Share

Dia Yang Selalu Ada

last update Last Updated: 2024-10-14 15:19:55

"Tunggu apa lagi?" sergah Rajendra dengan keras pada Livia yang masih berdiri termangu di tempatnya. Entah apa yang perempuan itu nanti.

"Kenapa harus saya, Ndra? Kenapa harus saya yang menyediakan kompres dan membelikan obat untuk pacar kamu? Saya ini istrimu, Ndra. Apa kamu nggak memikirkan perasaan saya?" ujar Livia sedih sembari mencoba mengingatkan kembali posisinya kalau saja Rajendra lupa.

"Jangan pernah menyebut kata itu lagi. Kamu tahu persis aku menikahimu hanya karena terpaksa. Kamu hanya istri di atas kertas. Nggak lebih. Sekarang buruan siapkan kompres untuk Utary dan belikan obatnya," suruh Rajendra sekali lagi sambil melempar uang ke arah Livia. Kemudian lelaki itu masuk ke dalam kamar.

Livia memungut uang yang diberikan Rajendra. Dilangkahkannya kaki ke ruang belakang untuk menyiapkan kompres seperti yang diperintahkan suaminya. Livia mengantarnya ke kamar. Lagi-lagi pemandangan yang disaksikannya di kamar tersebut membuat hatinya pedih bagai diiris sembilu. Rajendra s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Arnold Tio
benar hehe
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
hahaha ...jangan² Ryuga fans berat Livia ya ... selalu ada buat Livia ...
goodnovel comment avatar
Casyta Tanod
Atau minta tolong kerja di tmptnya Ryuga, secara dia juga kan bos gitu lho.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidur Bertiga

    "Kenapa lama?" Baru saja Livia menginjakkan kaki di dalam rumah ia langsung disambut oleh pertanyaan tersebut yang berasal dari mulut Rajendra."Tadi apotiknya tutup jadi saya mencari apotik lain," jawab Livia menyampaikan alasannya.Rajendra mendengkus. Tidak percaya pada alasan istrinya begitu saja."Siapa yang mengantarmu pulang?" tanyanya lagi meski ia tahu persis siapa lelaki yang mengantar istrinya."Kamu mengintip saya?""Bukan mengintip tapi suara mobilnya yang berisik membuat tidur kekasihku jadi terganggu."Livia tersenyum getir. Rajendra terlalu berlebihan. Suara mobil Ryuga tidaklah keras."Kenapa nggak dijawab? Siapa yang mengantarmu pulang?" "Kamu pasti tahu siapa yang mengantar saya. Bukankah kamu melihatnya sendiri?" Mendengar kalimat Livia yang terkesan sedang melawannya membuat amarah Rajendra semakin menjadi."Hanya perempuan murahan yang mau diantar lelaki asing.""Lebih murahan mana saya atau kekasihmu yang nggak tahu malu itu?"Tangan Rajendra sontak naik ke u

    Last Updated : 2024-10-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Istri Di Atas Kertas

    "Livia! Bangun!" Sepasang mata Livia terbuka ketika ia mendengar suara keras suaminya. Tampak Rajendra sedang menatapnya dengan nyalang. Di dekat lelaki itu ada Utary yang sedang muntah.Livia mengusap matanya yang berat digayuti kantuk. Kemarin malam setelah dipaksa Rajendra Livia akhirnya tidur di kamar. Di sofa dinginnya seperti biasa. Livia baru bisa memejamkan matanya menjelang pukul tiga pagi. Itulah sebabnya kenapa ia masih merasa ngantuk."Bersiin itu terus buatin teh hangat untuk Utary," kata Rajendra memberi perintah.Livia menatap nanar pada lantai yang berserakan muntah Utary. Ia hanya bisa mengelus dada. Apa Utary tidak bisa muntah di kamar mandi?"Buruan! Tunggu apa lagi?!" bentak Rajendra melihat Livia diam termangu.Dengan matanya yang masih mengantuk Livia bangun dari sofa. Sambil bertumpu pada tongkatnya Livia terpincang seperti biasa. Namun akibat terburu-buru ia jatuh terpeleset."Aduh!" rintihnya sambil meringis kesakitan.Utary yang melihat pemandangan itu tert

