Share

Kamu Cemburu?

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 13:08:38

Ketegangan masih melingkupi raut gagah Rajendra. Lelaki itu menyetir dengan kencang, membuat istrinya tidak tahan untuk tidak berkomentar.

"Kenapa kekasihmu? Keguguran? Atau kesurupan?" ujarnya sambil tersenyum asimetris.

Sontak saja Rajendra mengalihkan pandangannya yang sejak tadi tertuju ke jalan raya pada Livia.

"Jaga mulutmu, Liv. Hati-hati kalau bicara," ucapnya marah.

"Apa salah saya? Saya kan cuma bertanya," jawab Livia ringan.

"Kalau itu yang kamu sebut bertanya, sebaiknya kamu pikir-pikir lagi sebelum bicara," ucap Rajendra dengan nada yang dingin. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar tegas, menyiratkan batas yang tidak boleh dilanggar.

Livia tertawa kecil, nada geli dalam suaranya jelas terdengar. "Kamu jadi begitu sensitif. Kenapa? Memangnya ada yang perlu ditakutkan?"

Rajendra mengepalkan tangan di setir, membiarkan beberapa detik berlalu dalam keheningan. Pertanyaan Livia, meski diucapkan dengan nada bercanda membuatnya sakit hati. Tanpa melihat ke arah Livia,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Hahah, suka deh kalo Lihia ngelawan gini. Cih Rajendra, bilang aja cemburu, cuma istri diatas kertas aja di posesifin, mending urus aja Utara sama anak mu 'kalo beneran anak mu sih' wkwkw. Selamat bersenang-senang Livia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Nggak Pantas

    Di depan cermin, Livia dengan hati-hati mengaplikasikan sentuhan akhir pada riasannya, memastikan penampilannya terlihat sempurna namun alami.Wajahnya tampak berseri-seri dengan sedikit rona merah di pipinya dan lipstik yang juga berwarna merah. Di atas meja rias ada beberapa aksesoris hendak ia gunakan. Mungkin ia akan memilih anting kecil berkilau atau gelang tipis untuk melengkapi penampilannya.Kemudian Livia mengambil tas dan memeriksa isinya untuk memastikan ia memiliki semua barang yang ia butuhkan seperti ponsel dan dompet.Sesekali, ia melirik jam di dinding untuk memperkirakan kedatangan penjemputnya. Pandangannya sejenak melayang ke luar jendela, menikmati langit malam yang muncul dari balik kaca.Ia kemudian mengingat tujuan mereka dengan penuh minat. Ia pernah mendengar bahwa restoran itu terkenal dengan suasananya yang hangat dan makanannya yang lezat.Senyum tipis tersungging di wajah Livia saat membayangkan waktu santai yang akan ia habiskan bersama Ryuga malam ini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sinyal Dari Ryuga

    "Maaf agak lama," kata Ryuga begitu bertemu muka dengan Livia."Oh nggak kok, on time banget malah," jawab Livia sambil tersenyum.Penampilan Livia malam itu membuat Ryuga terpukau. Dress berwarna lembut, rambut panjang digerai indah dengan aksen gelombang di bawahnya, plus lipstik berwarna merah seolah melambangkan seorang wanita yang lembut, elegan tapi berani. Livia begitu cantik. Andai saja kakinya tidak pincang perempuan itu akan begitu sempurna."Oh iya, Liv, Rajendra mana? Saya mau minta izin ke dia dulu untuk membawa kamu." Kepala Ryuga celingukan ke arah rumah."Dia ada di dalam, tapi tadi saya udah minta izin kok mau pergi sama kamu.""Berarti nggak apa-apa kalau kita pergi sekarang?"Livia menganggukkan kepalanya dan membatin, sopan sekali lelaki ini. Hanya untuk pergi makan malam saja harus meminta izin pada Rajendra.Ryuga membukakan pintu untuk Livia. Seperti biasa membiarkan perempuan itu masuk dan menutupkan pintu mobil setelahnya.Seperti biasa juga Rajendra mengintip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Seperti Cacing Kepanasan

