Share

Dasar Pengkhianat

last update Last Updated: 2024-11-01 14:01:04

Suasana yang tadinya nyaman mendadak berubah tegang ketika Livia dan Ryuga menemukan Rajendra berdiri di hadapan mereka. Ryuga dengan cepat menarik tangannya dari atas meja, sedangkan Livia tampak sedikit gugup.

"Ndra ...," pelan suara Livia seolah tidak memiliki kekuatan untuk mengucapkannya.

Ryuga tetap bersikap tenang. Ia berdiri guna menghargai Rajendra. Tapi ekspresi Rajendra tidak berubah. Tatapannya sedingin salju namun ada api amarah di balik matanya yang berusaha lelaki itu sembunyikan.

"Jadi ini makan malam yang dimaksud?" suara Rajendra semakin dingin menyamai tatapannya.

Livia mencoba menjelaskan dengan tetap tenang. Sekuat mungkin mencoba agar tidak gugup karena gugup sama artinya dengan bersalah. "Kami memang makan malam dan ngobrol biasa, Ndra."

"Ngobrol biasa?" Rajendra menggulir matanya menatap Livia dan Ryuga bergantian. Rajendra tidak puas oleh jawaban itu. Baginya hal yang ia lihat tadi lebih dari sekadar makan malam dan ngobrol biasa. Apalagi dalam situasi yang m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mba Tun
itu Livia dibuat tegas ya, biar harga dirinya tidak diinjak2 terus oleh Rajendra. nanti kalau cerai biar nyahok dia bahwa Livia kah yg terbaik.
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Rajendra, maling kok teriak maling. Kalo cemburu ngaku aja lagi. Gak sabar kalo Rajendra tahu dia dibohongi sama Utara, bakal diapain ya si kekasih tercintanya itu
goodnovel comment avatar
Casyta Tanod
Dih Rajendra, penghianat teriak penghianat ... ... wkwkwk Lamanya Tari melahirkan, mau di tes DNA
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hukuman Untuk Livia

    Setibanya mereka di rumah, ternyata Utary sudah tertidur. Hal itu membuat beban Rajendra jadi berkurang. Lelaki itu mengembuskan napas lega. Ia masuk ke kamarnya dan menemukan Livia sedang mengganti pakaian.Rajendra menahan tangan Livia yang akan memasang pakaian ganti lalu mendorong istrinya itu ke tempat tidur hingga perempuan itu telentang di sana.Tidak membuang kesempatan Rajendra lekas melampiaskan amarahnya. Tangannya bergerak merangkum pipi Livia."Lepasin saya!" seru Livia tidak ingin disentuh."Oh, jadi aku tidak boleh menyentuhmu. Jadi hanya lelaki itu yang boleh?" Mendadak Rajendra menjadi emosi, terlebih ketika teringat bagaimana Ryuga memegang tangan Livia tadi dan perempuan itu tampak senang-senang saja. Tidak ada penolakan darinya.Rajendra menindih tubuh Livia. Tatapannya begitu dipenuhi amarah."Apa kamu tahu? Kamu itu wanita yang sudah menikah. Kamu istriku, Livia. Nggak sepantasnya kamu berbuat seperti tadi.""Lepasin saya, Ndra. Sakit!" Livia terus berontak. Raj

    Last Updated : 2024-11-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Merasakan Kebahagiaannya

    Livia terbangun di sofanya yang dingin dengan keadaan kepala sedikit berat. Hal pertama yang ia lihat adalah tempat tidur yang kosong. Agaknya suaminya benar-benar tidur di kamar kekasihnya kemarin malam.Dengan perasaan hampa, Livia mendekap selimutnya, mencoba mencari kehangatan yang entah mengapa tidak pernah ia temukan di rumah ini.Ditariknya napas panjang, berusaha menenangkan hatinya yang terasa semakin perih. Pikirannya masih berkecamuk memikirkan bagaimana ia sampai dalam situasi seperti ini, menikah dengan pria yang tidak mencintainya dan bahkan terang-terangan membiarkan kekasihnya tinggal di rumah mereka. Melangkah gontai, Livia menuju dapur. Tangannya mulai sibuk menyiapkan sarapan, mencuci sayuran dan menyalakan kompor, seolah semua aktivitas itu bisa mengusir rasa dingin yang mengisi setiap sudut di hatinya. Namun, ada momen-momen kecil di tengah kesibukannya, ketika ia mendapati dirinya termenung, menatap hampa ke arah panci yang mendidih, merasakan kenyataan pernikah

