Share

Sekamar Bertiga

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-12 15:00:11
Ryuga melangkah mendekati Rajendra. Disapanya lelaki itu.

"Selamat sore, saya mengantar Livia pulang. Tadi kebetulan bertemu di pemakaman."

Jantung Livia menderu semakin kencang. Ia takut mendengar jawaban Rajendra. Bukan tidak mungkin lelaki itu akan bersikap kasar pada Ryuga. Dan itu akan membuat Livia malu.

Ternyata kekhawatirannya tidak terjadi ketika detik setelahnya Rajendra hanya mengangguk tipis kemudian berlalu pergi meninggalkan Livia dan Ryuga.

"Yang tadi suami kamu?" Ryuga menanyakannya ketika Rajendra baru saja berlalu.

"Iya," jawab Livia. "Namanya Rajendra."

"Baiklah. Saya permisi dulu."

"Terima kasih sudah mengantar saya, Ryuga."

"My pleasure, Livia."

Kemudian Ryuga masuk ke mobilnya meninggalkan rumah Livia.

Livia masuk ke dalam rumah untuk kemudian menuju kamarnya.

Setibanya di kamar lagi-lagi ia menemukan Rajendra dengan tatapannya yang tidak menyenangkan. Lelaki itu tidak bicara, hanya sikapnya yang dingin pada Livia.

Livia akan mengganti ba
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Livia kan ssh tau laki nya punya wanita lain secara terang2 an. Km bs mibta cerai dan menjauh de mrk. Livia bs cari duit dgn mengajar pelajaran swkolah dan buka les piano utk murid2 SD. Kumlulin duit, oergi aja de situ. Jgn mau ditundas sm laki2 brengsek.
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Kali sdh protes ga di gubris. Ga usah kamu berdebat . Rajendra brengsek. Kamu tidur di luar aja atau ruang tamu.
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
yg tak waras it kamu livia. jadi bulan bulanan .laki mesraan sm slngkhan di dpn mata.mertua jht.rmh bgai neraka ttap brthan demi cnta yg hnya brtepuk sblah tangan apa namanya cb klo bkn tk wrs.alias gila .pada pria.bucin di luar nurul hnya ad di novel.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melayani Wanitamu

    "Yang benar saja, Ndra?" protes Livia tidak terima."Kalau kamu keberatan kamu bisa keluar. Tidur di kamar lain, jangan di sini!" usir Rajendra tegas.Livia menggelengkan kepalanya. Ia tidak mungkin pindah ke kamar lain dan membiarkan Utary tidur bersama suaminya. Apalagi mereka belum menikah."Saya nggak akan pergi, saya akan tetap di sini.""Kalau begitu jangan banyak protes. Ikuti saja apa yang kumau. Badan Utary panas, dan aku nggak mungkin membiarkannya tidur sendiri. Utary sedang mengandung anakku," tandas Rajendra tidak ingin diinterupsi.Livia hanya bisa membiarkan ketika Utary berbaring di tempat tidur. Rajendra ikut merebahkan tubuhnya di sebelahnya. "Masih panas banget badan kamu," kata Rajendra sambil meraba dahi Utary. "Minum obat ya, Tar?""Orang hamil nggak boleh sembarangan minum obat, Ndra. Harus konsultasi ke dokter dulu," jawab Utary menolak."Oke. Kalau gitu sekarang kamu istirahat."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Yang Selalu Ada