    Livia dan Ryuga tiba di restoran. Sebuah restoran mewah dengan alunan musik jazz yang diputar pelan. Keduanya duduk di dekat jendela. Dari spot itu mereka bisa melihat pemandangan kota yang indah di kala malam.Ryuga menarikkan kursi untuk Livia sebelum kemudian lelaki itu duduk di seberangnya."Indah sekali ya tempat ini. Saya suka pemandangannya. Ini baru dinner with view," ujar Livia yang disambut senyuman kecil Ryuga.Ryuga menatap Livia dengan senyuman yang lebih dalam, ia memerhatikan cara perempuan itu menikmati pemandangan di luar jendela. "Saya senang kalau kamu suka. Berarti saya nggak salah memilih tempat ini," ucapnya pelan, matanya tetap tertuju pada wajah Livia, bukan pada pemandangan yang ia bicarakan.Livia terus menatap ke luar, berusaha mengabaikan tatapan intens Ryuga padanya."Ryuga, kamu sering makan di sini?" tanyanya memindahkan topik obrolan, juga beralih menatap pria itu."Nggak juga. Kalau boleh jujur ini memang tempat favorit saya. Dan saya ke sini hanya ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Menyusul

    "Shit!" Rajendra mengumpat dengan penuh kekesalan ketika menelepon Livia tapi ternyata istrinya yang cacat itu tidak bisa dihubungi. Dia mematikan teleponnya. Dia sengaja. Pasti."Ndra, mana susunya?" rengek Utary, sang kekasih, dari atas tempat tidur. Perempuan itu leyeh-leyeh di sana. Embusan napas panjang, keluar dari bibir Rajendra. Ditatapnya handphone yang masih berada di tangannya dengan perasaan jengkel yang mengubun-ubun.Ketika melihat ke ranjang, Utary dengan perutnya yang semakin besar membalas tatapan Rajendra dan semakin terlihat tidak sabar. “Ndra, gimana sih? Dari tadi aku minta susu kamu kok diam aja?" ucap perempuan itu jengkel karena tidak ada usaha apa pun yang dilakukan Rajendra. Sejak tadi pria itu sibuk dengan ponselnya.Setiap memandang cantiknya wajah Utary, Rajendra merasakan cinta dan harapan. Namun, setiap kali ingatan tentang Livia memenuhi kepalanya, ia bagai dijebak. Meskipun pengorbanan Livia begitu banyak, namun Rajendra tetap tidak bisa mencintainya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dasar Pengkhianat

    Suasana yang tadinya nyaman mendadak berubah tegang ketika Livia dan Ryuga menemukan Rajendra berdiri di hadapan mereka. Ryuga dengan cepat menarik tangannya dari atas meja, sedangkan Livia tampak sedikit gugup."Ndra ...," pelan suara Livia seolah tidak memiliki kekuatan untuk mengucapkannya.Ryuga tetap bersikap tenang. Ia berdiri guna menghargai Rajendra. Tapi ekspresi Rajendra tidak berubah. Tatapannya sedingin salju namun ada api amarah di balik matanya yang berusaha lelaki itu sembunyikan. "Jadi ini makan malam yang dimaksud?" suara Rajendra semakin dingin menyamai tatapannya.Livia mencoba menjelaskan dengan tetap tenang. Sekuat mungkin mencoba agar tidak gugup karena gugup sama artinya dengan bersalah. "Kami memang makan malam dan ngobrol biasa, Ndra.""Ngobrol biasa?" Rajendra menggulir matanya menatap Livia dan Ryuga bergantian. Rajendra tidak puas oleh jawaban itu. Baginya hal yang ia lihat tadi lebih dari sekadar makan malam dan ngobrol biasa. Apalagi dalam situasi yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hukuman Untuk Livia

    Setibanya mereka di rumah, ternyata Utary sudah tertidur. Hal itu membuat beban Rajendra jadi berkurang. Lelaki itu mengembuskan napas lega. Ia masuk ke kamarnya dan menemukan Livia sedang mengganti pakaian.Rajendra menahan tangan Livia yang akan memasang pakaian ganti lalu mendorong istrinya itu ke tempat tidur hingga perempuan itu telentang di sana.Tidak membuang kesempatan Rajendra lekas melampiaskan amarahnya. Tangannya bergerak merangkum pipi Livia."Lepasin saya!" seru Livia tidak ingin disentuh."Oh, jadi aku tidak boleh menyentuhmu. Jadi hanya lelaki itu yang boleh?" Mendadak Rajendra menjadi emosi, terlebih ketika teringat bagaimana Ryuga memegang tangan Livia tadi dan perempuan itu tampak senang-senang saja. Tidak ada penolakan darinya.Rajendra menindih tubuh Livia. Tatapannya begitu dipenuhi amarah."Apa kamu tahu? Kamu itu wanita yang sudah menikah. Kamu istriku, Livia. Nggak sepantasnya kamu berbuat seperti tadi.""Lepasin saya, Ndra. Sakit!" Livia terus berontak. Raj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Merasakan Kebahagiaannya

