Share

Bukan Pembantu

Penulis: Vivohilolove
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 21:19:37

"Ara!"

"Ara!"

"Ara! Buka pintunya!"

Tok Tok Tok

"Ar...."

Ceklek

Ucapan Dimas terhenti saat dia melihat wajah istrinya yang baru saja membuka pintu.

Dimas langsung merangsek masuk ke dalam rumah, menutup pintu di belakangnya dengan kasar hingga terdengar bantingan yang begitu keras.

"Kamu udah pulang Mas?" tanya Ara terdengar acuh, namun tetap mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya seperti yang biasa dia lakukan.

Dimas menghempaskan tangan istrinya begitu saja. Enggan di sentuh oleh sang istri yang sudah membuatnya dan ibunya marah.

Ara menjerit pelan ketika tangannya di hempas begitu saja dengan kasar oleh suaminya. Dia mendongak menatap suaminya.

"Kamu kenapa Mas? Kenapa baru dateng udah marah-marah?" tanya Ara berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi kepada suaminya yang pulang dalam keadaan marah. Padahal lebih dari siapapun, dialah yang paling mengetahui alasan di balik kemarahan suaminya.

Siapa lagi jika bukan karena ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu pasti sudah mengadu, hingga suaminya yang harusnya pulang saat jam makan siang, namun sudah pulang satu jam lebih cepat dari yang seharusnya.

Dimas menggertakkan gigi, menatap istrinya tajam."Apa yang kamu omongin sama Mama, sampai Mama telepon aku sambil nangis, hah?!" bentaknya kepada Ara tanpa basa basi.

Ara menghela nafas berat."Oh, itu. Aku cuma bilang mau pisah dari kamu. Aku gak tau apa yang buat Mama nangis, karena harusnya aku yang nangis setelah dengar omongan Mama yang keterlaluan tentang aku dan keluargaku, terlebih kondisi ibuku.

Mas, aku udah cape jadi istri kamu. Kamu juga gak suka aku jadi istri kamu, kan? Aku mau cerai. Mas Reno akan jemput aku untuk mengambilku kembali darimu, dan keluargamu" jawab Ara tanpa riak emosi di wajah maupun suaranya, kecuali hanya menunjukan rasa lelah yang dalam di setiap kata yang dia keluarkan.

Dimas menatap istrinya tidak percaya. Tangannya mengepal menatap Ara tajam.

"Ara! Jangan main-main dengan ucapan kamu! Kamu mau cerai, hah?! Cerai apa?! Jangan jadi istri durhaka, Ara! Apa salah aku sampai kamu mau minta cerai?!

Istri gak bersyukur kamu! Aku nafkahin kamu. Udah ngasih kamu rumah untuk tempat berlindung. Kamu tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah, sambil nunggu hasil jerih payah aku setiap bulannya, tapi apa ini? Kamu minta cerai?! Minta cerai?! Durhaka kamu, Ara! Durhaka!

Gak ada kata cerai! Jangan mengada-ada! Apa kamu lupa bagaimana kita bisa menikah?! Tega kamu mau ngelanggar wasiat dua keluarga?! Dosa kamu! Dosa! Kamu wanita pendosa!" bentak Dimas dengan nafas tersengal, menggertakkan gigi menatap Ara nyalang.

Ara tersenyum kecut mendengar lontaran keji dari mulut suaminya. Dia mendongak menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, dan hati berdenyut sakit tidak terkira.

"Dosa, Mas? Do-dosa? A-aku wanita pendosa?" tanya Ara menatap suaminya tidak percaya dengan lelehan air mata yang membasahi kedua pipinya. Bibir dan seluruh tubuhnya bergetar. Kesedihan, amarah, kekecewaan menjadi satu.

"Ka-kalau aku berdosa, lalu kamu apa, Ma-mas?" lirih Ara menutup matanya, terisak dengan keras.

