Share

Kamu Atau Aku?

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 19:25:34

Pagi itu Livia bertemu dengan Rajendra. Rajendra mengantar anak-anak ke sekolah sedangkan Livia datang ke daycare untuk mengatakan bahwa mulai hari ini Gadis tidak dititip lagi ke sana karena sudah ada omanya.

"Nanti pulangnya dijemput Papa lagi kan?" tanya Adis yang digandeng Rajendra di tangan kanan sedangkan tangan kiri Rajendra menggandeng Lunetta. Di sebelahnya ada Randu.

"Hmm ... kalo misalnya kali ini Papa nggak bisa jemput Adis, gimana?" Rajendra membuat pengandaian.

"Papa sibuk kerja ya, Pa?"

"Lumayan, Sayang. Papa sibuk banget. Papa lagi banyak kerjaan."

"Berarti Adis di daycare sampai sore?" Gadis menengadah dan terlihat sedikit kecewa.

"Nggak juga, Sayang. Nanti Adis, Kak Lunetta dan Bang Randu dijemput sama Om Geri ya?"

Dahi Gadis berkerut. Ini adalah untuk pertama kalinya ia mendengar nama itu. Siapa dia? pikirnya.

"Om Geri tuh siapa, Pa?"

"Om Geri supir Papa. Orangnya baik dan nggak galak. Adis nggak usah takut pokoknya."

"Lebih baik mana dari Om Jav?" Gadis mendongak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
kasihan sm rajendra sbnarnya di sini rajendralah yg kena siksa authornya krn ssah pyah ngjar luvia eh mlah ketemu mantan jalang.. masa mantan gak prnah baik di stiap crta novel.selalu aja mantan bkin masalah
goodnovel comment avatar
Alamirul Hadi
mana lanjutannya
goodnovel comment avatar
Ekarini
kalo livia kembali ke Rajendra, apa adis akan bahagia krn luneta iri denganya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kecuali Itu Kamu

    Rajendra merasa dunia seakan berhenti sejenak. Kata-kata Livia menggema terasa begitu keras di telinganya. Tangan Rajendra yang mencengkeram setir kini terasa kaku dan tidak bisa mengendalikan mobil.Rajendra tahu. Sudah saatnya Livia melepaskan diri darinya.Livia masih muda dan cantik. Ia tidak mungkin hidup sendiri selamanya. Dan untuk melangkah maju tentu saja terlebih dahulu ia harus melepaskan diri dari Rajendra."Aku nggak tahu harus jawab apa, Liv," ucap Rajendra pada akhirnya. Suaranya terdengar penuh beban. "Aku nggak bisa bayangin kalau kamu benar-benar menikah dengan Javier."Livia terdiam dan merenungkan perasaannya. Di satu sisi ada cinta yang masih tersisa, sedangkan di sisi lain ada luka yang belum sembuh sepenuhnya. Ia takut akan terluka lagi."Aku butuh kepastian, Ndra. Lebih tepatnya kita berdua butuh kepastian agar kita bisa sama-sama melangkah ke depan. Kalau aku yang menggugat, apa kamu siap menerima semuanya?""Kamu yakin ini yang terbaik untuk kita?" Rajendra m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rumit

    Javier baru saja memarkirkan mobilnya ketika matanya menangkap Livia yang keluar dari kendaraan yang bukan miliknya. Javier tahu itu mobil milik Rajendra. Rajendra bahkan memayungi Livia sampai lobi kantor, seolah mereka masih pasangan suami istri yang harmonis. Rahangnya refleks mengeras. Javier tahu masih ada urusan yang harus diselesaikan di antara mereka berdua. Namun melihat keduanya bersama seperti ini tetap membuat dadanya panas.Javier turun dari mobilnya lalu terburu-buru mengejar Livia."Livia!"Livia menoleh dan tersenyum. Ia juga bisa menangkap ketidaksenangan Javier. "Hei, Jav."Javier berhenti di depan Livia lalu melirik pada Rajendra yang berdiri beberapa langkah dari mereka. "Dia yang mengantar kamu?" tanyanya meskipun jawabannya sudah jelas."Ya. Tadi aku hujan-hujanan nunggu taksi dan kebetulan ada Rajendra.""Aku bisa jemput kamu kalau kamu bilang dari awal.""Aku buru-buru, Jav. Lagian nggak enak kalau anak-anak kantor ngeliat kita terlalu sering bersama."Javier