    Livia terbangun di sofanya yang dingin dengan keadaan kepala sedikit berat. Hal pertama yang ia lihat adalah tempat tidur yang kosong. Agaknya suaminya benar-benar tidur di kamar kekasihnya kemarin malam.Dengan perasaan hampa, Livia mendekap selimutnya, mencoba mencari kehangatan yang entah mengapa tidak pernah ia temukan di rumah ini.Ditariknya napas panjang, berusaha menenangkan hatinya yang terasa semakin perih. Pikirannya masih berkecamuk memikirkan bagaimana ia sampai dalam situasi seperti ini, menikah dengan pria yang tidak mencintainya dan bahkan terang-terangan membiarkan kekasihnya tinggal di rumah mereka. Melangkah gontai, Livia menuju dapur. Tangannya mulai sibuk menyiapkan sarapan, mencuci sayuran dan menyalakan kompor, seolah semua aktivitas itu bisa mengusir rasa dingin yang mengisi setiap sudut di hatinya. Namun, ada momen-momen kecil di tengah kesibukannya, ketika ia mendapati dirinya termenung, menatap hampa ke arah panci yang mendidih, merasakan kenyataan pernikah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pergi Bertiga

    Livia berjalan menuju kamar mandi, merasakan air hangat mengalir membelai kulitnya. Saat mengusap sabun ke tubuhnya, pikirannya tidak bisa lepas dari suasana di ruang makan tadi. Senyuman Utary yang cerah, wajah bahagia Rajendra saat mengelus perut kekasihnya, semua itu menghujam hatinya lebih dalam."Kenapa harus aku yang mengalami semua ini?" desahnya pelan, suaranya teredam oleh suara air yang mengalir.Setelah selesai mandi, Livia menatap refleksinya di cermin. Rambutnya basah tergerai, wajahnya tampak lelah. Ia tidak mengenali dirinya sendiri yang terjebak dalam pernikahan yang penuh kepalsuan.Dengan enggan, ia mengenakan pakaian terbaik yang bisa ia temukan. Ketika melihat bayangannya, dia berharap bisa menemukan sosok kuat yang pernah ada dalam dirinya. Setelah beberapa saat, ia berhasil menarik napas dalam-dalam dan melangkah keluar dari kamar mandi.Di ruang tamu, suasana tetap ceria. Livia menahan diri untuk tidak memperhatikan betapa mesranya Rajendra dan Utary, berusaha m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melahirkan Bersamanya

    Napas Livia tertahan. Dadanya langsung sesak begitu melihat sosok yang telah ia coba lupakan berdiri tidak jauh dari tempatnya.Rajendra terlihat berbeda. Sosoknya lebih kurus dan wajahnya tampak lelah.Langit yang memerhatikan ekspresi Livia memegang tangannya dengan erat. "Kita pergi ke arah lain atau tunggu sampai mereka selesai?" tanyanya.Livia menggerakkan kepalanya ke arah Langit. "Kita hadapi saja. Mungkin sudah saatnya saya ketemu sama mereka.""Kamu yakin?"Livia mengangguk penuh keyakinan. Perutnya kembali ditendang dari dalam, membuatnya meringis kesakitan.Tangisan keras Randu tiba-tiba terdengar. Tangisan yang pernah mengisi hari-hari Livia. Membuat Livia tanpa sadar melangkah ke arah mereka. Dan Langit tidak sempat mencegah.Rajendra memandang ke sumber suara langkah yang menghampirinya. Kedua matanya refleks melebar ketika menyaksikan wanita yang selama ini ia cari ada di dekatnya. Seluruh badannya gemetar. Ia ingin melafalkan nama wanita itu tapi suaranya tercekat."L

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melihatmu Dari Jauh

    Pertanyaan ibu tirinya tentang sang istri seolah melempar pukulan tidak kasat mata pada Rajendra.Livia. Nama itu membuat dadanya sesak. Ia menunduk, menghindari tatapan Lola padanya. Sedangkan Erwin yang masih berdiri dengan tangan berkacak pinggang mendengkus keras."Liv ... Livia--" Rajendra membuka mulut tetapi kata-katanya terhenti begitu saja."Kenapa, Ndra? Livia baik-baik aja kan?" Lola bertanya lagi dengan penuh rasa ingin tahu."Livia nggak di rumah, Tante," jawab Rajendra pada akhirnya dengan suara seperti bisikan.Lola terlihat kaget. "Maksud kamu apa? Livia ke mana? Kenapa nggak ada di rumah?"Rajendra telan salivanya. Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Livia ... pergi, Tante. Waktu itu aku salah paham tentang dia. Dan akhirnya dia pergi dari rumah."Erwin yang mendengarkan keterangan Rajendra spontan menggebrak meja di hadapannya. "Apaan lu, Ndra? Cewek yang benar malah lu usir, yang nipu malah lu sayang-sayang. Otak lu ditaruh di mana, hah? Atau jangan-