Ara mengusap air matanya kasar, mendongak memberanikan diri menatap suaminya. Bibirnya yang bergetar dengan suaranya yang tercekat, namun berusaha sekuat mungkin untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikiran dan di rasakannya selama ini kepada suaminya.

"Kamu mengatakan aku seorang wanita pendosa, sebab kau mengira aku istri durhaka? A-aku tanya sekali lagi, lalu kau apa, Mas? Tidakkah kau berpikir bagaimana sikapmu selama ini saat menjadi seorang suami?" ujar Ara, lalu menutup matanya saat melihat mata Dimas yang semakin melotot padanya dengan teriakan kencang menggema di seluruh ruang tamu tempat tinggal mereka.

"Ara! Apa sekarang kau mencoba membalikkan keadaan?! Kau ingin mengatakan aku suami yang buruk?! Kau ingin mengatakan aku suami yang pelit seperti yang kau katakan kepada Mama?! Kau ingin mengatakan aku yang berdosa?!

Bagus! Bagus Ara! Bagus! Apa ini yang keluargamu maksud jika kau akan bisa menjadi seorang istri yang sholehah saat menikah denganku?! Sekarang, aku tanya padamu?! Di mana istri sholehah yang menjelekkan suaminya sendiri kepada orang lain, hah?! Durhaka kau, Ara! Durhaka!" bentak Dimas marah kepada istrinya hingga nafasnya tersengal.

"DIAAAAAAAAAM!" jerit Ara menutup telinganya ketika Dimas tidak berhenti menghakiminya tanpa melihat kesalahan dirinya sendiri.

Tubuh Ara luruh terduduk di lantai, terus menjerit ketika suara Dimas yang mempertanyakan kesalihannya sebagai seorang istri terus bergema di kepalanya.

"DIAM! DIAM! DIAAAAAAAM!" jerit Ara menangis keras di bawah kaki suaminya yang masih menatapnya dengan tajam.

Ara mendongak menatap suaminya dengan wajah putus asa.

"Mas, apa aku durhaka?! Apa aku durhaka?! Apa selama ini tidak ada satu-pun baktiku sebagai seorang istri yang bisa kau ingat dan hargai?! Apa tidak ada secuil kebaikan dan pengabdianku sebagai seorang istri yang bisa kau ingat?! Tidak adakah?!

Ya Allah, ya Rabb. Aku berlindung kepadamu dari suami buruk sepertimu! Aku yang menemanimu selama ini Mas! Di saat kau susah, senang, sedih, aku menemanimu selama lima tahun!

Bahkan di saat Allah memberimu ujian sakit, tubuhmu lumpuh selama satu tahun akibat kecelakaan naas itu, aku yang menemanimu! Aku yang menemanimu!

Selama ini aku yang mengurusmu siang dan malam selama lima tahun, meski kau dan keluargamu tidak pernah menghargaiku! Aku selalu menelan kata-kata pedasmu dan keluargamu, tanpa melawan!

Masih kurang-kah itu? Kau ingin aku ingatkan tentang hal yang lain lagi? Ingat ini, Mas! Aku dan keluargaku yang membiayai pengobatanmu hingga ke luar negeri agar kau bisa sembuh! Aku dan keluargaku yang menanggung biaya hidup kita selama kau tidak bekerja!

Tapi, apa yang kau katakan tentangku dan keluargaku? Aku gadis kampung? Keluargaku hanya orang kampung? Kau dan keluargamu mengatai ibuku sedang bersandiwara tentang sakitnya, agar keluargaku meminta uang padamu?

Kau bahkan hanya mampu memberi ratusan ribu! Tidak ingatkah jika kau pernah di biayai keluargaku ratusan juta untuk pengobatanmu dan biaya hidup kita selama satu tahun!

Karenamu, kedua orang tuaku terpaksa harus menjual kebun mereka agar anak perempuan mereka ini tidak mempunyai suami cacat! CACAT! KAU MUNGKIN TIDAK CACAT FISIK LAGI! TAPI KAU CACAT HATI!" jerit Ara menatap tajam Dimas berurai air mata.