    "Tunggu apa lagi?" sergah Rajendra dengan keras pada Livia yang masih berdiri termangu di tempatnya. Entah apa yang perempuan itu nanti."Kenapa harus saya, Ndra? Kenapa harus saya yang menyediakan kompres dan membelikan obat untuk pacar kamu? Saya ini istrimu, Ndra. Apa kamu nggak memikirkan perasaan saya?" ujar Livia sedih sembari mencoba mengingatkan kembali posisinya kalau saja Rajendra lupa."Jangan pernah menyebut kata itu lagi. Kamu tahu persis aku menikahimu hanya karena terpaksa. Kamu hanya istri di atas kertas. Nggak lebih. Sekarang buruan siapkan kompres untuk Utary dan belikan obatnya," suruh Rajendra sekali lagi sambil melempar uang ke arah Livia. Kemudian lelaki itu masuk ke dalam kamar.Livia memungut uang yang diberikan Rajendra. Dilangkahkannya kaki ke ruang belakang untuk menyiapkan kompres seperti yang diperintahkan suaminya. Livia mengantarnya ke kamar. Lagi-lagi pemandangan yang disaksikannya di kamar tersebut membuat hatinya pedih bagai diiris sembilu. Rajendra s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidur Bertiga

    "Kenapa lama?" Baru saja Livia menginjakkan kaki di dalam rumah ia langsung disambut oleh pertanyaan tersebut yang berasal dari mulut Rajendra."Tadi apotiknya tutup jadi saya mencari apotik lain," jawab Livia menyampaikan alasannya.Rajendra mendengkus. Tidak percaya pada alasan istrinya begitu saja."Siapa yang mengantarmu pulang?" tanyanya lagi meski ia tahu persis siapa lelaki yang mengantar istrinya."Kamu mengintip saya?""Bukan mengintip tapi suara mobilnya yang berisik membuat tidur kekasihku jadi terganggu."Livia tersenyum getir. Rajendra terlalu berlebihan. Suara mobil Ryuga tidaklah keras."Kenapa nggak dijawab? Siapa yang mengantarmu pulang?" "Kamu pasti tahu siapa yang mengantar saya. Bukankah kamu melihatnya sendiri?" Mendengar kalimat Livia yang terkesan sedang melawannya membuat amarah Rajendra semakin menjadi."Hanya perempuan murahan yang mau diantar lelaki asing.""Lebih murahan mana saya atau kekasihmu yang nggak tahu malu itu?"Tangan Rajendra sontak naik ke u

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Istri Di Atas Kertas

    "Livia! Bangun!" Sepasang mata Livia terbuka ketika ia mendengar suara keras suaminya. Tampak Rajendra sedang menatapnya dengan nyalang. Di dekat lelaki itu ada Utary yang sedang muntah.Livia mengusap matanya yang berat digayuti kantuk. Kemarin malam setelah dipaksa Rajendra Livia akhirnya tidur di kamar. Di sofa dinginnya seperti biasa. Livia baru bisa memejamkan matanya menjelang pukul tiga pagi. Itulah sebabnya kenapa ia masih merasa ngantuk."Bersiin itu terus buatin teh hangat untuk Utary," kata Rajendra memberi perintah.Livia menatap nanar pada lantai yang berserakan muntah Utary. Ia hanya bisa mengelus dada. Apa Utary tidak bisa muntah di kamar mandi?"Buruan! Tunggu apa lagi?!" bentak Rajendra melihat Livia diam termangu.Dengan matanya yang masih mengantuk Livia bangun dari sofa. Sambil bertumpu pada tongkatnya Livia terpincang seperti biasa. Namun akibat terburu-buru ia jatuh terpeleset."Aduh!" rintihnya sambil meringis kesakitan.Utary yang melihat pemandangan itu tert