    Last Updated : 2024-10-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Meracuni Pikiran Rajendra

    Livia mengantar bubur untuk Utary. Tangan kanannya memegang tongkat sedangkan tangan kirinya membawa mangkuk. Ternyata Utary tidak ada di ruang makan. "Antar ke kamar, Utary ada di sana," kata Marina memberitahu.Livia membawa langkahnya ke kamar tamu. Ia pikir Utary sudah kembali ke sana. Nyatanya perempuan itu ada di kamar Livia dengan Rajendra.“Sorry ya, Liv, aku jadi merepotkan kamu.” Utary berujar lirih ketika Livia meletakkan nampan di atas nakas.“It’s okay, santai aja, Tar.” Meski pada awalnya Livia merasa berat melakukan ini semua, namun perempuan itu mencoba berdiri di sudut pandang lain. Anggap saja ia melakukannya untuk seorang teman agar hatinya bisa sedikit lebih ringan.“Sarapan dulu yuk, setelahnya baru minum obat,” ucap Rajendra sambil membantu Utary yang sedang berbaring agar duduk.Livia masih berada di sana menyaksikan Utary dengan gerakan gemulai duduk dengan punggung tersandar ke headboard. Sementara Rajendra mulai menyuapi kekasihnya itu.Suapan pertama baru s

    Last Updated : 2024-10-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berdebat

    "Livia, aku mau bicara!”Suara bariton milik Rajendra menahan langkah Livia. Perempuan itu lantas menoleh pada pemilik raut gagah yang mencegatnya.“Iya?”“Mau kabur ke mana kamu?”“Kabur?” Livia mengernyitkan dahi. Ia sama sekali tidak kabur atau melarikan diri. “Saya mau mencuci, masih banyak pekerjaan yang harus saya lakukan."Rajendra menarik langkah mendekati Livia kemudian berdiri tegak di hadapan perempuan itu lalu seperti biasa menyorot Livia dengan tatapan penuh intimidasi.“Jangan jadikan pekerjaan sebagai alasan atas kesalahan kamu.”“Kesalahan yang mana?” Livia sungguh tak mengerti Rajendra sedang membicarakan apa.“Jangan berpura-pura lugu. Kita sama-sama tahu apa yang sedang aku bicarakan.”Livia menahan napas saat menyadari yang dimaksudkan Rajendra adalah kekasihnya. Memangnya apa ada topik lain di antara mereka selain perempuan itu?“Jadi ini tentang Utary?”Rajendra mendengkus.“Kenapa dengan dia?”“Kamu sengaja meracuninya. Kamu bermaksud untuk mencelakai dia. Itu k

    Last Updated : 2024-10-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertemu Langit

    Hari itu kediaman Rajendra lebih ramai dari biasanya. Tamu-tamu berdatangan. Jejeran kendaraan berderet hingga menyesaki bibir jalan.Hari ini akan diselenggarakan pernikahan Marina dengan seorang pengusaha bernama Hendrawan. Kedua orangtua Rajendra memang sudah bercerai. Jika Marina sudah lama menjanda dan akan memulai hidup barunya hari ini, maka ayah kandung Rajendra sudah sejak lama menikah lagi.Wajah Marina tampak begitu semringah. Senyum manis terus terkembang di bibirnya. Wanita itu benar-benar bahagia. Terlebih setelah proses akad nikah dilangsungkan dan sepasang sejoli itu resmi dinyatakan sebagai suami istri.Setelah menikah Hendrawan berniat mengajak Marina ikut dengannya yang berarti Marina akan pergi dari rumah yang selama ini ia tempati.Livia tidak tahu harus senang atau sedih. Baginya terbebas dari kungkungan sang mertua adalah hal yang ia impikan sejak lama. Namun jika Marina pergi itu artinya Livia akan tinggal bertiga dengan Rajendra dan juga Utary karena Sherly