Dimas terhuyung ke belakang ketika mendengar kata-kata istrinya. Dia ingin membalas segala ucapan Ara, namun tidak ada satu-pun kalimat yang bisa di keluarkan oleh mulutnya.

"A-ra" ujar Dimas terbata.

"Mas, apa aku pernah meminta uang padamu? Memberi nafkah sandang, pangan dan papan adalah sebuah kewajibanmu sebagai seorang suami! Kau mau berhitung denganku? Kau ingin mengatakan aku tidak melakukan apapun?

Mari kita berhitung? Baiklah, maka dengarkan apa yang aku sudah lakukan selama ini saat menjadi istrimu!

Baju yang kau pakai, makanan yang kau telan, rumah yang selalu bersih. Bukan, bukan hanya kau, tapi keluargamu. Makanan yang mereka telan, rumah dan pakaian bersih yang mereka pakai dan tempati, kau pikir itu semua dari mana, hah?! Aku! Aku yang melakukan itu semua!

Aku yang melakukan pekerjaan itu semua! Kau pikir semua itu terjadi karena hembusan angin?! Aku, Mas! Aku istrimu yang melakukan itu semua!

Aku yang membersihkan, memasak, dan mencucinya untuk kalian semua!

Bahkan uang nafkahku sebagai istrimu, semua di ambil oleh Mamamu! Masih kurangkah semua yang aku lakukan sampai saat ini? Masih durhaka-kah aku setelah apa yang terjadi padaku? Aku bahkan tidak mengeluh sebelumnya!" sentak Ara ketika melihat suaminya diam saja.

Dimas mengerjapkan mata ketika melihat wajah sedih istrinya. Bukannya iba, hatinya yang di penuhi ego, berbalik menatap istrinya tajam. Tangannya mengepal erat."Apa kau mencoba mengungkit kebaikan yang telah kau lakukan? Apa yang sudah kau lakukan adalah tugas seorang istri! Jadi wajar jika...."

"Apanya yang wajar?! Aku ini seorang istri! Bukan pembantu! KAU DAN KELUARGAMU BAHKAN MEMPERLAKUKAN AKU LEBIH BURUK DARI PEMBANTU!" jerit Ara menghentikan ucapan Dimas yang kini berdiri mematung.

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Pilih Kasih

    "Loh, kamu kok ada di sini, Dimas? Kamu udah pulang? Udah kasih pelajaran sama si Ara?" tanya Bu Salamah kepada anak laki-lakinya yang baru saja datang ke rumahnya, kini duduk bersandar di kursi ruang tamu."Dimas! Mama ngomong sama kamu, kok gak di saut!" kesal Bu Salamah ikut duduk di sebelah anaknya yang berwajah kusut."Istri kamu ngebangkang ya? Udah berani dia sama kamu? Sama kaya tadi Ara yang berani banget ngomong sama, Mama soal......, bla bla bla bla" ujar Ibu Salamah dengan sinis menceritakan kembali kepada anaknya tentang Ara yang berdebat dengannya mengenai Dimas dan keluarganya.Tentu saja di setiap ceritanya di tambahi sedikit bumbu agar hati Dimas semakin panas dan memberi pelajaran yang pantas untuk menantunya itu."Dimas, kamu denger ibu gak sih?! Ibu udah cape ngomong tapi kamu kaya gak dengerin!" kesal Bu Salamah menggeplak lengan anaknya yang malah asyik melamun.Dimas menatap wajah ibunya acuh."Ma, bisa gak Mama jangan ngomong atau tanya-tanya dulu sama Dimas! D