    Last Updated : 2024-11-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pergi Bertiga

    Livia berjalan menuju kamar mandi, merasakan air hangat mengalir membelai kulitnya. Saat mengusap sabun ke tubuhnya, pikirannya tidak bisa lepas dari suasana di ruang makan tadi. Senyuman Utary yang cerah, wajah bahagia Rajendra saat mengelus perut kekasihnya, semua itu menghujam hatinya lebih dalam."Kenapa harus aku yang mengalami semua ini?" desahnya pelan, suaranya teredam oleh suara air yang mengalir.Setelah selesai mandi, Livia menatap refleksinya di cermin. Rambutnya basah tergerai, wajahnya tampak lelah. Ia tidak mengenali dirinya sendiri yang terjebak dalam pernikahan yang penuh kepalsuan.Dengan enggan, ia mengenakan pakaian terbaik yang bisa ia temukan. Ketika melihat bayangannya, dia berharap bisa menemukan sosok kuat yang pernah ada dalam dirinya. Setelah beberapa saat, ia berhasil menarik napas dalam-dalam dan melangkah keluar dari kamar mandi.Di ruang tamu, suasana tetap ceria. Livia menahan diri untuk tidak memperhatikan betapa mesranya Rajendra dan Utary, berusaha m

    Last Updated : 2024-11-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kekuatan Dari Langit

    Livia termenung lama sambil menunggu nama Utary dipanggil. Ia tidak mengerti pada dirinya sendiri. Kadang Livia merasa kuat untuk melawan Rajendra, namun di saat yang lain ia merasa begitu lemah sehingga menurut dan patuh pada apa pun kata-kata dan perintah lelaki itu.Lama menunggu, ponsel Livia berbunyi. Wajahnya yang tadi muram berubah ceria mengetahui nama langit tertera di layar. Senyum kecil terbit di bibirnya seolah Langit bisa membebaskannya dari segala masalah yang menghimpit Livia.Tanpa membiarkan dering berikutnya berbunyi Livia langsung menjawab panggilan telepon dari Langit."Halo, Langit." Livia menyapa dengan lembut."Hai, Liv, lagi di mana?""Saya di rumah sakit.""Siapa yang sakit? Kamu?" Tiba-tiba suara langit begitu penuh dengan kekhawatiran."Bukan. Tadi saya menemani Utary cek kandungan dan sekarang lagi nunggu obat di apotik.""Kenapa kamu ikut dengan mereka? Rajendra ada di sana?""Rajendra dan Utary sudah pergi. Saya yang diminta untuk mengambil obat karena Ut

    Last Updated : 2024-11-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kalau Hatimu Jatuh, Otakmu Nggak Usah Ikutan Jatuh

    Dua puluh menit kemudian Livia melihat Langit sedang melangkah ke arahnya. Pria itu mengenakan kaos oblong putih dan celana jeans. Ada rasa kasihan di matanya melihat Livia duduk bersama orang-orang lain yang juga sedang menanti antrian di apotik."Liv," sapa Langit yang berdiri di depan Livia. Kursi tunggu sudah pada penuh sehingga Langit tidak bisa duduk.Livia tersenyum. "Kenapa ke sini?" tanyanya."Buat meyakinkan diriku sendiri kalau kamu baik-baik saja," jawab Langit. Keresahan di hatinya tidak kunjung hilang. "Masih lama?""40 antrian lagi," jawab Livia sambil menunjukkan nomor antriannya.Langit mengerutkan dahinya melihat giliran Utary yang masih jauh. Sumpah, ia benar-benar kesal pada Rajendra."Ya udah sih, Liv, tinggalin dulu, nanti kita ke sini lagi," kata Langit mencetuskan ide. Lebih baik mereka pergi ke tempat lain untuk menyegarkan pikiran daripada ikut berkerumun di tempat sesak ini.Livia mengangguk setuju. Ia berdiri kemudian melangkah terpincang di sebelah Langit

