Share

Jangan melawan arus

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Heri dan Lia tersentak kaget mendengar suara Kayla, mereka saling berpandangan dengan panik, mencari cara untuk segera mengatasi situasi yang memalukan ini.

"Sayang, tunggu sebentar ya! Papa dan Ibu sedang… ehm, berenang sebentar. Kamu tunggu di luar dulu ya, kan kamu enggak bisa renang," ujar Heri dengan nada setenang mungkin meskipun hatinya berdebar keras.

"Tapi kan aku pakai pelampung, Pa. Jadi bisa renang! Aku pengen bisa renang juga," serunya dengan penuh antusiasme, tidak menyadari ketegangan yang dirasakan kedua orang tuanya.

Lia menelan ludah, mencoba memikirkan alasan lain. "Iya, tapi Papa dan Ibu lagi latihan gerakan yang... agak sulit. Kamu nanti aja ikut, biar aman," tambah Lia, berusaha keras terdengar meyakinkan.

Kayla yang tidak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi masih saja protes, "Tapi aku mau ikut berenang, Bu!" katanya sambil melangkah mendekat.

"Sebentar ya, Kak. Kita ganti baju dulu, habis itu kamu boleh ikut berenang sama Papa dan Ibu," tambah Heri sambil me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Tangis pilu putra Lely

    Seketika tubuh Heri mematung sejenak, ia meresapi ucapan polisi yang sedang menghubunginya. Menyakinkan dirinya bahwa ia tidaklah sedang bermimpi atau berhalusinasi."Baik, Pak, saya akan segera kesana," ucap Heri. Saat itu juga ia mengakhiri teleponnya."Ada apa, Bang?" tanya Lia sangat penasaran."Le-Lely bunuh diri," balas Heri dengan lirih.Saat itu juga Lia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, ia tak menyangka hidup wanita itu berakhir tragis."Aku akan segera kesana, dan melihat keadaannya. Bagaimana pun juga dia mantan sahabat Ratna dan aku yang menyeret namanya ke dalam penjara," imbuh Heri. Lia mengangguk setuju."Aku ikut ya, Bang," pinta Lia ikut beranjak turun dari ranjang saat suaminya sudah turun terlebih dulu."Tapi ini udah malam, sebaiknya kamu tidur saja. Kalau anak-anak terbangun dan mencarimu gimana? " tanya Heri."Enggak apa-apa, nanti aku izin sama mbak Eny dulu,""Ya sudah lah."Setelah berganti pakaian sebentar Heri dan Lia keluar kamar dan menuju kama

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Nostalgia

    Bulan Agustus telah tiba, semua orang di berbagai daerah dan berbagai wilayah Indonesia beramai-ramai merayakan hari kemerdekaan dengan beraneka ragam perlombaan untuk semua kalangan di mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu hingga anak-anak. Bulan Agustus memang selalu menjadi momen yang penuh semangat di Indonesia. Setiap sudut negeri, dari kota besar hingga pelosok desa, dipenuhi dengan berbagai perlombaan yang meriah untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Ada lomba panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, voly, sepak bola, hingga pawai karnaval yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Suasana kebersamaan dan cinta tanah air sangat terasa, membuat perayaan ini menjadi salah satu momen yang paling dinantikan setiap tahunnya."Kalian udah pada tahu belum mulai tanggal sepuluh nanti akan ada berbagai perlombaan hingga sampai tanggal delapan belas loh. Jeng Lia kamu ikut ya," ujar Alifah. Wanita seumuran dengan Lia ini sudah akrab dengannya semenjak sekolah di taman kanak-kanak.Para ibu-ibu s