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Istri kedua

    "Dimas, apa-apaan sih pertanyaan kamu itu? Kok, kamu kaya gak ngerti sama keadaan Papa dan Mama yang gak bisa nolong kamu waktu itu. Soal Sinta? Ya mana Mama Papa tau, kalau tuh anak kuliahnya gak bener. Orang dulu adekmu yang kekeuh mau kuliah kedokteran.Mama dan Papa kira selama dia mau, Sinta bakal mampu ngikutin pelajaran akademisnya, meski awalnya masuk emang harus pake jalur nyogok.Dimas, jangan pernah bilang kalau Mama gak sayang kamu. Kalau Mama gak sayang, mana mungkin Mama mau restuin kamu nikah siri sama si Cika jabl*y itu. Gara-gara kamu, Mama harus ikutan nyembunyiin status kamu yang udah nikah lagi itu dari Ara dan semua orang!Kalau gak inget kamu itu anak Mama dan udah ngehamilin tuh mantan pacar kamu yang lont*, udah Mama bejek kamu dan gak akan Mama dan Papa kasih warisan.Biar istrimu kampungan begitu, seenggaknya mantu Mama yang nyebelin itu, anak perempuan baik-baik dan dari keluarga baik-baik. Udahlah, Mama mending masuk ke kamar! Pusing kepala Mama mikirin kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Ara Di jual?

    "Astagfirullahal' adzim. Astagfirullah, astagfirullah" gumam Ara terus beristighfar meminta ampun kepada yang maha kuasa setelah dia tersadar jika dirinya terlalu di liputi emosi hingga tidak sadar menaikkan nada suaranya di depan sang suami."Ya, Allah, hamba khilaf, ya Allah. Hamba tidak bermaksud durhaka kepada suami hamba" lirih Ara dengan wajah tertunduk dan terisak di atas lantai dingin. Lantai yang menjadi saksi bisu ketika dia menjerit dan berteriak di depan suaminya, melampiaskan semua kekesalan hatinya yang selama ini dia tahan. "Ya, Allah. Maafkan hamba, ya Allah. Hamba tidak bermaksud durhaka kepada suami hamba, hiks" lirih Ara kembali. Ara terus menangis sampai dirinya merasa lelah. Lelah karena batinnya terus tersiksa dan di lukai oleh kata-kata pedas suaminya dan ibu mertuanya."Mas, sampai kapan kamu tidak mau menerimaku menjadi istrimu sepenuhnya? Mas, apa salahku, hiks" lirih Ara dengan suara bergetar putus asa. Dia sudah berusaha menjadi yang terbaik. Menjadi yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Terungkap

    Ara masih terduduk sedih di tempatnya, dengan pikiran yang melayang mengingat memori masa lalu.Wajah dan suara abahnya yang begitu berat, penuh penyesalan, namun enggan mundur dari perjodohan yang sudah di lakukan."Demi Allah, tidak pernah Abah berpikir untuk menjualmu, Ara. Untuk apa Abah melakukan itu, di saat Abah sendiri masih mampu untuk mengurusmu sebagai anak perempuan Abah satu-satunya.Hati Abah juga berat untuk melakukan ini. Abah hanya ingin menjalankan wasiat mendiang kakekmu. Mungkin wasiat ini memang bisa di batalkan, tapi itu berarti Abah melanggar janji Abah kepada mendiang kakekmu.Sebagai seorang laki-laki dan seorang anak, Abah malu jika tidak bisa mewujudkan keinginan kakekmu, di tambah Abah sudah berjanji. Selain itu, ternyata keluarga Buwono yang datang sendiri untuk menagih janji atas wasiat perjodohan yang pernah di sepakati di antara kedua keluarga.Meski begitu, Abah janji sama kamu, Ara. Abah janji akan mencarikan jodoh yang terbaik untukmu. Jika Dimas pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Pergi

