Share

Bukan Pembantu

Penulis: Vivohilolove
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 21:19:37

"Ara!"

"Ara!"

"Ara! Buka pintunya!"

Tok Tok Tok

"Ar...."

Ceklek

Ucapan Dimas terhenti saat dia melihat wajah istrinya yang baru saja membuka pintu.

Dimas langsung merangsek masuk ke dalam rumah, menutup pintu di belakangnya dengan kasar hingga terdengar bantingan yang begitu keras.

"Kamu udah pulang Mas?" tanya Ara terdengar acuh, namun tetap mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya seperti yang biasa dia lakukan.

Dimas menghempaskan tangan istrinya begitu saja. Enggan di sentuh oleh sang istri yang sudah membuatnya dan ibunya marah.

Ara menjerit pelan ketika tangannya di hempas begitu saja dengan kasar oleh suaminya. Dia mendongak menatap suaminya.

"Kamu kenapa Mas? Kenapa baru dateng udah marah-marah?" tanya Ara berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi kepada suaminya yang pulang dalam keadaan marah. Padahal lebih dari siapapun, dialah yang paling mengetahui alasan di balik kemarahan suaminya.

Siapa lagi jika bukan karena ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu pasti sudah mengadu, hingga suaminya yang harusnya pulang saat jam makan siang, namun sudah pulang satu jam lebih cepat dari yang seharusnya.

Dimas menggertakkan gigi, menatap istrinya tajam."Apa yang kamu omongin sama Mama, sampai Mama telepon aku sambil nangis, hah?!" bentaknya kepada Ara tanpa basa basi.

Ara menghela nafas berat."Oh, itu. Aku cuma bilang mau pisah dari kamu. Aku gak tau apa yang buat Mama nangis, karena harusnya aku yang nangis setelah dengar omongan Mama yang keterlaluan tentang aku dan keluargaku, terlebih kondisi ibuku.

Mas, aku udah cape jadi istri kamu. Kamu juga gak suka aku jadi istri kamu, kan? Aku mau cerai. Mas Reno akan jemput aku untuk mengambilku kembali darimu, dan keluargamu" jawab Ara tanpa riak emosi di wajah maupun suaranya, kecuali hanya menunjukan rasa lelah yang dalam di setiap kata yang dia keluarkan.

Dimas menatap istrinya tidak percaya. Tangannya mengepal menatap Ara tajam.

"Ara! Jangan main-main dengan ucapan kamu! Kamu mau cerai, hah?! Cerai apa?! Jangan jadi istri durhaka, Ara! Apa salah aku sampai kamu mau minta cerai?!

Istri gak bersyukur kamu! Aku nafkahin kamu. Udah ngasih kamu rumah untuk tempat berlindung. Kamu tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah, sambil nunggu hasil jerih payah aku setiap bulannya, tapi apa ini? Kamu minta cerai?! Minta cerai?! Durhaka kamu, Ara! Durhaka!

Gak ada kata cerai! Jangan mengada-ada! Apa kamu lupa bagaimana kita bisa menikah?! Tega kamu mau ngelanggar wasiat dua keluarga?! Dosa kamu! Dosa! Kamu wanita pendosa!" bentak Dimas dengan nafas tersengal, menggertakkan gigi menatap Ara nyalang.

Ara tersenyum kecut mendengar lontaran keji dari mulut suaminya. Dia mendongak menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, dan hati berdenyut sakit tidak terkira.

"Dosa, Mas? Do-dosa? A-aku wanita pendosa?" tanya Ara menatap suaminya tidak percaya dengan lelehan air mata yang membasahi kedua pipinya. Bibir dan seluruh tubuhnya bergetar. Kesedihan, amarah, kekecewaan menjadi satu.

"Ka-kalau aku berdosa, lalu kamu apa, Ma-mas?" lirih Ara menutup matanya, terisak dengan keras.