    Last Updated : 2024-10-19
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bantuan Dari Langit

    "Yang bener dong, Liv, bercandanya jangan kelewatan," kata Langit setelah mampu menguasai rasa terkejutnya.Livia tersenyum getir. Langit tentu tidak akan percaya pada kata-katanya."Saya nggak bercanda, yang saya katakan itu fakta."Langit semakin kaget oleh ucapan yang terlontar dari mulut Livia. Bagaimana mungkin Rajendra memiliki kekasih di saat lelaki itu sudah menikah dengan Livia?"Nggak hanya itu saja, Rajendra juga mengajak kekasihnya tinggal satu rumah dengan kami," imbuh Livia menambahkan.Langit tidak bisa untuk lebih terkejut lagi. Wajah lelaki itu berubah dalam hitungan detik, menciptakan ekspresi tidak mengerti dan rasa marah yang mendalam."Kenapa kamu biarkan ini terjadi? Kenapa kamu biarkan suami kamu membawa wanita lain ke dalam rumah kalian?”"Utary sedang hamil dan Rajendra merasa harus bertanggungjawab jawab.""Hamil? Astaga!" Langit tidak tahu harus berkata apa lagi setelah mengetahuinya. Ia benar-benar syok. Ternyata sepupunya sebrengsek itu. "Tapi bukan berar

    Last Updated : 2024-10-20
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kamu Mau Ke mana?

    Suasana rumah terasa sepi. Tidak ada lagi celotehan Marina serta ocehan Sherly. Setelah resmi menikah tadi siang Marina ikut dengan suaminya yang kaya-raya. Begitu pun dengan Sherly.Otomatis di rumah tersebut hanya tinggal Livia, Rajendra serta Utary. Lingkungan tempat tinggal mereka memang individualis. Semua orang sibuk dengan diri masing-masing dan tidak pernah mau tahu urusan orang lain selagi tidak mengganggu. Jadi Livia pikir percuma saja jika dirinya melapor pada RT apalagi keluarga Rajendra adalah keluarga terhormat yang disegani masyarakat sekitar.Saat ini Livia sedang berdiri di depan kamar Marina. Pintu kamar mertuanya itu dikunci. Begitu pun dengan kamar Sherly. Walau keduanya sudah pindah dari sana namun tidak seorang pun boleh menempati kamar tersebut.Livia menghela napas kemudian di saat ia akan bergerak pergi meninggalkan kedua kamar itu ia mendengar dehaman seseorang."Mau cari apa di sini?" Livia terperanjat dan seketika menoleh. Rajendra sudah berada di dekatnya

    Last Updated : 2024-10-20
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melawan Rajendra

    Livia refleks memutar tubuhnya ke belakang ketika mendengar suara Rajendra. Ternyata pria itu sudah bangun dan saat ini tengah menatapnya."Saya mau berangkat kerja.""Apa? Kerja?"Rajendra ingin tertawa sekarang. Hanya bekerja di dapur dan membersihkan rumah Livia sampai berpenampilan serapi itu seolah akan bekerja di kantor."Kamu salah makan apa?" Livia mengernyitkan dahinya tidak mengerti apa maksud perkataan suaminya. Jadi, ia pun menanyakannya. "Maksud kamu apa, Ndra?""Hanya bekerja di dapur kamu sampai berpakaian seperti itu." Rajendra menahan geli oleh keanehan Livia."Saya nggak bekerja di dapur. Saya bekerja di kantor. Mulai hari ini saya akan bekerja di kantor Langit."Ekspresi Rajendra sontak berubah mendengar pembeberan Livia. "Jangan bercanda kamu, Livia.""Saya nggak bercanda. Langit mengajak saya bekerja di kantornya jadi saya terima tawaran itu."Rajendra terkejut mendengar penjelasan Livia. Dari ekspresinya perempuan itu terlihat bersungguh-sungguh. Tidak. Ini ti