    Plak!"M-mas, kamu kok diem aja! Tuh mbak Ara pergi tau! Bu-bukannya di kejar!" ujar Sinta yang lebih dulu tersadar dari keterkejutannya, memukul lengan kakak sulungnya untuk segera mengejar kakak iparnya sebelum semuanya semakin kacau.Dimas mengerjapkan mata, menatap linglung adiknya, sebelum akhirnya melangkah pergi untuk mengejar istrinya.Langkahnya terhenti sejenak di depan pintu rumah, berbalik menatap adiknya tajam saat dirinya sadar jika Ara mengetahui perselingkuhan dan pernikahan sirinya akibat mulut adiknya yang tidak sengaja membongkar tingkah buruknya di belakang Ara."Urusan kita belum selesai! Mas bakal kasih pelajaran sama kamu setelah urusan Mas sama Mbak ipar kamu selesai!" peringat Dimas menatap tajam adiknya.Sinta meneguk ludah kasar, rasa takut mulai membanjiri hatinya ketika melihat raut kemarahan di wajah kakak sulungnya. Dia memegang tasnya erat, enggan mengakui kesalahan atau-pun kekalahan.Sinta mendongakkan wajahnya angkuh, memberanikan diri membalas ucapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Ingin Lepas

    "Astagfirullah. Astagfirullahal' adzim. Ya Allah. Ya Allah, hamba gak kuat ya Allah. Astagfirullah. Ibu, Abah, Mas , Ara mau pulang! Ara udah gak kuat lagi terus berada di dekat Mas Dimas. Mas Dimas bukan suami yang baik lagi.Astagfirullahal'adzim!" batin Ara menangis pilu sepanjang jalan ketika dia baru saja mendengar ucapan adik iparnya yang begitu menyakiti hatinya.Ucapan di mana adik iparnya dengan lantang menyebutkan kesalahan suaminya yang selama ini lakukan di belakang punggungnya.Perzinahan, menghamili wanita lain dan menikahi wanita itu adalah hal yang paling tidak bisa di terima oleh dirinya.Lagi-lagi banyak hal berkecamuk di dalam pikirannya, tentang apa salah dan kurangnya dia sebagai seorang istri.Dia selalu berusaha taat kepada suaminya sebaik mungkin, meskipun suaminya selalu menjadi sosok yang menyakiti hatinya.Tidak terkecuali, saat dirinya di suruh diam di rumah oleh sang suami, ketika abahnya berada di rumah sakit sedang meregang nyawa.Tidak pernah dia memban

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Kemarahan

    Tuuuuut Tuuuuut"Nomor yang anda tuju, tidak bisa di hubungi!" "Si*l! Di mana sih kamu, Ara! Benar-benar pembangkang! Suami telepon malah di matiin! Durhaka! Pergi gak izin, juga gak bilang-bilang! Malah ngasih kunci ke tetangga. Bikin malu aja! Aaaargh" teriak Dimas geram, ingin sekali membanting ponselnya jika tidak ingat ponselnya adalah merk mahal dan keluaran terbaru."Aaargh! Si*l! Si*l! Si*l!" teriak Dimas frustasi menjambak rambutnya, melempar dan menendang barang yang ada di dekatnya.BrakBughPrang Pyar!Dimas menendang kursi dan meja, melempar bantal sofa, vas bunga keramik-pun tidak lolos dari jangkauan tangannya hingga terlempar ke dinding lalu hancur berkeping-keping, menimbulkan suara nyaring. "Araaaaa, kamu gak boleh pergi! Gak boleh pergi! Kamu gak boleh pergi tanpa izin aku! Aku gak ridho, Ara! Berdosa kamu! Berdosa kamu jadi perempuan!" teriak Dimas geram dengan nafas tersengal penuh rasa amarah dan frustasi.Gigi Dimas bergemalatuk, dengan mata menajam, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Mengadu

    Perjalanan pulang ke kampung halaman ditempuh Ara dengan mengunakan taksi selama tiga jam.Ara lebih memilih menaiki taksi daripada menaiki bus, meski dia harus merogoh kantongnya lebih dalam sebab biayanya lebih mahal.Dia ingin segera sampai di rumah sakit tempat ibunya dirawat dan menghindari kemungkinan bertemu Mas Dimas yang mungkin akan memaksanya pulang dan melarangnya menjenguk ibunya."Kita sudah sampai, Neng. Ini rumah sakit yang Neng maksud kan? Namanya sudah benar, jadi sepertinya tidak salah" ujar supir taksi kepada wanita muda di belakangnya.Dia menatap dengan prihatin ke arah wanita muda yang sepanjang perjalanan terus menangis. Mungkin wanita muda ini terlalu bersedih karena memikirkan kerabat yang dirawat di rumah sakit ini, pikirnya.Ara tersentak dari lamunannya, sambil tangannya mengusap air mata yang terus mengalir. Dia menoleh dan melihat papan besar dengan logo dan nama rumah sakit tempat ibunya dirawat.Jika ibunya masih dirawat di sini dan dia tidak salah tem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Bab 40