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gadis Yang Pintar

    "Lho, Ndra? Katanya mau pulang malam," kata Lola saat melihat Rajendra muncul di rumah pukul enam sore."Aku mau mengantar Gadis pulang dulu, Tante.""Emangnya Livia udah pulang dari kantor?""Barusan aku chat katanya udah."Lola senyum-senyum sendiri mendengar jawaban Rajendra."Kok senyum, Tante?""Nggak. Tante cuma lagi senang melihat hubungan kamu dan Livia makin membaik. Kalau boleh Tante kasih saran kenapa kalian nggak kembali bersama, Ndra?"Rajendra yang sedang menyingsingkan kemejanya hanya bisa tersenyum kecut. Ia tahu pertanyaan itu akan muncul cepat atau lambat."Tante masih berharap aku dan Livia kembali bersama?" "Tentu saja." Lola menjawab tanpa ragu. "Tante yakin perasaan kalian berdua masih ada. Kenapa harus terus membantah?"Rajendra menghela napas lalu menatap Lola dengan pandangan lelah. "Tante, hubunganku dengan Livia nggak sesederhana itu. Sudah terlalu banyak hal yang terjadi. Aku dan Livia juga sudah sepakat untuk bercerai."Lola mengerutkan dahinya. "Apa, Nda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Denial

    Livia hanya bisa mengembuskan napas menyaksikan Gadis yang menarik-narik tangan Rajendra dengan penuh semangat. Anak itu betul-betul cerdik. Seakan tahu bagaimana caranya membuat Rajendra tinggal lebih lama."Adis, Papa lagi sibuk, Sayang. Papa nggak bisa lama-lama di sini." Livia mengingatkan."Sebentar aja, Nda. Papa belum makan. Papa pasti lapar," pinta Gadis dengan ekspresi begitu penuh harap, membuat Livia juga tidak tega untuk mengecewakannya.Rajendra mengesah pelan kemudian menatap Livia yang tampak ragu-ragu. "Liv, kalau diizinkan aku mau makan di sini."Livia mengangguk lantaran tidak bisa lagi mengelak. "Aku buatkan sebentar."Gadis bersorak kecil dan melompat kegirangan. "Asyiiik! Papa makan di rumah."Livia melangkah ke dapur lalu berkutat di sana. Sedangkan Rajendra duduk di ruang tamu. Matanya berkeliling, membayangkan sebentar lagi ia tidak akan bisa lagi seleluasa ini jika Livia sudah menikah dengan Javier.Gadis berlari ke kamar sebentar. Entah mencari apa. Meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Terungkapnya Rahasia Javier

    Livia hanya bisa menatap putrinya dengan perasaan tidak menentu. Ia tahu ini akan sangat sulit. Tapi ia tidak menyangka kalau reaksi Gadis akan sekeras ini.Hatinya terasa pedih melihat sikap Gadis yang begitu defensif seolah Javier adalah ancaman baginya."Sayang...," bisiknya lembut. "Om Jav nggak jahat. Om Jav itu baik.""Tapi dia mau misahin Adis sama Papa," tangis Gadis dari balik bantal. "Kalau ada Om Jav pasti Papa nggak dibolehin lagi ke sini."Livia mengembuskan napasnya. Tidak ada lagi yang bisa ia katakan untuk mengubah pikiran Gadis.Setelah hening yang panjang, Gadis muncul dari balik bantalnya dan berkata, "Bunda masih sayang sama Papa kan?"Livia menegang.Ia bisa saja mengatakan 'tidak' untuk menutup pembicaraan ini. Tapi Gadis terlalu pintar untuk dibohongi.Livia menarik napas lalu tersenyum. "Bunda sayang sama Papa karena Papa adalah ayahnya Adis. Tapi--""Tapi Bunda mau menikah dengan Om Jav," potong Gadis cepat. Livia terdiam."Bunda sayang nggak sama Adis?""Ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pemberontakan Yang Tidak Main-Main