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Meracuni Pikiran Rajendra

    Livia mengantar bubur untuk Utary. Tangan kanannya memegang tongkat sedangkan tangan kirinya membawa mangkuk. Ternyata Utary tidak ada di ruang makan. "Antar ke kamar, Utary ada di sana," kata Marina memberitahu.Livia membawa langkahnya ke kamar tamu. Ia pikir Utary sudah kembali ke sana. Nyatanya perempuan itu ada di kamar Livia dengan Rajendra.“Sorry ya, Liv, aku jadi merepotkan kamu.” Utary berujar lirih ketika Livia meletakkan nampan di atas nakas.“It’s okay, santai aja, Tar.” Meski pada awalnya Livia merasa berat melakukan ini semua, namun perempuan itu mencoba berdiri di sudut pandang lain. Anggap saja ia melakukannya untuk seorang teman agar hatinya bisa sedikit lebih ringan.“Sarapan dulu yuk, setelahnya baru minum obat,” ucap Rajendra sambil membantu Utary yang sedang berbaring agar duduk.Livia masih berada di sana menyaksikan Utary dengan gerakan gemulai duduk dengan punggung tersandar ke headboard. Sementara Rajendra mulai menyuapi kekasihnya itu.Suapan pertama baru s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berdebat

    "Livia, aku mau bicara!”Suara bariton milik Rajendra menahan langkah Livia. Perempuan itu lantas menoleh pada pemilik raut gagah yang mencegatnya.“Iya?”“Mau kabur ke mana kamu?”“Kabur?” Livia mengernyitkan dahi. Ia sama sekali tidak kabur atau melarikan diri. “Saya mau mencuci, masih banyak pekerjaan yang harus saya lakukan."Rajendra menarik langkah mendekati Livia kemudian berdiri tegak di hadapan perempuan itu lalu seperti biasa menyorot Livia dengan tatapan penuh intimidasi.“Jangan jadikan pekerjaan sebagai alasan atas kesalahan kamu.”“Kesalahan yang mana?” Livia sungguh tak mengerti Rajendra sedang membicarakan apa.“Jangan berpura-pura lugu. Kita sama-sama tahu apa yang sedang aku bicarakan.”Livia menahan napas saat menyadari yang dimaksudkan Rajendra adalah kekasihnya. Memangnya apa ada topik lain di antara mereka selain perempuan itu?“Jadi ini tentang Utary?”Rajendra mendengkus.“Kenapa dengan dia?”“Kamu sengaja meracuninya. Kamu bermaksud untuk mencelakai dia. Itu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertemu Langit

    Hari itu kediaman Rajendra lebih ramai dari biasanya. Tamu-tamu berdatangan. Jejeran kendaraan berderet hingga menyesaki bibir jalan.Hari ini akan diselenggarakan pernikahan Marina dengan seorang pengusaha bernama Hendrawan. Kedua orangtua Rajendra memang sudah bercerai. Jika Marina sudah lama menjanda dan akan memulai hidup barunya hari ini, maka ayah kandung Rajendra sudah sejak lama menikah lagi.Wajah Marina tampak begitu semringah. Senyum manis terus terkembang di bibirnya. Wanita itu benar-benar bahagia. Terlebih setelah proses akad nikah dilangsungkan dan sepasang sejoli itu resmi dinyatakan sebagai suami istri.Setelah menikah Hendrawan berniat mengajak Marina ikut dengannya yang berarti Marina akan pergi dari rumah yang selama ini ia tempati.Livia tidak tahu harus senang atau sedih. Baginya terbebas dari kungkungan sang mertua adalah hal yang ia impikan sejak lama. Namun jika Marina pergi itu artinya Livia akan tinggal bertiga dengan Rajendra dan juga Utary karena Sherly

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bantuan Dari Langit

    "Yang bener dong, Liv, bercandanya jangan kelewatan," kata Langit setelah mampu menguasai rasa terkejutnya.Livia tersenyum getir. Langit tentu tidak akan percaya pada kata-katanya."Saya nggak bercanda, yang saya katakan itu fakta."Langit semakin kaget oleh ucapan yang terlontar dari mulut Livia. Bagaimana mungkin Rajendra memiliki kekasih di saat lelaki itu sudah menikah dengan Livia?"Nggak hanya itu saja, Rajendra juga mengajak kekasihnya tinggal satu rumah dengan kami," imbuh Livia menambahkan.Langit tidak bisa untuk lebih terkejut lagi. Wajah lelaki itu berubah dalam hitungan detik, menciptakan ekspresi tidak mengerti dan rasa marah yang mendalam."Kenapa kamu biarkan ini terjadi? Kenapa kamu biarkan suami kamu membawa wanita lain ke dalam rumah kalian?”"Utary sedang hamil dan Rajendra merasa harus bertanggungjawab jawab.""Hamil? Astaga!" Langit tidak tahu harus berkata apa lagi setelah mengetahuinya. Ia benar-benar syok. Ternyata sepupunya sebrengsek itu. "Tapi bukan berar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 337

