum saja, keduanya adalah pengusaha makanan yang banyak terlibat dengan kalangan anak muda yang sedang viral sekarang. Itulah sebabnya, tak jarang keduanya terus menerus berinovasi agar anak muda tidak bosan dengan makanan buatan mereka. Carla yang juga seorang pengusaha minuman kaleng dan makanan kering tentunya sangat terbantu dengan ide menarik dari mereka berdua. "Seru deh kalau sudah coba makanan kekinian yang lagi viral. Tapi sih, menurut saya lebih baik buat inovasi yang lebih menarik. Shinta, kamu kan biasanya ada ide. Siapa tahu kita bertiga bisa saling tukeran ide atau join bareng," seru Ira yang dibalas senyuman oleh anaknya yang sedang membereskan meja di dekat ranjang Carla. "Sudah ada ide. Kalau mau, kita bisa diskusi bareng. Ibu Car

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • Istri kedua pilihan mertua    Akting Pura-pura

    "Aduh." Terlihat seorang wanita tengah kesusahan memijat pergelangan kakinya yang baru saja tak sengaja menginjak sebuah kain. Ia terduduk sambil menundukkan wajahnya yang mengerang kesakitan. Kain yang terjulur itu adalah kain milik Carla yang tengah dipasangkan di tubuhnya oleh staf butik tante Leni. Staf itu tak melihat jika ada seseorang tengah melintas di belakangnya. "Bu, maaf. Tadi enggak sengaja. Saya tidak melihat—" "Kalau kerja itu pakai mata! Mentang-mentang kamu lagi sibuk sama pelanggan satunya, jangan lupakan juga ada pelanggan yang lain," bentak wanita itu. Carla yang merasa familiar dengan suara itu seketika menoleh dengan cepat ke arahnya. Matanya terbelalak, ternyata benar orang yang ada di pikirannya itu tengah berada di tempat yang sama dengannya. Ia menghela napas kasarnya. Baru saja ia terbebas dari masalah di acara pertunangan Kesya kemarin, kini harus dipertemukan lagi dengan wanita itu. Entah apa rencana tuhan yang sebenarnya dengan mereka berdua. Takdi

  • Istri kedua pilihan mertua    Ada Yang Tak Suka

    Kabar kehamilan Risya mampir di telinga Carla. Ini semua karena ulah bibik yang sering bergosip dengan asisten yang lain saat sedang santai. Curi dengar itu membuat hati Carla tercubit. Dua kali dirinya mendengar kabar bahagia kehamilan orang di dekatnya tapi dirinya sendiri masih belum juga memiliki satupun. Carla berjalan bolak-balik di belakang rumah hanya untuk memastikan apa yang didengarnya tidaklah salah. Ia bahkan rela duduk sambil mengunyah makanan agar gosip yang terdengar itu semakin seru. 'Ternyata, dia memang sudah hamil lagi?' Lalu, Carla mengusap perutnya. Datar, tanpa isi kecuali lemak. Carla menghela napas kasarnya. Ia beranjak dari duduknya menuju dapur. Tenggorokannya haus sejak tadi. Jus melon adalah pilihan bagus untuknya. "Mama!" teriak Adam dan Tasya yang berlarian masuk ke dalam rumah. "Adam minggu depan libur." "Tasya juga." Keduanya menunjukkan sebuah surat himbauan dari sekolah. Carla membacanya dengan seksama lalu mengangguk paham. "Satu bulan libur