    Pak Doni tertegun ditempatnya, hampir kehilangan kata-kata saat mendengar ucapan Ara. Dia ingat, selama ini dia jarang membela membantunya yang ditindas oleh istri dan anaknya. Ada-pun saat dia pernah membela Ara, sepertinya masih bisa di hitung jari. Sudah dia bilang sebelumnya jika dia bukan tidak ingin membela Ara, dia hanya malas bertengkar dengan istrinya yang cerewet jika sedang membela menantunya ini. Istrinya memang takut padanya. Tapi, bukan takut yang sampai tidak bisa melawan. Istrinya ini wanita yang keras kepala. Bahkan sifat Dimas tidak berbeda jauh dengan istrinya, hingga dia tidak terlalu menyukai Dimas, dan lebih menyukai dan menyayangi Shinta sebagai putrinya. Meskipun dia tidak terlalu menyukai Dimas karena hal lain. "Ara, Papa enggak bermaksud mengabaikan kamu selama ini. Papa..." ucapan pak Doni terbata-bata saat menjawab menantunya. Belum selesai dia berbicara dan membela diri, Reno sudah menyela ucapannya. Reno memegang tangan adiknya, menatap keluarga Dimas

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Gugatan

    Leher Dimas menciut tidak berani berbicara apapun lagi di depan Reno setelah melihat wajah dingin kakak iparnya yang membuatnya menggigil tanpa sadar. Meskipun dia enggan mengakui, namun aura yang dikeluarkan saat ini benar-benar menyeramkan hingga dia tidak bernyali. "A-aku.., aku..." Dimas meneguk ludah kasar berujar dengan terbata-bata. Saat ini, dia seakan kehilangan suaranya, padahal sebelumnya dia berbicara dengan sangat lantang. Wajah Reno semakin merah padam akibat marah, sedangkan wajah pak Doni merah padam karena menanggung malu. Saat ini Dimas layaknya sebuah kerupuk yang tersiram air dihadapan Reno. Ara segera memegang lengan kakaknya ketika melihat situasi semakin menegangkan. Dia memang sebal dan marah dengan suaminya, namun bukan berarti dia ingin Dimas dipukuli oleh kakaknya. Biar kakaknya hanya seorang pemuda dari desa, namun kakaknya ini mendapatkan pendidikan tidak kalah dari orang-orang di kota, hingga Reno memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Kakaknya

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Menghajar Dimas

    PlakTangan Dimas melayang namun bukan menampar wajah Ara, melainkan ke arah lain, karena dokter Handi lebih dulu bergerak cepat untuk menepis tangan Dimas sehingga tidak sempat menyentuh kulit Ara. "Dimas!" semua orang yang ada di dalam ruangan dokter Handi terkejut ketika mereka melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Dimas. "Dimas! Berani kamu main tangan sama adik saya!" bentak Reno yang baru saja memasuki ruangan dokter Handi dengan wajah merah padam menatap adik iparnya tajam sekaligus tidak percaya.Dia baru saja dikabari oleh Handi tentang keadaan adiknya yang sedang dihadapkan dengan Dimas dan keluarga besannya ini hingga dia harus berjalan cepat untuk datang ke tempat ini dan meninggalkan ibunya yang kini di jaga oleh Bima seorang diri. Dia pikir Dimas dan keluarganya kemari untuk menemui Ara atau mungkin ingin menjenguk ibunya mengingat mereka sudah mengetahui keberadaan keluarganya di rumah sakit ini. Namun, tidak di sangka, alih-alih Dimas datang untuk melihat keadaa