    Pagi itu Rajendra turun lebih awal ke dapur. Sebelum keduluan Tasia ia ingin membuat kopinya sendiri. Saat ia membuka lemari untuk mengambil cangkir, sebuah tangan tiba-tiba menyodorkan cangkir ke arahnya."Ini, Pak," kata Tasia dengan suara yang terdengar lembut.Rajendra menoleh dan menemukan Tasia berdiri sangat dekat dengannya."Kamu sudah bangun?" tanyanya sedikit terkejut.Tasia tersenyum kecil. "Saya memang selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Bapak tahu kan saya suka memastikan semuanya berjalan lancar di rumah ini? Apalagi Ibu Livia lagi sakit."Rajendra menerima cangkir dari Tasia dan mengucapkan terima kasih.Ketika ia hendak menuangkan kopi Tasia dengan sengaja menyentuh tangannya. "Oh maaf," kata Tasia dengan tawa kecil. "Saya terlalu dekat ya?"Rajendra mundur sedikit tapi Tasia tetap berdiri di tempatnya."Saya senang melihat Bapak mulai rileks. Saya harap Bapak tahu kalau saya selalu ada kalau Bapak butuh seseorang untuk berbicara," katanya dengan nada l

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 336

    Malam itu setelah meminum obat, Livia keluar dari kamar. Anak-anak sedang mengerjakan PR dengan Tasia, sedangkan Rajendra entah ke mana.Livia berjalan dan bermaksud duduk di beranda. Setelah pintu ia buka ternyata ia melihat Rajendra sedang duduk sendiri. Livia bermaksud kembali ke dalam rumah tapi Rajendra sudah terlanjur melihatnya."Sayang!" kata pria itu. "Mau ke mana?"Livia menghentikan langkahnya sejenak. Ia Ragu harus melangkah ke dalam atau tetap bertahan di tempat. Tapi ada sesuatu dalam nada suara pria itu yang terasa akrab dan hangat."Aku hanya ingin duduk sebentar di luar," jawab Livia pelan menghindari tetapan suaminya.Rajendra menggeser duduk. Ia memberi ruang di sebelahnya. "Duduk di sini Liv."Livia merasa ragu tapi kakinya justru melangkah mendekat. Hanya saja ia duduk di kursi yang lain, menjaga jarak dari Rajendra.Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat. Hanya ada suara angin yang berembus lembut dan desiran dedaunan yang bergerak pelan. "Sudah mera

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 335

    Tasia jelas saja terkejut mendapat serangan dari Rajendra. "Maaf, Pak, saya tidak tahu kalau itu rahasia. Saya mengatakannya pada ibu Livia hanya agar ingatannya cepat kembali. Saya nggak ada maksud apa-apa."Rajendra menggelengkan kepalanya. Ia terlalu kecewa pada sikap Tasia. "Selama ini saya percaya sama kamu," lanjutnya dengan suara dingin. "Saya menganggap kamu sebagai orang yang bisa saya andalkan. Tapi ternyata kamu lebih memilih jadi pengadu domba."Tasia langsung melihatkan wajah sedih seolah perkataan Rajendra benar-benar menyakitinya. "Pak, saya hanya ingin membantu.""Membantu apa?" potong Rajendra sebelum perempuan itu melanjutkan kalimatnya. "Yang kamu lakukan justru menimbulkan kekacauan.""Tapi Bu Livia berhak tahu kenyataannya, Pak.""Itu bukan hak kamu buat kasih tahu dia!" bentak Rajendra. Emosinya benar-benar memuncak. "Apa kamu pikir saya nggak akan pernah bilang apa pun? Apa kamu pikir saya akan menyembunyikan hal itu selamanya? Lagian itu bukan urusan kamu. Tuga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 334