    Last Updated : 2024-10-21

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   1x24 Jam

    Rajendra mengemudi dengan kecepatan di atas normal. Rasa marah, frustrasi dan sedih bercampur menjadi satu mengisi hatinya.Setiap kali memikirkan bahwa Livia tinggal di bawah atap yang sama dengan Langit, emosinya naik ke ubun-ubun. Bagaimana mungkin wanita yang dulu menjadi istrinya menolaknya dengan keras, namun membiarkan lelaki lain masuk ke dalam kehidupannya?"Gue nggak bakal biarin ini berlangsung lebih lama," gumamnya sambil mencengkeram setir kuat-kuat.Setelah tiba di depan rumah Livia, Rajendra mematikan mesin mobil. Setelah turun dari sana, ia melangkah lebar ke depan pintu rumah Livia dan mengetuknya dengan kuat."Livia!" serunya keras. "Livia, buka pintunya atau aku dobrak!"Livia sedang menidurkan Gadis ketika mendengar suara keras itu. Ia terkejut mendengarnya. Gadis mengerjap kecil dengan setengah tertidur.Livia bangkit dari tempat tidur dan menarik napas panjang sebelum membuka pintu kamarnya.Langit yang juga mendengar keributan itu lebih dulu sampai ke ruang tamu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Akan Ugal-Ugalan

    Selepas Lola pergi, Livia mengembuskan napas panjang. Rasanya begitu lega. Siapa pun yang ada kaitannya dengan Rajendra membuatnya tidak nyaman.Livia tidak percaya kalau Rajendra mencintainya seperti yang dikatakan Langit. Livia yakin di balik ingin kembalinya Rajendra hanya untuk menindas Livia. Livia masih ingat betul segala perkataan Rajendra dulu bahwa dia tidak ingin menceraikan Livia agar hidup Livia menderita karena Livia juga sudah membuatnya menderita. Gara-gara Livia Rajendra harus kehilangan wanita yang dicintainya. Lalu kini Livia menyimpulkan. Agar Livia menderita maka Rajendra sengaja mencari wanita lain untuk menyakitinya, yaitu Utary.Livia tidak ingin kejadian yang sama terulang dua kali. Livia tidak tahu siapa sesungguhnya wanita yang dicintai Rajendra. Entah wanita itu masih hidup atau sudah mati. Bisa saja sewaktu-waktu wanita itu muncul ke dalam kehidupannya dan Rajendra. Terlepas dari semua kejahatan Rajendra dulu, bagi Livia, inilah jalan terbaik. Hidup berdua

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Setiap Orang Berhak Atas Kesempatan Kedua

    Sudah dua minggu lamanya Gadis bernapas di dunia. Hampir setiap hari ada paket yang datang ke rumah melalui ekspedisi. Isinya adalah perlengkapan bayi seperti baju, selimut, dan yang lainnya. Tidak ada nama pengirim di sana. Tapi Livia yakin 100% bahwa yang mengirimnya adalah Rajendra. Kalau dulu Livia mengembalikan semua barang-barang yang diberi lelaki itu ke rumahnya, sekarang setiap ada paket yang datang berisi perlengkapan Gadis maka Livia akan membuangnya tanpa pikir panjang.Pintu rumah diketuk ketika Livia sedang merajut. Saat itu Gadis tengah tidur, jadi ia bisa memanfaatkan waktunya untuk berkarya.Livia mengembuskan napasnya. Ia curiga jangan-jangan pihak ekspedisi lagi yang datang untuk mengantar paket dari Rajendra.Meraih tongkatnya, Livia berjalan dengan terpincang-pincang untuk membuka pintu rumah. Ia sudah bersiap-siap menolak jika paket itu tanpa nama. Namun yang dilihatnya bukan tukang paket, melainkan Lola, mertua tirinya."Tante Lola?" Livia terkejut atas banyak