Ara mengusap air matanya kasar, mendongak memberanikan diri menatap suaminya. Bibirnya yang bergetar dengan suaranya yang tercekat, namun berusaha sekuat mungkin untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikiran dan di rasakannya selama ini kepada suaminya.

"Kamu mengatakan aku seorang wanita pendosa, sebab kau mengira aku istri durhaka? A-aku tanya sekali lagi, lalu kau apa, Mas? Tidakkah kau berpikir bagaimana sikapmu selama ini saat menjadi seorang suami?" ujar Ara, lalu menutup matanya saat melihat mata Dimas yang semakin melotot padanya dengan teriakan kencang menggema di seluruh ruang tamu tempat tinggal mereka.

"Ara! Apa sekarang kau mencoba membalikkan keadaan?! Kau ingin mengatakan aku suami yang buruk?! Kau ingin mengatakan aku suami yang pelit seperti yang kau katakan kepada Mama?! Kau ingin mengatakan aku yang berdosa?!

Bagus! Bagus Ara! Bagus! Apa ini yang keluargamu maksud jika kau akan bisa menjadi seorang istri yang sholehah saat menikah denganku?! Sekarang, aku tanya padamu?! Di mana istri sholehah yang menjelekkan suaminya sendiri kepada orang lain, hah?! Durhaka kau, Ara! Durhaka!" bentak Dimas marah kepada istrinya hingga nafasnya tersengal.

"DIAAAAAAAAAM!" jerit Ara menutup telinganya ketika Dimas tidak berhenti menghakiminya tanpa melihat kesalahan dirinya sendiri.

Tubuh Ara luruh terduduk di lantai, terus menjerit ketika suara Dimas yang mempertanyakan kesalihannya sebagai seorang istri terus bergema di kepalanya.

"DIAM! DIAM! DIAAAAAAAM!" jerit Ara menangis keras di bawah kaki suaminya yang masih menatapnya dengan tajam.

Ara mendongak menatap suaminya dengan wajah putus asa.

"Mas, apa aku durhaka?! Apa aku durhaka?! Apa selama ini tidak ada satu-pun baktiku sebagai seorang istri yang bisa kau ingat dan hargai?! Apa tidak ada secuil kebaikan dan pengabdianku sebagai seorang istri yang bisa kau ingat?! Tidak adakah?!

Ya Allah, ya Rabb. Aku berlindung kepadamu dari suami buruk sepertimu! Aku yang menemanimu selama ini Mas! Di saat kau susah, senang, sedih, aku menemanimu selama lima tahun!

Bahkan di saat Allah memberimu ujian sakit, tubuhmu lumpuh selama satu tahun akibat kecelakaan naas itu, aku yang menemanimu! Aku yang menemanimu!

Selama ini aku yang mengurusmu siang dan malam selama lima tahun, meski kau dan keluargamu tidak pernah menghargaiku! Aku selalu menelan kata-kata pedasmu dan keluargamu, tanpa melawan!

Masih kurang-kah itu? Kau ingin aku ingatkan tentang hal yang lain lagi? Ingat ini, Mas! Aku dan keluargaku yang membiayai pengobatanmu hingga ke luar negeri agar kau bisa sembuh! Aku dan keluargaku yang menanggung biaya hidup kita selama kau tidak bekerja!

Tapi, apa yang kau katakan tentangku dan keluargaku? Aku gadis kampung? Keluargaku hanya orang kampung? Kau dan keluargamu mengatai ibuku sedang bersandiwara tentang sakitnya, agar keluargaku meminta uang padamu?

Kau bahkan hanya mampu memberi ratusan ribu! Tidak ingatkah jika kau pernah di biayai keluargaku ratusan juta untuk pengobatanmu dan biaya hidup kita selama satu tahun!

Karenamu, kedua orang tuaku terpaksa harus menjual kebun mereka agar anak perempuan mereka ini tidak mempunyai suami cacat! CACAT! KAU MUNGKIN TIDAK CACAT FISIK LAGI! TAPI KAU CACAT HATI!" jerit Ara menatap tajam Dimas berurai air mata.