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Tamparan Dimas

    Dimas tertegun ditempatnya saat mendengar ucapan Ara yang mengatakan membencinya. Shinta mencibir kelakuan kakaknya. Padahal Dimas sudah diwanti-wanti oleh mereka sepanjang perjalanan menuju kemari agar tidak membuat masalah. Hanya karena beberapa ucapan Ara yang masih marah dengan kakaknya ini, Dimas sudah kehilangan kendali."Mas, aku enggak mau ya sampai enggak bisa kuliah cuma gara-gara Mas yang buat ulah dan bikin rencana kita untuk membujuk Mbak Ara gagal. Kalau itu terjadi, lihat aja! Shinta bakal bilang sama Papa untuk marahin Mas kalau perlu usir Mas Dimas! Shinta enggak mau liat orang yang udah buat Shinta enggak bisa kuliah gara-gara keluarga kita bangkrut!" kesal Shinta di telinga Dimas hingga membuat wajah Dimas terlihat semakin jelek dan memerah karena kesal. Pak Doni menatap Dimas kesal, namun memilih untuk tidak mengatakan apa-apa. Dia sudah lelah memarahi Dimas namun anaknya ini tetap masih bebal dan terus mengulangi kesalahan yang sama. Dia menatap istrinya yang

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Tidak Hamil

    "Aku enggak hamil!" ujar Ara membantah ucapan Shinta. Dia tidak ingin kehadirannya disalahpahami oleh suami dan keluarga mertuanya. Dia tidak ingin hal seperti ini nantinya dijadikan alasan untuk mencegahnya berpisah dari suaminya. Dia sudah tidak sanggup hidup bersama dengan Dimas. Sekarang keluarganya sudah mendukungnya untuk berpisah, jadi dia merasa tidak ada yang perlu dipertahankan lagi. Dia ingin hidup bahagia dengan keluarganya sendiri, atau suami masa depannya yang benar-benar mencintainya.Mata Shinta menyipit."Kalau enggak hamil, kenapa mbak Ara ada di sini? Ini poli kandungan bukan? Aku tau mbak masih marah sama Mas Dimas, tapi untuk hal sebesar ini, jangan di tutup-tutupi. Kasihan anak mbak dan Mas Dimas nanti kalau punya orang tua yang enggak akur, apalagi sampai pisah nantinya. Mas Dimas dan kita semua udah datang ke sini jauh-jauh untuk jemput Mbak dan jenguk ibu Widya" ujarnya. Bu Salamah yang melihat ada celah Ara bisa kembali kepada putranya segera menimpali ucapan

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Bukan Perempuan Mandul

    Ara duduk dengan wajah tegang di ruang praktik dokter Handi, menunggu hasil pemeriksaan kesuburan dirinya. Dokter Handi menghela napas dalam, sebelum membuka berkas hasil pemeriksaan. Dia menatap Ara rumit, sebelum akhirnya tersenyum tipis menyampaikan hasil pemeriksaan yang ada ditangannya kepada Ara, yang hari ini menjadi salah satu pasiennya."Ara, kamu lihat jika hasil pemeriksaan mu sudah keluar dan hasilnya ada ditangan saya. Biarkan Mas memberitahu hasil pemeriksaan mu. Ara, hasil test ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan kesuburan dirimu" ujarnya yang membuat Ara bernafas lega seakan beban berat yang selama ini ditanggungnya seakan langsung menghilang dalam sekejap.Ara menggigit bibirnya, menahan emosi. Ada riak kesenangan saat tau dia tidak memiliki masalah apapun dengan kandungannya. Dia bahkan ingin melompat andai saja tidak memiliki rasa malu. Itu berarti di masa depan, dia masih memiliki kesempatan untuk mempunyai seorang bayi miliknya sendiri. Ara menatap d