  • Istri kedua pilihan mertua    Tidak Peka

    "Kesya, sini nak." Kesya berlari kecil ke arah ibunya yang memanggil dari kejauhan. Al sudah tak tahu kemana, sepertinya sedang berbincang dengan teman-temannya yang datang ke acaranya. Kesya tentunya tak tahu siapa yang berada di samping ibunya, karena posisi mereka yang dekat dengan lorong tempat lalu lalang orang. Dengan senyum manisnya Kesya memeluk ibunya dari samping. Ia belum sadar dengan siapa ibunya tengah berbincang. Hingga suara ibunya menyadarkan dirinya dan akhirnya membuat batinnya sedikit terguncang. 'Abi?' "Ini loh saudara jauh kamu yang sering main ke rumah lama kita di Semarang. Kamu pasti sudah lupa. Namanya Risya dan ini suaminya." Kesya meringis tak tahu harus menjawab apa. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan keduanya. "Kamu ngobrol dulu. Ibu mau cek barang-barang hantaran tadi." "Dunia sempit ya? Aku enggak tahu kalau ternyata Risya itu sepupuku," sinis Kesya tak suka. Merasa diremehkan membuat Risya menaikkan wajahnya seolah sedang menant

  • Istri kedua pilihan mertua    Dunia Sangat Sempit

    Setelah pemeriksaan ke dokter kandungan, Abi dan Risya memutuskan untuk merayakan perayaan kehamilan kedua dengan makan bersama di kafe milik Vian. Abi memilih kafe itu karena ada memori tersendiri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Risya tampak bahagia. Pasalnya, ia membawa keluarga besarnya untuk ikut merayakan pesta itu. Abi pun tak keberatan sama sekali. "Makan yang banyak, Ma. Kita makan enak malam ini," ujar Risya pada ibunya yang juga datang. Abi tersenyum datar melihat suasana akrab itu. Sekedar mencari angin, Abi memilih keluar dari dalam ruangan untuk duduk di dekat anak tangga belakang. Ia ingin merilekskan otaknya sejenak menatap kolam ikan yang sepi. Pikirannya berkelana ke beberapa waktu silam saat ia melihat Adam berada di sana. Dia sedang apa sekarang ? Pesan yang dikirim tiga hari lalu masih saja diabaikan. "Adam mau dibawakan apa? Udang asam manis atau cumi pedas?" Abi menoleh ke belakang, asal su

  • Istri kedua pilihan mertua    Rencana Pesta Lamaran Al

    "Mau kemana kamu?" Abi turun dari tangga langsung mendapati Risya yang sedang mengendap-endap ingin pergi ke suatu tempat. Pakaiannya rapi dan ini masih pagi. Seharusnya wanita itu mengurusi anaknya atau setidaknya memasak untuk suaminya. "Mau kemana?" tanya Abi lagi. "Mau ke butik tantenya Indah. Aku mau ambil pesanan minggu lalu untuk lamaran dan pernikahan anaknya om aku yang tinggal di luar kota. Dia minggu ini anaknya lamaran dan aku belum pernah ketemu lagi dari SMP. Pas kita nikah dia juga enggak bisa datang karena sakit. Boleh ya?" ujar Risya panjang lebar menceritakan rencananya hari ini. "Katanya mau periksa kandungan? Aku udah telpon dokternya." Abi menyilangkan dadanya di depan Risya. Istrinya itu menelan ludah kasar. Abi jika dalam model seperti ini sulit untuk ditolak pesonanya. "Kamu enggak lagi coba berbohong sama aku kan?" "Demi tuhan, aku enggak bohong. Janjian ke dokternya jam berapa?" tanya Risya. "Sore jam tiga." Risya tersenyum senang. Berarti pagi ini dia

  • Istri kedua pilihan mertua    Diberikan Pilihan

    Lelah menghampiri Abi yang baru saja menyelesaikan pekerjaan hari ini. Setelah libur selama dua hari akhir pekan kemarin, sulit baginya untuk sekedar bersantai sejenak. Hal yang membuatnya lelah hari ini adalah audit keuangan perusahaan yang tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Al yang memanggil tim audit. Ini semua demi pengetatan anggaran yang tak perlu dan mencari pelaku pelanggaran yang menyebabkan kebocoran keuangan perusahaan. Al mencurigai banyak pihak telah berbuat curang. Al mencurigai Abi, lebih tepatnya. "Aku tahu kau sangat curiga denganku. Iya, kan?" tanya Abi setelah diperbolehkan masuk ke dalam ruangan minimalis milik Al. Ia menaikkan satu sudut bibirnya, tersenyum sinis setelahnya. "Ow, kau merasa ya? Padahal aku hanya ingin audit biasa saja. Ah, bukankah kamu pernah membuat kebijakan bagi karyawan untuk memakai uang perusahaan dengan cara pinjaman seperti student loan misalnya. Pengabdian dengan separuh gaji jika mema

  • Istri kedua pilihan mertua    Rahasia Apa?