Dimas terhuyung ke belakang ketika mendengar kata-kata istrinya. Dia ingin membalas segala ucapan Ara, namun tidak ada satu-pun kalimat yang bisa di keluarkan oleh mulutnya.

"A-ra" ujar Dimas terbata.

"Mas, apa aku pernah meminta uang padamu? Memberi nafkah sandang, pangan dan papan adalah sebuah kewajibanmu sebagai seorang suami! Kau mau berhitung denganku? Kau ingin mengatakan aku tidak melakukan apapun?

Mari kita berhitung? Baiklah, maka dengarkan apa yang aku sudah lakukan selama ini saat menjadi istrimu!

Baju yang kau pakai, makanan yang kau telan, rumah yang selalu bersih. Bukan, bukan hanya kau, tapi keluargamu. Makanan yang mereka telan, rumah dan pakaian bersih yang mereka pakai dan tempati, kau pikir itu semua dari mana, hah?! Aku! Aku yang melakukan itu semua!

Aku yang melakukan pekerjaan itu semua! Kau pikir semua itu terjadi karena hembusan angin?! Aku, Mas! Aku istrimu yang melakukan itu semua!

Aku yang membersihkan, memasak, dan mencucinya untuk kalian semua!

Bahkan uang nafkahku sebagai istrimu, semua di ambil oleh Mamamu! Masih kurangkah semua yang aku lakukan sampai saat ini? Masih durhaka-kah aku setelah apa yang terjadi padaku? Aku bahkan tidak mengeluh sebelumnya!" sentak Ara ketika melihat suaminya diam saja.

Dimas mengerjapkan mata ketika melihat wajah sedih istrinya. Bukannya iba, hatinya yang di penuhi ego, berbalik menatap istrinya tajam. Tangannya mengepal erat."Apa kau mencoba mengungkit kebaikan yang telah kau lakukan? Apa yang sudah kau lakukan adalah tugas seorang istri! Jadi wajar jika...."

"Apanya yang wajar?! Aku ini seorang istri! Bukan pembantu! KAU DAN KELUARGAMU BAHKAN MEMPERLAKUKAN AKU LEBIH BURUK DARI PEMBANTU!" jerit Ara menghentikan ucapan Dimas yang kini berdiri mematung.

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Pilih Kasih

    "Loh, kamu kok ada di sini, Dimas? Kamu udah pulang? Udah kasih pelajaran sama si Ara?" tanya Bu Salamah kepada anak laki-lakinya yang baru saja datang ke rumahnya, kini duduk bersandar di kursi ruang tamu."Dimas! Mama ngomong sama kamu, kok gak di saut!" kesal Bu Salamah ikut duduk di sebelah anaknya yang berwajah kusut."Istri kamu ngebangkang ya? Udah berani dia sama kamu? Sama kaya tadi Ara yang berani banget ngomong sama, Mama soal......, bla bla bla bla" ujar Ibu Salamah dengan sinis menceritakan kembali kepada anaknya tentang Ara yang berdebat dengannya mengenai Dimas dan keluarganya.Tentu saja di setiap ceritanya di tambahi sedikit bumbu agar hati Dimas semakin panas dan memberi pelajaran yang pantas untuk menantunya itu."Dimas, kamu denger ibu gak sih?! Ibu udah cape ngomong tapi kamu kaya gak dengerin!" kesal Bu Salamah menggeplak lengan anaknya yang malah asyik melamun.Dimas menatap wajah ibunya acuh."Ma, bisa gak Mama jangan ngomong atau tanya-tanya dulu sama Dimas! D