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Perdebatan

    "Dimas, Dimas! Apa kamu beneran enggak tahu kalau ibu mertua kamu kritis? Mah! Kamu juga enggak tahu kalau besan kamu sakit parah? Kalian berdua ini, selama ini ngapain aja di rumah tinggal sama Ara, hah?! Kalau Papa atau Shinta yang enggak tahu, ya wajar kalau kami enggak tahu. Papa sibuk kerja. Shinta sibuk kuliah. Sedangkan kalian? Dimas, kamu setiap hari tidur sama istri kamu, masa iya Ara enggak ngomong ibunya sakit! Kamu pasti sibuk kelonan sama istri muda kamu itu! Dasar! Mah, kamu tiap hari ketemu Ara. Meskipun Ara enggak tinggal serumah sama kita, tapi Ara hampir setiap hari datang ke rumah untuk beberes rumah dan bantuin kamu masak. Ya, Allah. Malu, Papa malu! Tetangga Ara lebih tau kondisi ibu Widya dibanding kita besannya, terutama kamu Dimas! Pantas aja Ara kabur dari rumah! Kamu sebagai suami gimana sih?! Udahlah pantes waktu kamu dipenjara, istri kamu enggak mau nengok dan peduli. Kamu aja enggak peduli sama Ara! Bikin malu aja! Kalau kaya gini, Papa jadi engg

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Anak Kesayangan

    Pak Doni menatap Dimas dengan tajam. Dia menyuruh anaknya ini untuk menjemput Ara dan meminta maaf serta menyelesaikan permasalahan rumah tangga yang ada. Namun, bukan kabar baik yang didapatkannya setelah Dimas menyusul menantunya, dimana anak dan menantunya sudah berbaikan, melainkan kabar buruk dimana Dimas malah masuk penjara, karena mengganggu ketertiban desa, kampung halaman menantunya. "Ya, Allah, Dimas. Kamu sampai kapan sih buat ulah terus? Masalah yang satu belum kelar, malah nambah masalah lagi. Kamu emang suka ya lihat Papa mati cepet karena serangan jantung gara-gara tingkah kamu ini? Aranya mana? Papa nyuruh kamu untuk pergi nyusul dan bujuk istri kamu di rumah orang tuanya.Bukannya nyuruh kamu ribut sama orang sekampung di desa istri kamu. Astagfirullahal'adzim Dimas! Kamu bener-bener..." ujar Pak Doni tidak bisa berkata-kata kepada Dimas. Dia hanya bisa memelototi putranya dengan menampakkan kekesalan tertahan.Pak Doni mendengus kasar. Jika saja dia tidak melihat w

  • Istri Yang Tidak Di Inginkan    Menguping?

    "Sudah selesai Mas urusannya?" tanya Ara sambil mencium tangan Reno yang baru saja kembali ke rumah sakit setelah malam tiba.Reno tersenyum dan mengangguk."Maaf Mas lama datengnya. Niatnya Mas cuma mau pergi sebentar, eh taunya malah kebablasan. Ternyata banyak kerjaan yang harus Mas urus.Terus gimana kondisi ibu? Apa ibu baik-baik aja? Apa ada perkembangan? Kamu sama Bima udah makan?"Ara mengangguk."Ara sama Bima udah makan. Mas bagaimana? Jangan karena sibuk mengurus kami, ibu dan yang lainnya, Mas malah melupakan menjaga diri sendiri. Alhamdulillah ibu baik-baik aja. Soal perkembangan ibu, belum ada perbaikan Mas. Kondisi ibu masih sama" jawabnya menghela nafas sedih di akhir kalimat.Reno mengelus lembut kepala adiknya."Kita berdoa dan bersabar aja. Semoga ibu baik-baik aja dan segera sembuh. Kamu jangan stress atau sedih. Mas, Bima, kamu, kita jaga ibu sama-sama" ujarnya.Ara mengangguk lemah."Iya Mas. Kita jaga ibu sama-sama" jawabnya. Dia terdiam sesaat, sebelum akhirnya mem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status