Share

Hati Yang Panas

last update Last Updated: 2024-12-29 18:44:50

Usai pembicaraan dengan Langit, Livia merenung lama. Kata-kata Langit terus menghantuinya.

'Kamu masih punya aku, kamu nggak sendiri'.

Livia memandangi putri kecil yang tertidur lelap di sampingnya. Gadis adalah segalanya. Namun ia juga menyadari bahwa kesehatan fisik adalah kunci untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya.

'Jika aku sehat aku bisa mengurus Gadis dengan sempurna. Aku bisa mencari pekerjaan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik,' pikir Livia.

Pada akhirnya Livia menerima tawaran dari Langit walau dengan hati berat. Ia juga menghubungi Cici tentang rencananya untuk kembali menjalani fisioterapi.

"Lang, saya sudah pikirin. Saya setuju dengan rencanamu tapi ada beberapa syarat," kata Livia ketika menghubungi Langit.

Langit merasa penasaran di balik teleponnya. "Apa syaratnya, Liv?"

"Ada tiga sih."

"Oke, bilang aja."

"Pertama, kamu harus pastikan Gadis aman di mana pun dia berada. Lalu kalau ada hal-hal yang mencurigakan langsung hubungi saya. Terak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
baiknya langit cm sm livia krn ad maunya
goodnovel comment avatar
ndahwellys9495
tapi ceritanya agak aneh sihh masa belum cerai bisa sama laki2 lain kan bisa di tuntut and g bisa pegang anaknya.....hmmmmm
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Rajendra jng sampe Livia luluh sama Langit....jangan sampe ya Ziee
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Bisa Diingkari

    Langit menarik napasnya sedalam mungkin, mencoba meredam ketegangan. Gadis yang berada dalam gendongannya menggeliat kecil. Anak itu seolah merasakan energi negatif di antara kedua lelaki itu. Langit mengelus-elus punggung Gadis lembut, mencoba menenangkannya."Gue nggak mau ribut di sini, Ndra. Gadis ada sama gue karena Livia yang menitipkannya," kata Langit mencoba menjelaskan."Memangnya ke mana, Livia?" balas Rajendra dengan kedua tangan terkepal erat di sisi tubuhnya."Sorry, gue nggak bisa bilang sama lo."Langit yang menyembunyikan keberadaan Livia membuat suasana semakin panas.Rajendra melangkah mendekat, memangkas jarak di antara dirinya dan Langit. "Kenapa lo nggak bisa bilang? Apa hak lo nyembunyiin keberadaan istri gue?" suaranya penuh kemarahan yang ia coba menahannya.Seperti biasa Langit tetap tenang menghadapi Rajendra. "Satu hal yang lo harus tahu, memastikan Livia dan Gadis tetap aman adalah kewajiban gue.""Memangnya lo siapa hah? Sok-sok peduli sama istri dan anak

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mencari Indra

    Langit mencoba memikirkan hal lain guna mengalihkan pikirannya dari wajah Gadis yang mengingatkannya pada Rajendra. Sulit untuk dipungkiri bahwa Gadis memang memiliki kemiripan dengan ayah kandungnya. Namun bagi Langit, Gadis adalah wujud kecil dari Livia. Seseorang yang ia sayangi lebih dari siapa pun.Livia sedang menunggu di lobi ketika Langit tiba. Begitu ia melihat Langit ia tersenyum kecil dan melambaikan tangannya.Langit keluar dari bangku pengemudi untuk membantu Livia masuk ke mobil."Gimana terapinya, Liv?" Ia bertanya sambil membukakan pintu untuk Livia."Lumayan berat sih. Tapi nggak apa-apa demi kesembuhan saya."Masuk ke mobil, Livia melihat Gadis yang tertidur di pangkuan Dewi. Ia menundukkan kepalanya untuk mengecup dahi Gadis."Biar sama saya saja, Mbak," pinta Livia agar Dewi memberikan Gadis padanya.Dewi memindahkan Gadis ke pangkuan Livia yang duduk di belakang dengan hati-hati.Begitu berada di tangannya Livia mendekapnya erat dan menciumi Gadis dengan bertubi-t