    Rajendra terkekeh pelan meski ada sedikit rasa sakit menusuk jiwa. "Red flag?" ulangnya."Iya, naluriku yang bilang begitu," jawab Livia.Rajendra teguk salivanya. Kalau naluri Livia saja sudah mengatakan bahwa ia adalah cowok red flag, berarti dulu Livia memang pernah terluka karena dirinya kan?"Aku nggak seburuk itu, Liv," kata Rajendra akhirnya. "Kalau aku memang red flag, kenapa kamu cinta sama aku?"Livia mengerutkan dahi. Ia ingin membantah tapi satu pun ingatan tentang perasaan terhadap Rajendra tak pernah bisa ia temukan. Itu yang membuatnya semakin ragu. "Apa aku benar-benar jatuh cinta sama kamu?" pandangnya tajam."Iya," jawab Rajendra mantap. "Kamu mencintaiku, Livia. Sama seperti aku mencintaimu."Livia membisu begitu lama. Sorot matanya tajam, seolah mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata Rajendra."Kalau aku memang cinta sama kamu kenapa aku nggak bisa mengingat apa pun?" tanyanya pelan.Rajendra menelan ludah lalu menggenggam lembut tangan Livia. "Nggak apa-apa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 333

    Livia sudah bangun sejak tadi pagi. Tapi sampai detik ini ia masih berada di dalam kamar. Berbaring sambil bermenung sendiri. Sisa-sisa kesedihan masih berjejak di hatinya. Perasaan kecewa karena merasa dibohongi belum sepenuhnya pergi.Saat Livia sedang asyik merenung pintu kamarnya diketuk."Bunda! Bunda udah bangun?" Itu suara Gadis.Livia mengesah pelan."Nda, Adis boleh masuk nggak?"Livia menoleh ke arah pintu lalu dengan berat hati terpaksa mengatakan. "Masuk aja."Perlahan-lahan pintu terbuka, memperlihatkan seorang anak kecil yang sudah siap dengan seragam merah putihnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai bebas. Sebuah bandana berwarna pink lembut menghiasi kepalanya. Membuatnya tampak begitu manis dan menggemaskan.Dengan langkah kecilnya Gadis mendekati tempat tidur Livia lalu bicara pada perempuan yang masih berbaring itu. "Bunda, kenapa masih tiduran? Bunda sakit ya?" tanyanya sembari meraba kening Livia."Bunda cuma mau istirahat," lidah Livia kelu saat mengucapk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 332

    Livia berjalan tanpa arah. Malam semakin larut, udara dingin menusuk kulit, tapi ia tidak peduli. Kata-kata Astrid terus terngiang di telinganya.AKU ASTRID, ISTRI EVANJadi selama ini ia hanya tempat persinggahan sementara? Atau dirinyalah yang salah arah? Evan begitu baik padanya, begitu perhatian, tetapi pada akhirnya ia tetap pria yang sudah memiliki istri.Air mata yang ia tahan sejak tadi di akhirnya jatuh. Livia tertawa miris. Bodoh. Ia merasa sangat bodoh.Ponselnya bergetar berkali-kali. Nama Evan muncul di layar, tapi ia tidak ingin menjawab. Apalagi yang perlu dijelaskan? Semua fakta sudah ada di depan mata.Tanpa sadar hati membawanya kembali ke rumah Rajendra. Setelah masuk ia langsung menuju kamar tanpa menyapa siapa pun. Ia hanya ingin bersembunyi dari dunia yang terasa semakin menyakitkan. Namun Rajendra yang kehilangan Livia sejak tadi melihat semuanya. Wajah Livia yang muram, tatapan mata yang kosong dan langkahnya yang gontai.Rajendra tidak bisa tinggal diam. Denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 331