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lu Orang Memang Bego

    Akhirnya malam itu Rajendra membawa Randu kembali bersamanya. Sepanjang malam ia hampir tidak bisa tidur memikirkan keputusan besar yang yang telah diputuskannya.Membiarkan Randu tetap bersamanya sama artinya dengan berkomitmen ia akan mengurus, menjaga dan merawat anak itu. Ia akan menjadi bapak dari anak itu.Keesokan harinya Rajendra terbangun dengan kepala berat, sebab ia hanya tidur beberapa jam saja. Randu sudah terbangun lebih dulu. Anak itu mengoceh sendirian sambil mencolek-colek tangan Rajendra."Hai, kamu mau bangunin Papa ya?"Randu terus mengoceh tanpa tahu kekalutan hati Rajendra."Papa harus kerja hari ini. Di rumah ini nggak ada siapa-siapa. Papa juga belum sempat nyari pengasuh buat kamu. Dan kamu nggak mungkin Papa tinggalin sendiri di rumah."Rajendra menghela napas panjang memikirkan segala keruwetan itu. Ia tidak mungkin membawa Randu ke kantor. Para pegawainya pasti heboh. Ia juga tidak yakin mendapatkan pengasuh secepat ia mendapatkan Asih dulu."Coba kalau ada

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ketika Hati Nurani Berbicara

    "Persetan dengan semuanya. Anak ini bukan anak gue. Gue nggak ada sangkut pautnya sama dia. Dia cuma bakal jadi beban buat gue. Masalah gue udah banyak, gue nggak mau nambah lagi." Itulah kesimpulan Rajendra setelah mempertimbangkan apakah akan meletakkan Randu ke panti asuhan.Randu membelokkan mobilnya ke apartemen. Ia akan mengambil perlengkapan Randu di sana seperti pakaian, selimut dan susu. "Shit!" makinya ketika sepatunya menginjak pecahan kaca besar yang hampir membuatnya tersandung.Sejak ngamuk waktu itu Rajendra membiarkan apartemennya porak poranda. Nggak ada gunanya juga dibersihkan.Ia menendang pecahan kaca di lantai dengan jengkel, yang membuat bunyi berderak, memecah keheningan apartemen. Tempat yang kacau balau tersebut lebih mirip dengan area perperangan ketimbang sebagai kediaman. Serpihan-serpihan kaca, potongan-potongan foto, dan barang yang berserakan di mana-mana menjadi reminder kemarahannya beberapa hari yang lalu.Rajendra membawa langkahnya menuju kamar u

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rajendra Yang Hampir Gila

    Sudah tiga hari pasca operasi Randu dirawat di rumah sakit. Hari ini anak itu sudah boleh dibawa pulang. Tapi Rajendra masih bingung. Ia tidak tahu akan membawa Randu ke mana. Sebenarnya Rajendra bisa saja meninggalkan Randu di rumah sakit, tapi pasti pihak rumah sakit akan mencarinya karena data-data Rajendra sebagai orang tua Randu tercantum di sana.Rajendra memandang Randu yang terbaring di ranjang rumah sakit. Anak itu begitu kecil dan rapuh. Kalau ingin mengikuti keegoisan hatinya Rajendra bisa saja membuangnya di jalan."Mau gue bawa ke mana anak ini?" Rajendra bergumam dalam kebingungan. Ia sudah mencoba mencari Utary dengan menghubungi teman-teman perempuan itu. Namun tidak satu pun yang mengetahui keberadaan Utary. Atau mungkin mereka berbohong? Entahlah."Pak Rajendra," suara pelan seorang perawat mengeluarkan Rajendra dari lamunannya.Rajendra menoleh."Apa sudah ada yang akan menjemput atau mengantar Bapak dan Randu pulang ke rumah?"Rajendra termangu dalam keterdiaman.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Terjadi Berikutnya