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kamu Pasti Akan Kembali Padaku

    Malam telah larut ketika Rajendra tiba di rumah. Seharian itu ia melalui waktu di kantor dengan pikiran kacau balau. Pembicaraan dengan Livia tadi siang masih terus melekat di benaknya. Termasuk sorot dingin wanita itu yang menyiratkan ketegasan agar menjauh dari hidupnya.Rajendra memarkir mobilnya di halaman rumah dengan rasa lelah. Setelah ia turun, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya kaget.Di depan rumahnya tampak perlengkapan bayi yang ia beli untuk Gadis."Apa-apaan?" gerutunya kesal.Rajendra melangkah mendekat dengan deru napas yang bertambah berat. Tangannya menyentuh satu demi satu barang-barang itu seakan ingin memastikan bahwa seluruh barang ini memang barang yang ia belikan untuk putrinya. Barang-barang yang dibawanya ke rumah Livia dengan harapan akan diterima. Yang terjadi, Livia menolak itu semua. Bukan hanya menolak, tapi juga meminta orang untuk mengembalikan ke rumah Rajendra.Terdengar embusan napas panjang dari mulut Rajendra. Kedua tangannya t

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rindu Pijitan Livia

    Livia sedang duduk di kursi sambil menyusui Gadis. Peristiwa beberapa jam yang lalu masih melekat di benaknya.Rajendra memang sudah pergi, tapi barang-barang yang ia bawa masih ada di depan rumah. Lelaki itu meninggalkannya walau Livia dengan frontal menolak.Sambil terus memberi Gadis asupannya, satu ingatan muncul di kepala Livia. Ketika Rajendra membuang foto USG Gadis dan menganggapnya sebagai sampah. Dari sanalah rasa muaknya pada Rajendra muncul yang memicunya untuk bangkit dari cengkeraman dan penindasan laki-laki itu."Liv, itu di depan kenapa banyak barang-barang bayi? Kamu belanja lagi untuk Gadis?" suara Langit yang baru saja tiba menggilas habis lamunan Livia. Livia menoleh dan menemukan wajah heran Langit."Tadi Rajendra ke sini. Dia membawa barang-barang untuk Gadis seperti yang kamu lihat.""Terus kenapa masih ada di luar? Dia nggak membantu sekalian untuk memasukkannya ke dalam rumah?" tanya Langit lagi begitu ingat keadaan Livia yang tidak mungkin membawa barang-bar

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sedihnya Hati Rajendra

    Setelah dua hari berada di rumah sakit, hari ini Livia diizinkan pulang.Sejak pergi dari rumah Rajendra, Livia tinggal di rumah yang dicarikan Langit. Rumah itu berbentuk panjang ke belakang. Rencananya setelah melahirkan dan pulih Livia akan menjadikan bagian depannya sebagai toko. Ia akan menjual hasil rajutannya di sana."Welcome home, Sayang," ucap Livia yang menggendong Gadis begitu mereka masuk ke dalam rumah.Bayi berumur tiga hari itu terlelap dalam gendongannya.Livia melangkah pelan dan hati-hati memasuki rumah tempat ia dan putrinya memulai kehidupan baru. Aroma segar dari pewangi ruangan menyeruak ke dalam penciumannya.Langit berjalan di belakang Livia membawa tas dan perlengkapan yang mereka bawah dari rumah sakit. "Hati-hati, Liv, jangan banyak gerak dulu," kata Langit lembut sambil meletakkan tas. Ia menatap Livia yang masih tampak lelah. Tapi senyum di wajahnya menunjukkan kebahagiaan.Livia mengamati ruang depan rumah yang nantinya akan disulap menjadi toko. Bebera