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Tumbal Di Hari Kemerdekaan

    Tanggal delapan telah tiba, para panitia di kawasan perumahan yang di tempati Heri sedang berkeliling dari rumah ke rumah, mereka meminta donasi untuk memeriahkan suasana kemerdekaan.Seperti saat ini Alifah bersama salah satu pemuda yang bernama Bayu mengunjungi rumah Heri, mereka sedang duduk membicarakan niat kedatangannya. "Baiklah, sebutkan nomer rekeningnya," ujar Heri langsung membuka ponsel saat Alifah sudah selesai mengutarakan niatnya."62775******, itu nomer rekening donasi, Mas Heri," balas Alifah.'Brimo' setelah notif sukses Heri memperlihatkan layarnya pada Alifah dan Bayu."Udah sukses ya," ucap Heri.Alifah dan Bayu seketika tersenyum sumringah saat melihat nominal yang Heri transfer."Oke Mas Heri menyumbang sepuluh juta ya, seperti biasa selalu yang paling banyak. Terima kasih ya, Mas, semoga selalu di murahkan rezekinya, sekarang silakan tanda tangan di sini," balas Bayu. Setelah mencatat nama Heri dan besar nominalnya Bayu menyerahkan buku tersebut pada Heri. Den

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Berbagai Kejutan Datang Silih Berganti

    Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk tubuh Lia sangat erat, ia bisa merasakan embusan nafas yang kasar itu seolah-olah seorang itu sangat panik."Lia, kamu baik-baik aja kan," ucap Heri. Lelaki itu sangat panik tiada tara. Saat orang-orang menjerit dan histeris, Heri yang ada dibelakang langsung ikut lari ke depan saat ada yang mengatakan kalau soun horeg-nya jatuh dan khawatir kalau-kalau soun itu mengenai istrinya.Orang-orang berbondong-bondong menggotong tubuh Rendi yang terkulai lemas tak berdaya. Pemuda itu memejamkan kedua matanya, kepalanya terlihat memar namun tak berdarah hanya saja luka lecet. Rendi langsung dibawa ke atas sepeda motor bersama dua orang hendak berobat ke klinik. Beruntung pemuda yang bernama Faiz yang berjalan tepat di belakang engkel itu tidak tertimpa soun yang jatuh sebanyak tiga buah. "Darah, la kenapa tangan gue berdarah. Apa ini darahnya Rendi?" tanya Faiz keheranan."Iz, itu darah elo. Tuh tangan elo sobek," balas Reno dengan panik. Pemuda yang ber

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kenyataannya

    Semua peserta jalan sehat sudah sampai di garis finish, mereka duduk beristirahat di tempat yang sudah di sediakan sambil minum dan makan jajan sembari menunggu pembagian hadiah kupon sedangkan hadiah lomba akan di bagikan nanti malam setelah pentas seni."Jeng Lia, borong hadiah banyak nih ya. Orang baru malah dapat hadiah paling banyak bikin iri aja," celutak Ely sambil tertawa. "Meski ini hanya buat seseruan sih," imbuhnya."Iya, mana Kayla juga dapat beberapa lagi. Bener kan, Jeng," timpal Sekar.Mereka tertawa sambil mengobrol sekedar untuk menghilangkan penat. "Rezki enggak ada yang tahu, ini termasuk rezki kok," balas Lia dengan santai. Ia akui saat masih kecil hingga tinggal di kampung Teddy dirinya selalu banyak memenangkan lomba meski tidak semua."Iya, deh pasti rezki kamu bagus. Nular-nular," sahut Ely. Suaminya yang seorang manajer di sebuah perusahan itu berharap memiliki usaha besar yang tidak terikat dengan orang lain."Amin," balas Lia dan Sekar bersamaan."Orang gil

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Hal Sepele yang Membuat Hati Istri Senang

    Suasana di rumah Rendi terasa sangat berat, hampir seperti udara di dalamnya dipenuhi dengan rasa duka yang tak tertanggungkan. Rendi, seorang siswa kelas 12 SMK swasta, dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul bahkan banyak prestasi yang ia dapatkan. Keaktifannya di organisasi silat Pagar Nusa membuatnya memiliki banyak teman, baik dari kalangan sekolah maupun komunitas silat. Kini, rumah itu dipenuhi oleh pemuda-pemudi yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir, namun kehadiran mereka tidak bisa menghapus kesedihan yang menyelimuti ruangan.Di sudut ruang tamu, Ibu Rendi terduduk lemas, air mata terus mengalir tanpa henti dari matanya yang bengkak. Tangisannya tak pernah berhenti, bahkan suaranya mulai serak karena terlalu banyak menangis. Setiap orang yang mendekatinya hanya bisa merasakan ketidakberdayaan, karena tidak ada kata-kata yang bisa meredakan rasa sakit seorang ibu yang baru saja kehilangan anaknya. Di dekatnya, Nenek Rendi sudah berusaha menenangkan pu