    Rajendra sampai di rumah sakit dengan pikiran kusut. Ia memarkir mobilnya sembarangan tanpa peduli apakah posisinya sudah benar atau tidak.Ia melangkah cepat menuju ruang tunggu operasi. Rasa marah, sedih, kecewa dan dikhianati berbaur dalam dadanya.Ketika melihat Rajendra muncul, Utary langsung berdiri. Wajah perempuan itu begitu kesal."Ke mana aja sih? Lama banget dari tadi. Randu sudah selesai operasinya!" ketus Utary dengan keras.Rajendra tidak memedulikan pertanyaan itu. Matanya menatap Utary dengan dingin. Mungkin ini adalah untuk pertama kalinya mata yang biasa penuh perhatian itu menyorot penuh kebencian."Kita perlu bicara, Tar," ucap Rajendra dengan nada rendah tapi tajam.Dahi Utary mengernyit. "Mau bicara apa? Randu butuh kita sekarang.""Justru karena Randu kita harus bicara sekarang." Rajendra menarik langkahnya mendekati Utary yang membuat perempuan itu mundur selangkah. "Lo pikir gue nggak tahu apa yang lo sembunyiin selama ini?""Maksud kamu apa sih, Ndra? Aku ngg

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hasil Tes DNA

    Kecurigaan yang terus mengganggu pikirannya mendorong lelaki itu untuk mengambil langkah sulit. Ia tahu hal ini akan merusak hubungan antara dirinya dan Utary. Tapi Rajendra tidak memiliki jalan lain. Jika Utary tidak dapat memberinya kebenaran, maka Rajendra akan menemukannya sendiri.Setelah memastikan Randu tertidur pulas dan Utary sedang berada di luar, Rajendra memiliki kesempatan untuk mengumpulkan sampel DNA. Rajendra mengusap bagian dalam pipi Randu untuk mengambil salivanya menggunakan kapas swab yang sebelumnya ia dapatkan dari laboratorium. "Maafin Papa, Sayang," gumamnya pelan.Rajendra memasukkan swab tersebut dengan hati-hati ke dalam wadah steril. Tak lupa ia juga mengambil beberapa helai rambut Randu sebagai sampel alternatif.Setelahnya ia mengatakan pada Utary akan ke apartemen untuk mengambil baju ganti.Rajendra menyetir menuju laboratorium swasta yang menerima tes DNA dengan cepat dan kerahasiaannya terjaga. Petugas laboratorium mengatakan hasilnya akan keluar se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Keluar dari ruangan dokter, Rajendra terus memikirkan penjelasan yang tadi didengarnya. Walaupun merasa lega lantaran kondisi Randu bisa diatasi namun hatinya tetap dihantui pertanyaan mengenai asal penyakit tersebut.Diliriknya Utary yang berjalan di sebelahnya dengan ekspresi kesal. Rajendra tidak tahu entah kenapa Utary tidak suka dengan keputusan untuk menjalani pemeriksaan. "Kenapa kamu menolak buat diperiksa?" Rajendra bertanya di sela-sela langkah mereka.Utary menghentikan langkahnya dan menatap Rajendra tidak suka. "Aku cuma nggak mau masalah ini jadi besar, Ndra. Apa nggak cukup kita tahu kalau Randu bisa sembuh?""Bukan itu masalahnya, Tar. Kalau memang penyakit ini penyakit genetik, kita harus tahu sumbernya supaya Randu nggak mengalami hal buruk ke depannya.""Kenapa sih kamu bikin rumit semuanya? Kamu cuma mau nyari alasan buat nyalahin aku kan?" Utary menyedekapkan tangannya."Aku nggak mau menyalahkan siapa pun. Aku cuma mau yang terbaik buat Randu," ujar Rajendra men

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Penyakit Yang Diderita Randu

    'Ya Tuhan, ngomong apa gue barusan? Ngapain juga gue minta tes DNA. Randu itu anak gue. Astaga, Randu, maafin Papa, Nak.' Rajendra berteriak di dalam hatinya sambil berdiri di koridor rumah sakit.Rajendra tidak tahu apa yang tadi menguasai pikirannya sehingga ia bisa mengatakan hal itu pada dokter. Mungkin lantaran tadi kepalanya begitu digerogoti oleh banyak pikiran sehingga ia bicara sembarangan.Bagaimana mungkin ia meragukan Randu sebagai anaknya di saat dia sedang sakit?Tanpa membuang waktu Rajendra segera mencari dokter tadi. Beruntung ia menemukannya."Dokter!"Pria bersnelli putih berambut cepak menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang."Maaf, saya mengganggu, Dok. Tes DNA-nya nggak usah. Dibatalkan saja, Dok. Tadi saya hanya terlalu panik.""Baik, Pak." Dokter menjawab dengan singkat lalu pergi.Rajendra menghela napasnya kemudian kembali ke tempat perawatan Randu. Utary masih di sana, menemani anak mereka. Begitu melihat Rajendra, Utary memasang tampang masam

DMCA.com Protection Status