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Istri kedua

    "Dimas, apa-apaan sih pertanyaan kamu itu? Kok, kamu kaya gak ngerti sama keadaan Papa dan Mama yang gak bisa nolong kamu waktu itu. Soal Sinta? Ya mana Mama Papa tau, kalau tuh anak kuliahnya gak bener. Orang dulu adekmu yang kekeuh mau kuliah kedokteran.Mama dan Papa kira selama dia mau, Sinta bakal mampu ngikutin pelajaran akademisnya, meski awalnya masuk emang harus pake jalur nyogok.Dimas, jangan pernah bilang kalau Mama gak sayang kamu. Kalau Mama gak sayang, mana mungkin Mama mau restuin kamu nikah siri sama si Cika jabl*y itu. Gara-gara kamu, Mama harus ikutan nyembunyiin status kamu yang udah nikah lagi itu dari Ara dan semua orang!Kalau gak inget kamu itu anak Mama dan udah ngehamilin tuh mantan pacar kamu yang lont*, udah Mama bejek kamu dan gak akan Mama dan Papa kasih warisan.Biar istrimu kampungan begitu, seenggaknya mantu Mama yang nyebelin itu, anak perempuan baik-baik dan dari keluarga baik-baik. Udahlah, Mama mending masuk ke kamar! Pusing kepala Mama mikirin kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Ara Di jual?

    "Astagfirullahal' adzim. Astagfirullah, astagfirullah" gumam Ara terus beristighfar meminta ampun kepada yang maha kuasa setelah dia tersadar jika dirinya terlalu di liputi emosi hingga tidak sadar menaikkan nada suaranya di depan sang suami."Ya, Allah, hamba khilaf, ya Allah. Hamba tidak bermaksud durhaka kepada suami hamba" lirih Ara dengan wajah tertunduk dan terisak di atas lantai dingin. Lantai yang menjadi saksi bisu ketika dia menjerit dan berteriak di depan suaminya, melampiaskan semua kekesalan hatinya yang selama ini dia tahan. "Ya, Allah. Maafkan hamba, ya Allah. Hamba tidak bermaksud durhaka kepada suami hamba, hiks" lirih Ara kembali. Ara terus menangis sampai dirinya merasa lelah. Lelah karena batinnya terus tersiksa dan di lukai oleh kata-kata pedas suaminya dan ibu mertuanya."Mas, sampai kapan kamu tidak mau menerimaku menjadi istrimu sepenuhnya? Mas, apa salahku, hiks" lirih Ara dengan suara bergetar putus asa. Dia sudah berusaha menjadi yang terbaik. Menjadi yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Terungkap

    Ara masih terduduk sedih di tempatnya, dengan pikiran yang melayang mengingat memori masa lalu.Wajah dan suara abahnya yang begitu berat, penuh penyesalan, namun enggan mundur dari perjodohan yang sudah di lakukan."Demi Allah, tidak pernah Abah berpikir untuk menjualmu, Ara. Untuk apa Abah melakukan itu, di saat Abah sendiri masih mampu untuk mengurusmu sebagai anak perempuan Abah satu-satunya.Hati Abah juga berat untuk melakukan ini. Abah hanya ingin menjalankan wasiat mendiang kakekmu. Mungkin wasiat ini memang bisa di batalkan, tapi itu berarti Abah melanggar janji Abah kepada mendiang kakekmu.Sebagai seorang laki-laki dan seorang anak, Abah malu jika tidak bisa mewujudkan keinginan kakekmu, di tambah Abah sudah berjanji. Selain itu, ternyata keluarga Buwono yang datang sendiri untuk menagih janji atas wasiat perjodohan yang pernah di sepakati di antara kedua keluarga.Meski begitu, Abah janji sama kamu, Ara. Abah janji akan mencarikan jodoh yang terbaik untukmu. Jika Dimas pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Pergi