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bicara Dengan Indra

    Rajendra menggulir daftar kontak di ponselnya. Ada beberapa orang bernama Indra di sana. Tapi jarinya berhenti pada nama 'Indra roommate'. Dari dulu Rajendra tidak pernah mengganti nama itu walau sudah tahunan berlalu dan Indra bukan roommate-nya lagi. Walau kini hubungan mereka sudah berubah. Setelah memantapkan hatinya Indra men-dial nomor Indra. Cukup lama ia menanti barulah panggilannya bersambut. "Halo," sapa suara berat di seberang sana. Rajendra hafal itu suara siapa. "Ini gue, Rajendra." "Hei, Ndra, tumben telepon gue. Kangen ya?" sikap Indra begitu hangat seolah tidak terjadi apa-apa. Seakan kejadian di Singapura tidak pernah terjadi. Rajendra mengabaikan gurauan garing itu. "Gue butuh ketemu lo sekarang. Ada hal penting yang harus gue bicarain." "Harus banget nih ketemuan? Nggak bisa lewat telepon aja? Gue lagi di Melbourne. Kalo lo nyari Utary dia udah nggak sama gue." Rajendra terdiam sesaat. Di mana lagi jalang itu? Siapa lagi yang jadi korbannya? "Gue

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gadis Diculik

    Livia terus melanjutkan fisioterapinya tiga kali dalam seminggu. Setiap Senin, Rabu, atau Jumat Gadis akan berada bersama Dewi di bawah pengawasan Langit sampai Livia selesai fisioterapi.Gerak-gerik Livia itu tidak lepas dari pengawasan Geri. Ia pun melaporkannya pada Rajendra."Pak, ternyata Ibu Livia tiga kali seminggu ke rumah sakit untuk fisioterapi kakinya. Makanya setiap Senin, Rabu, dan Jumat Gadis dititipkan pada Bapak Langit," kata Geri hari itu.Rajendra mendengus menahan emosi dan sakit hati. Kala itu ia menawarkan untuk berobat ke Amerika tapi Livia malah kabur darinya. Sekarang perempuan itu susah payah ke rumah sakit dan menitipkan Gadis ke orang lain. Padahal kalau Livia mau, ia bisa menitipkannya di rumah Lola. Orang tuanya itu pasti setuju dan senang bersama cucu mereka.'Dia lebih percaya pada orang lain daripada sama gue, bapak anaknya sendiri,' batin Rajendra getir."Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?" tanya Geri mengeluarkan Rajendra dari lamunannya.Rajendr

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ketakutan Langit

    Rajendra berhasil membawa Gadis ke dalam taksi yang sudah ia pesan. Ia sengaja memesan taksi, bukan membawa dengan mobilnya sendiri lantaran tidak ada kursi bayi di mobilnya. Sedangkan Gadis masih berusia tiga bulan. Anak itu belum bisa duduk."Akhirnya Papa bisa gendong kamu juga, Nak. Papa juga bisa peluk dan cium kamu." Rajendra mendekap Gadis erat dan menciuminya bertubi-tubi dengan penuh kasih sayang. Sudut-sudut matanya menghangat. Hatinya mengharu biru karena akhirnya memiliki kesempatan menyentuh putrinya yang sejak lahir tidak bisa ia akses sedikit pun."Papa bahagia, Nak. Papa sangat bahagia. Papa nggak mau lagi pisah sama kamu. Tapi kalau Bunda tahu dia pasti akan marah besar sama Papa."Gadis anak yang baik. Ia tidak rewel sama sekali. Seolah tahu bahwa saat ini ia sedang bersama orang yang tepat, ayahnya sendiri.Rajendra menghela napas dalam-dalam. Gadis yang berada di dalam pelukannya kini telah tertidur.Rajendra tidak bisa menyembunyikan senyumnya meskipun di dalam ha