    Saat jam kerja sudah selesai Evan mengajak Livia pulang. "Aku harus pulang ke mana?" Livia bertanya bingung."Ke rumah kamu. Rumah Rajendra. Biar aku yang antar."Livia menggeleng. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak nyaman tinggal di sana? Semua terasa asing.""Itu hanya perasaanmu, Liv. Nggak ada yang asing. Kasihan anakmu, Liv. Dia pasti kehilangan ibunya kalau kamu terus bersikap kayak gini. Aku antar ya? Besok kita ketemu lagi." Evan terus membujuk Livia agar mau pulang."Janji?" kata Livia kurang percaya."Janji." Evan mengangkat kelingkingnya.Livia ragu sejenak tapi akhirnya ia menyambut kelingking Evan dan mengaitkan dengan miliknya.Sepanjang perjalanan Livia lebih banyak diam. Matanya menerawang keluar jendela, mengamati lampu-lampu kota yang menyala seiring datangnya malam. Evan melirik ke arahnya sesekali."Livia," panggilnya."Ya?""Maaf kalau aku terlalu memaksamu. Tapi aku nggak mau kamu semakin jauh dari kehidupanmu yang sebenarnya."Livia hanya diam sampa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 330

    Evan menghela panjang setelah menatap Livia yang bersikeras tidak ingin pulang. Ia tahu situasi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut. Maka ia mengambil ponselnya lalu meninggalkan Livia dengan alasan pergi ke toilet. Tiba di toilet ia menelepon Rajendra.Rajendra sedang berada di ruangannya ketika ponselnya bergetar di dalam saku. Ia mengambilnya dan melihat nama Evan ada di sana. Sebelumnya mereka memang sempat bertukar nomor telepon satu sama lain."Ada apa?" tanya Rajendra tanpa basa-basi."Livia ada di sini. Dia datang ke kantor gue sendiri dan bilang nggak mau pulang."Rajendra terkejut mendengarnya. Tadi Livia bilang akan merajut seharian di rumah. Namun ternyata ia tertipu."Dia juga bilang masih cinta sama gue," tambah Evan. "Sorry, Ndra."Rajendra terdiam. Dadanya begitu sesak. Rasa sakit menohoknya. "Gue paham," jawab Rajendra akhirnya. "Kalo dia mau di sana biarin aja dulu. Mungkin dia lagi kangen sama lo."Evan tidak menyangka bahwa jawaban Rajendra akan semudah itu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 329

    Livia melangkah masuk ke dalam gedung perkantoran dengan jantung berdebar kencang. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa sampai di sini. Ia hanya mengikuti dorongan kuat dalam hatinya. Sesuatu di tempat itu terasa familier dengannya walaupun ingatannya tetap kabur.Saat ia tiba di depan resepsionis ia bertanya, "Pagi, Mbak, Evan Satria ada di sini?"Resepsionis menatapnya dengan ragu sejenak lalu menjawab, "Anda sudah anda janji dengan Pak Evan?"Livia menggeleng. "Nggak ada. Tapi tolong kasih tahu dia bahwa Livia ada di sini."Resepsionis tampak ragu tapi tak urung menghubungi seseorang. Tidak butuh waktu lama seorang lelaki berkemeja biru muncul."Livia!" Walau tadi sudah disampaikan resepsionis bahwa Livia yang menunggunya namun Evan tetap tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Livia tersenyum tipis lalu memeluk Evan penuh kerinduan. "Kangen banget sama kamu, Van."Evan yang merasa tidak enak melepaskan pelukan itu pelan-pelan."Ayo kita ke ruanganku, Liv," ajaknya.Livia menurut

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status