    Last Updated : 2024-11-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bucin Akut

    Setiba di dalam mobil Livia dan Langit kembali melanjutkan percakapan. "Makasih atas nasihatnya, Lang. Saya sangat menghargai kamu," ucap Livia. "Saya akui semua yang kamu katakan itu benar, tapi entah mengapa saya masih berharap akan ada sedikit cinta dari Rajendra untuk saya.""Nggak ada yang salah dari sebuah harapan, Liv," jawab Langit sembari menyalakan mesin mobil. Kemudian lelaki itu menyambung perkataannya. "Tapi berharap dari sebuah ketidakpastian pasti sangat menyakitkan. Kamu berhak atas seseorang yang mencintai kamu, bukan hanya orang yang sekadar ada di dekat kamu.""Sayangnya nggak semua orang bisa memilih jatuh cinta pada siapa, Lang," timpal Livia mempertahankan pendapatnya."Itulah gunanya akal. Agar kita bisa berpikir dan memilih jatuh cinta pada siapa. Cinta seharusnya membuat kita bahagia bukannya menderita."Keduanya terus saja berdebat. Livia terus mempertahankan pendapatnya sedangkan Langit tak henti mengemukakan argumennya untuk mematahkan Livia."Tapi ya suda

    Last Updated : 2024-11-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tamparan Untuk Rajendra

    Ketegangan antara Rajendra dan Langit terlihat dengan jelas.Rajendra tidak menyukai kehadiran Langit, apalagi Langit terlihat terlalu dekat dengan istrinya."Gue cuma nganterin Livia," ucap Langit santai, matanya tidak lepas dari ekspresi Rajendra.Rajendra mendengkus dengan sorot dingin. “Nggak perlu pake diantar. Ada yang namanya taksi."Langit hanya tersenyum, tidak ingin memperpanjang perdebatan dengan Rajendra. "Karena lo sepupu gue jadi Livia otomatis sepupu gue juga, Ndra.Nggak ada salahnya kalau gue peduli kan? Lagian gue kasihan ngeliat dia lo perlakukan kayak gitu."''Peduli?'' Rajendra mengikis jarak. Suaranya terdengar berbisik. "Gue cuma mau memastikan kepedulian lo itu nggak melampaui batas." Langit tertawa kecil dan tampak tidak terpengaruh oleh peringatan Rajendra. "Tenang, Ndra. Nggak semua orang jahat seperti yang ada di pikiran lo itu."Rajendra menggeram kesal, menahan amarah yang memuncak di dadanya. "Kalau udah nggak ada urusan lagi mending lo pergi sekarang,"

    Last Updated : 2024-11-04
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pergi Dari Rumah

    Pukulan itu meninggalkan bekas di pipi Rajendra dan membuat wajahnya tertoleh ke samping. Ia terkejut, tidak pernah menduga Livia berani melakukan hal seperti itu.Suasana terasa mencekam dan keduanya terdiam beberapa saat.Wajah Livia memerah bukan hanya karena marah tapi juga karena kesedihan yang mendalam. "Jangan pernah menghina saya seperti itu lagi, Ndra," suara Livia bergetar. Matanya dipenuhi amarah dan rasa sakit. “Kamu nggak berhak bicara seperti itu pada saya. Saya tahan dengan kelakuanmu dan masih bertahan di sini karena berusaha menjadi istri yang baik."Rajendra menyentuh pipinya yang memerah dan terasa perih. Sepasang matanya masih menatap Livia dengan campuran amarah dan keterkejutan. “Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan? Kamu selalu mencari perhatian orang lain dengan kecacatanmu itu."Livia mendengkus lalu menatap suaminya dengan mata terluka. “Kamu terlalu picik untuk mengerti. Saya bekerja dan berinteraksi dengan orang lain adalah satu-satunya cara aga

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status