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mencari Gadis

    Sudah sejak tadi Langit berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Jantungnya bertalu-talu. Ia tidak bisa tenang memikirkan peristiwa yang terjadi saat ini. Ia tahu, memberitahu Livia tentang Gadis yang dibawa Rajendra akan menjadi momen yang sangat sulit. Livia sudah cukup mengkhawatirkan banyak hal, terutama soal Gadis. Tapi Langit juga tidak mungkin menyembunyikannya. Livia harus tahu secepatnya mengenai putrinya yang dibawa kabur.'Kalau aku jujur Livia dipastikan langsung panik. Tapi kalau aku nggak kasih tahu sekarang, situasinya akan semakin parah,' pikirnya di dalam hati.Lelah mondar-mandir, Langit duduk di kursinya sambil menatap ponsel di tangan. Ia membuka nomor Livia. Jari jemarinya terasa kaku. Ia ragu menekan tombol panggil. Tapi mau tidak mau Livia harus tahu.Langit berlatih merangkai kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan pada Livia.'Liv, aku punya kabar buruk.'Nggak, nggak, itu terlalu frontal. Langit membuang kata-kata itu dari otaknya.Ia merangkai kata kedua."L

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Cemas

    Langit mengembalikan ponselnya ke dalam saku setelah bertelepon dengan Livia. Wajahnya tampak muram. Pikirannya penuh dengan berbagai hal. Ia harus segera melakukan sesuatu. Tapi ia juga tahu salah langkah sedikit saja bisa membuat situasi ini semakin runyam.Langit mencoba menghubungi Rajendra sampai beberapa kali, namun panggilan darinya tidak dijawab. Ia tahu Rajendra sengaja melakukannya.Langit keluar dari kantornya. Ia akan menjemput Livia sekarang. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Langit menghubungi beberapa orang di daftar kontaknya yang mungkin mengetahui keberadaan Rajendra. Tapi tidak ada yang tahu di mana Rajendra sekarang atau baru saja berhubungan dengan Rajendra.Livia sedang menunggu di lobi ketika ketika Langit tiba di sana. Wajahnya tampak pucat, matanya sembab akibat kebanyakan menangis memikirkan Gadis. Dengan terpincang dan tertatih ia melangkah menuju mobil Langit."Kamu nggak apa-apa, Liv?" tanya Langit setelah Livia duduk di mobil.Livia menjawab dengan an

    Last Updated : 2025-01-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Telepon Dari Livia

    Taksi yang ditumpangi Rajendra berhenti tepat di depan sebuah rumah megah. Setelah urusannya dengan supir taksi selesai Rajendra membawa Gadis turun dengan hati-hati."Selamat datang di rumah Oma dan Opa, Sayang. Gadis nggak sendiri di sini. Nanti main sama Bang Randu ya, Nak," kata Rajendra sembari mengecup pipi anak berumur tiga bulan itu dengan penuh kasih sayang.Dengan sebelah tangannya Rajendra membunyikan bel. Hanya tiga kali pencet pintu terbuka, memperlihatkan wajah Lola. Wanita separuh baya itu terkejut melihat Rajendra datang bersama bayi di gendongannya."Siang, Oma cantik. Kenalin Ini Gadis," kata Rajendra pada ibu tirinya itu."Gadis? Astaga? Gimana mungkin dia bisa sama kamu, Ndra?" Lola masih belum bisa menyembunyikan wajah terkejutnya."Apa yang salah, Tante? Aku kan papanya," jawab Rajendra santai lalu masuk ke dalam rumah."Iya, tapi kan kamu ..." Lola menggantung kalimatnya, mencerna apa yang sedang terjadi.Rajendra tertawa. "Jadi Oma nggak mau gendong Gadis nih?"

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 370

    Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 369

    Rajendra mengetuk pintu kamar Lunetta. Pertama-tama tidak ada jawaban sampai Rajendra mengetuk dengan lebih keras lagi."Lunetta, ini Papa. Tolong buka pintunya dulu."Beberapa detik setelahnya daun pintu terbuka bersamaan dengan sosok Lunetta yang muncul dengan wajah masam."Ada apa, Pa?" tanyanya sambil berdiri di celah pintu yang tidak sepenuhnya terbuka. Lunetta hanya membuka setengahnya."Kamu lagi apa? Boleh Papa masuk ke dalam?"Lunetta terpaksa menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rajendra melangkahkan kakinya masuk.Rajendra duduk di tepi tempat tidur sedangkan Lunetta berdiri dengan tangan bersedekap seolah-olah sedang menginterogasi Rajendra. Anak itu benar-benar tidak sopan."Lunetta, turunkan tangan kamu lalu duduk di sini." Rajendra menepuk permukaan kasur yang kosong di sebelahnya.Lunetta melakukan apa yang diperintahkan Rajendra, menunggu apa yang akan disampaikan berikutnya."Lunetta, besok Papa mau pergi ke Surabaya. Kamu mau ikut Papa?""Ke Surabaya, Pa?" ulang a