    Plak!"M-mas, kamu kok diem aja! Tuh mbak Ara pergi tau! Bu-bukannya di kejar!" ujar Sinta yang lebih dulu tersadar dari keterkejutannya, memukul lengan kakak sulungnya untuk segera mengejar kakak iparnya sebelum semuanya semakin kacau.Dimas mengerjapkan mata, menatap linglung adiknya, sebelum akhirnya melangkah pergi untuk mengejar istrinya.Langkahnya terhenti sejenak di depan pintu rumah, berbalik menatap adiknya tajam saat dirinya sadar jika Ara mengetahui perselingkuhan dan pernikahan sirinya akibat mulut adiknya yang tidak sengaja membongkar tingkah buruknya di belakang Ara."Urusan kita belum selesai! Mas bakal kasih pelajaran sama kamu setelah urusan Mas sama Mbak ipar kamu selesai!" peringat Dimas menatap tajam adiknya.Sinta meneguk ludah kasar, rasa takut mulai membanjiri hatinya ketika melihat raut kemarahan di wajah kakak sulungnya. Dia memegang tasnya erat, enggan mengakui kesalahan atau-pun kekalahan.Sinta mendongakkan wajahnya angkuh, memberanikan diri membalas ucapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Ingin Lepas

    "Astagfirullah. Astagfirullahal' adzim. Ya Allah. Ya Allah, hamba gak kuat ya Allah. Astagfirullah. Ibu, Abah, Mas , Ara mau pulang! Ara udah gak kuat lagi terus berada di dekat Mas Dimas. Mas Dimas bukan suami yang baik lagi.Astagfirullahal'adzim!" batin Ara menangis pilu sepanjang jalan ketika dia baru saja mendengar ucapan adik iparnya yang begitu menyakiti hatinya.Ucapan di mana adik iparnya dengan lantang menyebutkan kesalahan suaminya yang selama ini lakukan di belakang punggungnya.Perzinahan, menghamili wanita lain dan menikahi wanita itu adalah hal yang paling tidak bisa di terima oleh dirinya.Lagi-lagi banyak hal berkecamuk di dalam pikirannya, tentang apa salah dan kurangnya dia sebagai seorang istri.Dia selalu berusaha taat kepada suaminya sebaik mungkin, meskipun suaminya selalu menjadi sosok yang menyakiti hatinya.Tidak terkecuali, saat dirinya di suruh diam di rumah oleh sang suami, ketika abahnya berada di rumah sakit sedang meregang nyawa.Tidak pernah dia memban

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Kemarahan

    Tuuuuut Tuuuuut"Nomor yang anda tuju, tidak bisa di hubungi!" "Si*l! Di mana sih kamu, Ara! Benar-benar pembangkang! Suami telepon malah di matiin! Durhaka! Pergi gak izin, juga gak bilang-bilang! Malah ngasih kunci ke tetangga. Bikin malu aja! Aaaargh" teriak Dimas geram, ingin sekali membanting ponselnya jika tidak ingat ponselnya adalah merk mahal dan keluaran terbaru."Aaargh! Si*l! Si*l! Si*l!" teriak Dimas frustasi menjambak rambutnya, melempar dan menendang barang yang ada di dekatnya.BrakBughPrang Pyar!Dimas menendang kursi dan meja, melempar bantal sofa, vas bunga keramik-pun tidak lolos dari jangkauan tangannya hingga terlempar ke dinding lalu hancur berkeping-keping, menimbulkan suara nyaring. "Araaaaa, kamu gak boleh pergi! Gak boleh pergi! Kamu gak boleh pergi tanpa izin aku! Aku gak ridho, Ara! Berdosa kamu! Berdosa kamu jadi perempuan!" teriak Dimas geram dengan nafas tersengal penuh rasa amarah dan frustasi.Gigi Dimas bergemalatuk, dengan mata menajam, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Mengadu

    Perjalanan pulang ke kampung halaman ditempuh Ara dengan mengunakan taksi selama tiga jam.Ara lebih memilih menaiki taksi daripada menaiki bus, meski dia harus merogoh kantongnya lebih dalam sebab biayanya lebih mahal.Dia ingin segera sampai di rumah sakit tempat ibunya dirawat dan menghindari kemungkinan bertemu Mas Dimas yang mungkin akan memaksanya pulang dan melarangnya menjenguk ibunya."Kita sudah sampai, Neng. Ini rumah sakit yang Neng maksud kan? Namanya sudah benar, jadi sepertinya tidak salah" ujar supir taksi kepada wanita muda di belakangnya.Dia menatap dengan prihatin ke arah wanita muda yang sepanjang perjalanan terus menangis. Mungkin wanita muda ini terlalu bersedih karena memikirkan kerabat yang dirawat di rumah sakit ini, pikirnya.Ara tersentak dari lamunannya, sambil tangannya mengusap air mata yang terus mengalir. Dia menoleh dan melihat papan besar dengan logo dan nama rumah sakit tempat ibunya dirawat.Jika ibunya masih dirawat di sini dan dia tidak salah tem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 52