    Javier begitu sulit menyembunyikan kekecewaannya melihat Gadis lebih memilih ikut dengan Rajendra ketimbang dengan dirinya.Livia yang menyadari ekspresi Javier segera meredakan situasi. "Maaf ya, Jav. Gadis memang lebih nyaman sama papanya. Kamu jangan tersinggung.""Aku nggak tersinggung. Hanya saja kalau Adis selalu bersama Rajendra dia akan semakin berat untuk menerimaku sebagai ayahnya.""Iya, Jav, tapi aku juga nggak bisa memisahkan mereka.""Paling nggak, nggak usah setiap hari. Gimana aku mau masuk kalau ada yang menghalangi jalanku," ucap Javier kesal. Livia terdiam. Ia mengerti perasaan Javier. Tapi Gadis bukanlah anak yang bisa dipaksa."Kamu ingat nggak, Liv? Dulu sebelum ada Rajendra dalam hidupnya Gadis sangat dekat denganku. Tapi coba lihat sekarang.""Aku tahu, Jav. Tapi kalau misalnya Gadis berubah terhadap kamu itu bukanlah hal yang terjadi tanpa alasan. Apalagi dia terlihat takut sama kamu. Apa benar yang kamu katakan tadi soal Rina? Atau kamu sengaja memarahinya?

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Janji

    Livia berdiri membatu menatap permukaan kolam air yang beriak setelah cincin tersebut tenggelam ke dasar. Hatinya bergejolak. Antara kaget, bingung dan marah."Gadis!" serunya sambil melangkah cepat ke arah putrinya. "Kenapa kamu buang cincin Bunda?"Gadis menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut. "Karena Adis nggak mau Bunda pakai cincin dari Om Jav."Livia menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. Ia jongkok di depan Gadis, menatap mata anaknya yang mulai berkaca-kaca. "Tapi bukan begitu caranya, Sayang. Kalau Adis nggak suka sesuatu, bilang ke Bunda. Jangan langsung dibuang begitu."Gadis menatap Livia. Air matanya menggantung di pelupuk mata. "Adis nggak suka cincin itu. Bunda nggak boleh sama Om Jav."Livia terdiam dan menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar kekesalan anak kecil. Tapi Gadis menolak keberadaan Javier dalam hidup mereka."Ayo sini yuk, kita bicara." Livia menggandeng Gadis ke kamar. Anak itu menurut tanpa banyak cerita.Mereka masuk ke kamar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hinaan Menyakitkan

    "Gadis kayak benci banget sama aku sekarang. Siapa yang memengaruhi dia?" Itu hal pertama yang Javier katakan ketika Livia kembali lalu duduk di sofa ruang tamu.Livia menarik napasnya sebelum menjawab, "Nggak ada yang memengaruhi dia, Jav. Tapi dia nggak nyaman sama kamu.""Dia nggak nyaman sama aku pasti ada penyebabnya kan? Bahkan nerima biskuit dari aku dia juga udah nggak mau. Padahal ini kesukaan dia banget." Javier yang emosi membanting tiga bungkus biskuit itu ke meja sehingga sebagian isinya remuk.Livia sampai terkejut melihat ulahnya. Mana Javier yang dulu lembut dan tidak pernah marah-marah padanya? Mana Javier yang dulu sangat menghargainya?"Rajendra sama sekali nggak memengaruhi Gadis kalau itu yang ada di pikiran kamu," kata Livia seolah bisa membaca isi kepala lelaki itu. "Jadi siapa lagi kalau bukan dia?" balas Javier emosi."Coba kamu introspeksi dirimu, Jav. Kenapa tiba-tiba Gadis menjadi nggak nyaman sama kamu.""Aku nggak ngapa-ngapain," elak Javier sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 375

    Kehamilan ketiga ini tidak mudah bagi Livia. Kondisinya lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Livia yang sering mual dan muntah-muntah otomatis membuat anak-anak bertanya apa yang terjadi pada ibu mereka."Bang Randu, tahu nggak kenapa Bunda muntah-muntah terus?" tanya Gadis pada Randu ketika mereka akan berangkat sekolah pagi itu.Livia yang muntah setiap pagi dan Rajendra yang selalu memijit tengkuknya adalah pemandangan yang sering dilihat anak-anak belakangan ini.Randu mengangkat bahunya tidak tahu. "Entahlah. Abang juga nggak tahu, Dis.""Apa mungkin Bunda lagi sakit?" Gadis terlihat khawatir."Kita tanya aja langsung yuk," ajak Randu.Kedua anak itu menunggu Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi. Mereka saling pandang saat mendengar suara muntahan dari arah dalam sana.Beberapa menit kemudian Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi."Ngapain pada kumpul di sini?" tanya Rajendra."Adis dengar Bunda muntah-muntah terus setiap pagi, Pa. Bunda sakit apa, Pa?" tanya Gad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 370

    Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 369

    Rajendra mengetuk pintu kamar Lunetta. Pertama-tama tidak ada jawaban sampai Rajendra mengetuk dengan lebih keras lagi."Lunetta, ini Papa. Tolong buka pintunya dulu."Beberapa detik setelahnya daun pintu terbuka bersamaan dengan sosok Lunetta yang muncul dengan wajah masam."Ada apa, Pa?" tanyanya sambil berdiri di celah pintu yang tidak sepenuhnya terbuka. Lunetta hanya membuka setengahnya."Kamu lagi apa? Boleh Papa masuk ke dalam?"Lunetta terpaksa menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rajendra melangkahkan kakinya masuk.Rajendra duduk di tepi tempat tidur sedangkan Lunetta berdiri dengan tangan bersedekap seolah-olah sedang menginterogasi Rajendra. Anak itu benar-benar tidak sopan."Lunetta, turunkan tangan kamu lalu duduk di sini." Rajendra menepuk permukaan kasur yang kosong di sebelahnya.Lunetta melakukan apa yang diperintahkan Rajendra, menunggu apa yang akan disampaikan berikutnya."Lunetta, besok Papa mau pergi ke Surabaya. Kamu mau ikut Papa?""Ke Surabaya, Pa?" ulang a

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 368

    Setelah dirawat di rumah sakit akhirnya Livia diizinkan pulang. Kondisinya sudah jauh membaik. Baik dari segi fisik maupun ingatannya.Ketika masuk ke dalam rumah Livia merasakan kehangatan yang familier. Tidak ada yang berubah dari rumah itu dari terakhir kali yang ia ingat."Welcome home, Love." Rajendra merangkul pinggul Livia untuk memasuki rumah tersebut. Sedangkan Gadis dan Randu membantu mendorong stroller yang berisi Ananta. Di belakang kedua anak itu ada Lunetta yang merasa tidak senang. Kehadiran Ananta merenggut perhatian semua orang, terutama Rajendra. Livia tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seisi rumah. Tidak ada yang berubah di rumah itu. "Ndra, aku jadi kangen pengen ngerajut. Rasanya udah satu abad aku nggak ngelakuin itu."Rajendra terkekeh mendengarnya. "Kamu bisa ngerajut yang banyak, tapi nanti ya. Ananta lebih butuh perhatian kamu."Livia dan Rajendra masuk ke kamar pribadi mereka. Setelah memberikan Ananta dan bercanda dengannya Gadis dan Randu keluar

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 367

    Hari-hari berlalu tanpa kepastian. Livia masih terbaring lemah tidak sadarkan diri. Gadis terus menanyakan kapan bundanya akan bangun. Anak itu juga menangis karena takut kehilangan Livia. Sama dengan Rajendra yang tidak berhenti mengeluarkan air matanya.Para kolega bisnis dan bawahannya berdatangan menyampaikan empati. Hanya saja mereka dilarang masuk ke ruangan Livia. Mereka hanya bertemu dengan baby Ananta yang saat ini sudah berumur tujuh hari.Langit adalah salah satu dari orang yang datang menghibur Rajendra. Walaupun selama ini ia menjauh namun ia tidak bisa tinggal diam mendengar musibah yang dialami Rajendra."Gue ikut sedih, Ndra. Gue cuma bisa bantu doa biar Livia cepat sadar. Lo yang sabar ya," kata Langit menghibur Rajendra."Gue udah lebih dari sabar," jawab Rajendra. "Gue udah sabar menunggu Livia sadar dan menanggung rasa takut ini sendirian." Suara Rajendra terdengar serak. Matanya pun memerah. Langit tahu Rajendra adalah orang yang tidak mudah menunjukkan kelemahan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status