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 368

    Setelah dirawat di rumah sakit akhirnya Livia diizinkan pulang. Kondisinya sudah jauh membaik. Baik dari segi fisik maupun ingatannya.Ketika masuk ke dalam rumah Livia merasakan kehangatan yang familier. Tidak ada yang berubah dari rumah itu dari terakhir kali yang ia ingat."Welcome home, Love." Rajendra merangkul pinggul Livia untuk memasuki rumah tersebut. Sedangkan Gadis dan Randu membantu mendorong stroller yang berisi Ananta. Di belakang kedua anak itu ada Lunetta yang merasa tidak senang. Kehadiran Ananta merenggut perhatian semua orang, terutama Rajendra. Livia tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seisi rumah. Tidak ada yang berubah di rumah itu. "Ndra, aku jadi kangen pengen ngerajut. Rasanya udah satu abad aku nggak ngelakuin itu."Rajendra terkekeh mendengarnya. "Kamu bisa ngerajut yang banyak, tapi nanti ya. Ananta lebih butuh perhatian kamu."Livia dan Rajendra masuk ke kamar pribadi mereka. Setelah memberikan Ananta dan bercanda dengannya Gadis dan Randu keluar

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 367

    Hari-hari berlalu tanpa kepastian. Livia masih terbaring lemah tidak sadarkan diri. Gadis terus menanyakan kapan bundanya akan bangun. Anak itu juga menangis karena takut kehilangan Livia. Sama dengan Rajendra yang tidak berhenti mengeluarkan air matanya.Para kolega bisnis dan bawahannya berdatangan menyampaikan empati. Hanya saja mereka dilarang masuk ke ruangan Livia. Mereka hanya bertemu dengan baby Ananta yang saat ini sudah berumur tujuh hari.Langit adalah salah satu dari orang yang datang menghibur Rajendra. Walaupun selama ini ia menjauh namun ia tidak bisa tinggal diam mendengar musibah yang dialami Rajendra."Gue ikut sedih, Ndra. Gue cuma bisa bantu doa biar Livia cepat sadar. Lo yang sabar ya," kata Langit menghibur Rajendra."Gue udah lebih dari sabar," jawab Rajendra. "Gue udah sabar menunggu Livia sadar dan menanggung rasa takut ini sendirian." Suara Rajendra terdengar serak. Matanya pun memerah. Langit tahu Rajendra adalah orang yang tidak mudah menunjukkan kelemahan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 366

    Suara bip mesin pemantau detak jantung memenuhi ruang operasi. Begitu pun dengan cahaya lampu bedah yang terang ikut menyorot tubuh Livia yang terbaring lemah di atas meja operasi. Para dokter dan asistennya bekerja dengan sigap. Livia yang seharusnya akan melahirkan satu minggu lagi terpaksa harus menjalani operasi caesar saat ini demi menyelamatkan bayinya. Sedangkan Livia sendiri berada dalam keadaan tidak sadarkan diri.Di luar ruang operasi Rajendra menunggu dengan gelisah. Perasaannya tidak tenang. Hatinya kalut. Dari tadi yang dilakukannya hanya mondar-mandir di depan ruang operasi sambil berharap operasi selesai lalu dokter atau siapa pun keluar untuk memberi kabar baik."Ndra, udah, yang tenang, jangan mondar-mandir melulu. Duduk di sini," kata Erwin yang juga berada di tempat yang sama. Pria itu langsung meluncur ke rumah sakit setelah Rajendra mengabarinya."Gimana aku bisa tenang, Pi? Gimana kalau Livia nggak akan bangun lagi?" ucap Rajendra emosional. Matanya memerah mena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status