    "Ara memang keterlaluan! Begitu juga dengan keluarganya! Apa maksud mereka tidak memberitahu kita tentang kematian ibu Widya? Apa mereka sengaja ingin mempermalukan kita dan membuat kita seperti orang bodoh di mata orang lain?!Dimas itu masih suami Ara. Mereka benar-benar tidak memberi wajah kepada anak kita! Masa Dimas harus tau tentang kematian ibu mertuanya dari orang lain! Ara memberitahu tentang keadaan ibunya kepada tetangga yang tidak ada hubungan keluarga dengannya. Sedangkan Dimas dan kita sebagai keluarga mertuanya, tidak ada satu-pun yang diberitahu tentang kabar sebesar ini! Lihat aja nanti kalau ibu bertemu dengan Ara! Ibu tidak akan membiarkan dia lolos sebelum memberikan penjelasan atas apa yang dia dan keluarganya lakukan kepada kita!" kesal Bu Salamah terus mengomel sepanjang jalan ketika dia sedang menuju ke rumah menantunya di kampung. Pak Doni yang sedang menyetir mobil, menatap istrinya sekilas dengan pandangan acuh tak acuh."Kalau kamu buat masalah di rumah A

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 51

    "Mas Dimas sudah pulang? Ibu turut berduka cita atas meninggalnya ibu mertua, Mas. Bagaimana dengan Mbak Ara? Apa beliau masih di kampung halaman? Tolong sampaikan salam ibu jika Mas Dimas berkomunikasi atau bertemu dengan Mbak Ara" ujar Bu Siti, tetangga Dimas yang pernah membantu Ara saat ia meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Dimas. Dimas yang baru saja keluar dari mobilnya setelah memarkir, terdiam sejenak mendengar ucapan Bu Siti yang tiba-tiba muncul dan mengucapkan hal yang tidak terduga.Dia menatap Bu Siti dengan linglung."Tadi Ibu Siti bilang apa?" tanyanya dengan raut bingung. Kini giliran Bu Siti yang tampak bingung."Loh, bukankah ibu mertua Mas yang kemarin sakit itu telah meninggal dunia? Ibu hanya ingin menyampaikan belasungkawa atas kepergian ibu mertua Mas Dimas, sekaligus ibu dari Mbak Ara" ujarnya.Dimas menatap Bi Siti dengan raut wajah yang semakin bingung."Ibu mertua saya meninggal? Kapan?" tanyanya, terdengar kebingungan karena tidak mengetahui apa-apa. Bi

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 50

    "Ara, siapkan air hangat untuk mandi!" "Ara, handukku mana? Tolong ambilkan, aku lupa bawa!" "Ara, buatkan kopi untukku!" "Ara, sarapannya mana? Aku mau berangkat kerja! Sudah siang ini!" "Ara, kaus kakiku di mana? Kamu biasanya menyimpannya di mana? Letakkan dengan benar dong, bikin pusing saja. Kalau begini, aku susah mencarinya!" "Ara, kenapa sepatuku belum disemir? Lihat, kotor kan? Kamu sengaja ingin melihat aku kumel!" "Ara, aku mau makan ayam rica siang ini! Jangan lupa buatkan!" "Ara!" "Ara!" "Ara!" Dimas mengerang kesal ketika dia menyadari bahwa sejak bangun hingga hendak pergi ke kantor, bahkan saat bekerja, dia selalu tanpa sadar memanggil nama istrinya. Dia bahkan menghubungi dan mengirim pesan kepada istrinya, namun semuanya berakhir tanpa tanggapan, karena Ara sudah tidak ada lagi di sisinya. Istrinya bahkan tidak mau repot menanggapi semua panggilan, pesan, dan telepon yang dia kirimkan.Dimas mengerang frustasi saat bekerja tanpa sadar selalu mengingat istr