    Keesokan harinya, Risya bermaksud meminta pertanggung jawaban Nanda yang telah menipunya hingga berujung malu di depan banyak orang. Bahkan ia sudah bersiap untuk memberikan tamparan pada temannya itu. Segera ia pergi ke studio musik milik Nanda untuk menemuinya. Di dalam studio itu, ia melihat Nanda dan Gane sedang tertawa lepas mendengar cerita salah seorang staf studio musik itu. Risya berdiri di dekat pintu masuk yang terbuka di satu sisinya. Dari situ ia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan mereka bertiga. "Mertua si bodoh itu viral? Sudah kuduga. Wanita itu memang picik dan senang membuat keributan," ujar Nanda yang diangguki oleh Gane. "Iya. Pantas saja mantan menantunya tidak kuat. Kalau jadi Carla, aku sudah kasih itu racun ke makanannya si mertua jahanam itu," tambah Gane yang dibalas kekehan kasar dari Nanda. "Orang seperti itu harus kita kerjain sekali-kali. Aku pernah kasih semangat untuk Carla menjelang sidang perceraiannya. Dia terlihat sedih tapi ber

  • Istri kedua pilihan mertua    Kehamilan Tiba-tiba

    Carla tak habis pikir. Dirinya sudah menjauh dari kehidupan Abi tapi tetap saja masih bertemu dengan mereka di sela kesibukannya. Tak ada lagi nama Abi, tak ada lagi komunikasi apapun dengan pria itu. Tapi takdir selalu mempertemukan mereka berdua. Sepertinya, memang itu semua sudah digariskan dari tuhan. "Untuk tuan Abi, tolong beritahukan pada keluarga anda untuk tidak menganggu kehidupan saya lagi. Dunia tak berputar hanya sekitar mereka saja. Kalau mereka butuh pengakuan lebih, berbuatlah sesuatu yang bisa membanggakan. Jangan bertingkah seperti tadi." Carla menggandeng tangan Vian keluar dari gedung acara. Ia tak ingin mendengar segala omong kosong yang keluar dari mulut mantan suaminya itu. Rasa kesal dan benci menguar dari dalam dirinya. Padahal, rasa itu telah dikuburnya dalam-dalam. "Aku, minta maaf Carla." Abi berteriak memanggil Carla yang hampir mencapai pintu keluar. "Atas nama keluargaku, aku minta maaf. Aku akan peringatkan mereka untuk t

  • Istri kedua pilihan mertua    Menanggung Malu

    Sepanjang acara amal, Risya terus saja berwajah masam. Seluruh rencananya hilang sejak semalam. Tadinya, dia akan membuat video saat dirinya berada di panggung memamerkan jumlah donasi yang diberikan. Berhubung jumlah donasinya hanya sedikit, ia malu untuk membuatnya viral. Ibu mertuanya juga bingung dengan kejadian tadi. Bukankah menantunya bilang kalau dirinya menyumbang banyak untuk donasi dalam acara amal ini? Mungkin saja ada kecurangan dari pihak panitianya. Ditengah-tengah acara, Riandari memberanikan diri untuk menanyakan dimana panitia acaranya. Kebetulan, salah satu temannya mengenal ketua panitia acaranya. Dengan langkah penuh semangat, Riandari beranjak menuju panggung belakang. Biarlah tak mengapa acaranya masih berlangsung. Ia harus mendapatkan jawaban atas masalah yang terjadi. "Mbak ini panitia acaranya ya?" Riandari tiba di belakang panggung bertemu dengan salah satu panitia. Wanita yang disapa Riandari menganggukkan kepalanya. "Saya mau protes tentang donasi yang

DMCA.com Protection Status