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ternyata Begini Rasanya

    Rajendra tersentak mendengar perkataan Livia. Hatinya tersayat-sayat.Om Rajendra, bukan Ayah atau Papa.Sebutan itu memisahkannya dari Gadis, darah dagingnya sendiri.Langit menggeser diri ke pojok ruangan dan memalingkan wajah. Ia mencoba tidak terlibat dalam ketegangan antara Livia dan Rajendra. ia sadar diri, ini bukanlah ranahnya untuk ikut campur.Rajendra menatap bayi kecil itu dengan perasaan sedih. "Livia, aku nggak minta banyak. Aku cuma mau menggendong Gadis sekali aja, biar dia tahu kalau aku adalah ayahnya."Livia membalas tatapan Rajendra dengan sorot dingin. "Kamu bilang kamu ayahnya. Lupa apa yang kamu lakukan dulu? Kamu menuduh saya selingkuh. Kamu menolak anak ini sebagai darah dagingmu. Lalu sekarang kamu datang mengaku-ngaku sebagai ayahnya setelah saya melewati semuanya sendirian?"Rajendra tidak berani membalas kata-kata Livia ketika perempuan itu menghakiminya. Selama beberapa detik mereka terdiam. Hanya mata Rajendra yang menatap Gadis dengan pandangan sedih.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Om Rajendra

    Rajendra cuma bisa berdiri di depan pintu ruang bersalin yang tertutup rapat. Perasaan tidak karuan menghantamnya dari segala arah.Ia menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan terkepal erat. Tatapannya kabur, bukan karena ia rabun, tetapi karena menahan air mata agar tidak jatuh.Dirinya laki-laki. Pantang baginya untuk menangis, namun ini terlalu menyakitkan. Dirinya yang punya anak dan akan menjadi bapak, tetapi kenapa orang lain yang harus mendampingi istrinya?Di dalam ruangan bersalin terdengar samar suara Livia yang mengerang menahan sakit. Ingin rasanya Rajendra menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan mengatakan bahwa dirinyalah yang berhak mendampingi Livia, bukan Langit. Lola kemudian mendekat. Disentuhnya bahu Rajendra dengan lembut. "Nggak usah sedih, Ndra. Jangan pernah lupakan, sakit yang kamu rasakan nggak ada apa-apanya dengan yang dirasakan Livia dulu.""Tapi ini kelewatan, Tante. Aku yang seharusnya berada di sana, bukan laki-laki lain," lirih Rajendra putu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melahirkan Bersamanya

    Napas Livia tertahan. Dadanya langsung sesak begitu melihat sosok yang telah ia coba lupakan berdiri tidak jauh dari tempatnya.Rajendra terlihat berbeda. Sosoknya lebih kurus dan wajahnya tampak lelah.Langit yang memerhatikan ekspresi Livia memegang tangannya dengan erat. "Kita pergi ke arah lain atau tunggu sampai mereka selesai?" tanyanya.Livia menggerakkan kepalanya ke arah Langit. "Kita hadapi saja. Mungkin sudah saatnya saya ketemu sama mereka.""Kamu yakin?"Livia mengangguk penuh keyakinan. Perutnya kembali ditendang dari dalam, membuatnya meringis kesakitan.Tangisan keras Randu tiba-tiba terdengar. Tangisan yang pernah mengisi hari-hari Livia. Membuat Livia tanpa sadar melangkah ke arah mereka. Dan Langit tidak sempat mencegah.Rajendra memandang ke sumber suara langkah yang menghampirinya. Kedua matanya refleks melebar ketika menyaksikan wanita yang selama ini ia cari ada di dekatnya. Seluruh badannya gemetar. Ia ingin melafalkan nama wanita itu tapi suaranya tercekat."L

DMCA.com Protection Status