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 49

    Bu Dewi dan Pak Salim terdiam, saling menatap satu sama lain ketika mendengar ucapan putra mereka. Bu Dewi menatap putranya yang kini terdiam setelah mengajukan pertanyaan kepada dia dan suaminya. "Kalau kamu tanya Ibu, Ibu tidak keberatan jika menantu Ibu seorang janda atau bukan. Rumah tangga itu rumit, kadang-kadang jika tidak kuat menghadapi badai, bisa karam. Dalam rumah tangga, ada dua orang yang menjalaninya, yaitu sepasang suami istri. Sama seperti rumah tangga Ibu dan Bapak kamu. Kalau kami bertengkar, kadang-kadang Ibu yang salah, kadang-kadang juga disebabkan oleh Bapak kamu.Ibu yakin bahwa rumah tangga Ara dan suaminya tidak jauh berbeda. Namun, pertengkaran rumah tangga yang disertai penindasan, apalagi campur tangan mertua, jika Ibu menjadi Ara, tentu Ibu tidak akan tahan. Ibu pasti akan meminta cerai daripada harus mati berdiri karena makan hati. Jadi, Handi, janda atau tidak, Ibu lebih melihat kualitas, kecocokan, dan karakter calon istri kamu. Jika dia memenuhi k

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 48

    "Jadi, Ara mau cerai dari suaminya?" tanya Pak Salim, menanggapi cerita istrinya yang terus berbicara sejak pulang dari rumah duka orang tua Ara. Bu Dewi mengangguk."Iya, Pak. Tadi ibu tidak sengaja mendengar dari Bima. Dia marah ketika ada saudara jauhnya yang menanyakan keberadaan suami Ara dan keluarganya.Sepertinya Bima sangat tidak menyukai iparnya itu, bahkan mengancam saudara jauhnya itu agar tidak membahas suami Ara di depan kakak perempuannya karena kakaknya itu ingin bercerai sebentar lagi" Bu Dewi menoleh ke Handi, putranya yang sedang mengemudi."Benar Han, bahwa Ara ingin bercerai dari suaminya?" tanyanya untuk memastikan.Handi menatap ibunya dari balik kaca spion sambil mengangkat bahu, seolah-olah tidak tahu apa-apa."Bu, kenapa malah tanya aku? Tadi kan Ibu dengar sendiri dari Bima. Kenapa tidak langsung tanya saja ke Bima?" ujarnya mencoba mengelak. Handi terdiam sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya kembali."Aku ini hanya teman lama Ara dan keluarganya, tidak leb

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 47

    Dimas pulang dengan linglung dari rumah kedua orang tuanya. Dia memarkirkan mobilnya asal lalu masuk ke dalam rumahnya sendiri.Tok Tok Tok"Assalamualaikum, Ra! Ara, buka pintunya!" ujar Dimas belum menyadari jika istrinya kini sudah tidak berada lagi dirumah. Kekalutan hatinya sejenak menutupi pikirannya.Tok Tok TokDimas masih mengetuk pintu rumahnya sekali lagi sambil memanggil nama istrinya."Assalamualaikum! Ara, Mas sudah pulang! Buka pintunya!" ujar Dimas sambil bersandar di kusen pintu depan tubuhnya yang layu. Tok Tok Tok"Ara, kamu dimana sih?! Mas lagi kesel sama Papa dan Mama, jadi kamu jangan membuat Mas makin kesel!" ujar Dimas saat ini sudah menggedor pintu rumahnya sendiri dengan keras.Dimas terus mengetuk pintu sambil menggerutu ditempatnya karena istrinya tidak kunjung membuka pintu, hingga tiba-tiba dia tertawa frustasi ketika menyadari istinya tidak akan pernah membuka pintu untuknya lagi sebab Ara tidak ada di rumahnya ini. Dimas tertawa jengkel menggebrak p

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 46

    Dimas menatap Papanya terkejut, begitu pula dengan Shinta yang tidak menyangka jika kakak sulungnya bukanlah kakak kandungnya. Atau jangan-jangan...Shinta menatap Papanya dengan tatapan bertanya dan mata memerah."Pah, kalau Mas Dimas bukan anak Papa, terus Shinta? Apa Shinta juga bukan anak Papa?" tanyanya dengan suara serak.Sungguh dia sedih jika membayangkan bahwa dirinya bukan anak dari Papanya, karena selama ini, dibandingkan Dimas sang kakak, dia yang paling dekat dan disayang oleh sang Papa. Dia tidak ingin kasih sayang itu akhirnya berakhir karena identitasnya yang ternyata bukan anak Papanya juga terungkap.Shinta menatap Papanya dengan raut sedih dan rumit.Pak Doni menatap Shinta yang berada disebelahnya."Mana mungkin kamu bukan anak Papa! Muka dan semua yang ada di badan kamu ini warisan Papa! Orang-orang juga tau walau mata mereka lagi merem, kamu itu anak Papa! Jadi jangan ngomong yang macem-macem. Papa enggak suka kamu mikir juga kalau kamu bukan anak Papa! Anak Papa

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    BAB 45

    Bu Salamah melotot saat mendengar ucapan suaminya. Dia menoleh menatap Dimas kesal karena putranya ini sepertinya suka sekali membuat keributan disituasi panas seperti saat ini. Bu Salamah berbicara gugup kepada suaminya dengan wajah memucat."P- pah, maafin Dimas yang udah ngomong keterlaluan. Dimas enggak bermaksud ngomong sembarangan, apalagi tentang Papa dan Shinta. Dimas cuma lagi kesel aja, jadi dia bicara sedikit tidak sopan dengan Papa. Dimas dan Mama baru aja pulang setelah perjalanan jauh. Dimas dan Mama masih lelah, jadi emosi kami masih tidak stabil, terutama Dimas yang nyetir mobil pasti lebih capek. Be-belum lagi Dimas kemarin malam ada dikantor polisi dan dipenjara. Papa juga tadi liat kan, kalau Dimas tadi baru aja dihajar sama Reno? Pah, liat anak kita udah babak belur. Omongan Ara sebelumnya juga enggak enak buat di denger sama Dimas atau kita sendiri. Jadi Mama tolong sama Papa untuk tidak mengambil hati ucapan Dimas dan maklumi sikap anak kita untuk saat i

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Bab 44

    "Ren, aku harap kamu enggak tersinggung. Tapi aku mau tanya, apa kamu sudah menghubungi pihak keluarga suami Ara untuk mengabarkan kematian ibumu? Ara dan suaminya masih belum resmi bercerai, jadi bagaimana-pun pria bernama Dimas itu masih menjadi menantu di keluargamu. Apa kamu tidak ingin memberitahunya tentang kabar duka ini? Aku tau ini bukan urusanku. Aku juga enggak berhak ikut campur. Hanya saja...Ren, jangan sampai kamu enggak mengabari mereka, atau kamu dan keluargamu yang nantinya terkena masalah. Mengingat tabiat suami Ara waktu itu, aku takut Dimas malah menyalahkan Ara kembali karena hal sepenting ini, pria itu dan keluarganya tidak diberitahu" ujar Handi kepada Reno yang kini masih duduk terdiam dengan jenazah ibu Widya di semayamkan tidak jauh dari mereka, di tutupi kain jarik berada di tengah ruangan.Dokter Handi bahkan bisa melihat Ara yang bersedih dipelukan ibunya dan para ibu-ibu yang lain, yang sedang ikut berduka cita.Reno tersenyum kecut, menatap jenazah ibu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status