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Bukan Bucin, Tapi Arti Cinta yang Sesungguhnya

    "Leher jenazah Rendi membiru. Mungkin darahnya berhenti karena lehernya patah. Kamu tahu kan kalau menyembelih hewan pasti leher yang di gorok, nah mungkin sama halnya Rendi, urat pernapasan udah patah dan putus jadi benar lah dia enggak tertolong." Heri menjelaskan apa yang ia dengar saat masih di kediaman orang tua Rendi. Para warga banyak yang membicarakan tentang bagaimana kondisi jenazah Rendi saat di mandikan. Dari satu mulut ke mulut lainnya hingga kabar itu begitu cepat menyebar. "Astaghfirullah ngeri ya, Bang." Lia bergidik ngeri membayangkan semua itu. "Iya, makanya kita sebagai umat muslim harus berusaha untuk selalu melakukan hal-hal yang baik sebisa mungkin hindari hal yang di larang agama. Kematian bisa terjadi kapan saja buat siapapun termasuk pada kita. Waktu, hari, jam, menit, detik, semua itu sudah tercatat sebelum kita lahir. Mungkin emang umur Rendi yang pendek, kalau pun dia enggak ikut jalan sehat atau naik ke atas soun di jam itu dia akan meninggal. Entah dia s

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Pesona Lia Di Mata Lelaki Lain

    Siang itu Heri bersama sang istri, Kayla dan Sofyan duduk di sebuah restoran ternama. Mereka sudah memesan makanan dan makan siang dengan tenang."Ibu, ini enak sekali ya. Dulu saat masih ada Ayah cuma mau beli mie ayam aja harus nahan, tapi sekarang jangankan cuma mie ayam mie apa aja bisa ku makan," celutak Kayla sambil makan mie Wagyu truffle dengan lahap.Makanan itu sejenis Mie yang disajikan dengan daging wagyu yang lembut, saus truffle yang kaya rasa, dan taburan daun bawang serta bawang goreng yang renyah, memberikan perpaduan rasa yang mewah dan gurih."Benarkah? Cuma mau beli mie ayam sampai nahan-nahan gitu, emang Ayah kamu enggak punya uang banget ya, apa enggak pernah kerja?" tanya Heri merasa sangat aneh. Tentu saja ia tahu harga mie ayam di desanya rata-rata sepuluh ribu jikalau ada yang murah lima ribu pun sudah dapat semangkuk mie ayam."Iya, Pa. Ayah tuh punya uang tapi pelitnya minta ampun. Saat aku sama kak Shaka minta uang selalu di marahin makanya kita enggak ber

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kebahagiaan yang Sempurna

    Matahari sore itu memancarkan sinar keemasan, memantul indah di permukaan danau yang tenang. Lia, Heri, Shaka, Kayla, dan Sofyan sedang menikmati liburan mereka di sebuah vila di pinggir danau yang asri. Suara tawa anak-anak menggema, menyatu dengan suara alam yang damai. Kayla dan Shaka sedang bermain di dekat dermaga kayu, sementara Sofyan yang kini sudah berusia 22 bulan, berlari-lari kecil di taman rumput, tawa cerianya membuat suasana semakin hangat.Lia duduk di bangku taman, memperhatikan Sofyan yang mencoba mengejar kupu-kupu kecil. "Dia semakin besar dan lincah ya, Bang," ucap Lia sambil tersenyum penuh kebahagiaan.Heri, yang berdiri di dekatnya, mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Sofyan tumbuh begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia masih digendong, sekarang sudah bisa lari-lari seperti ini," jawabnya sambil mendekat dan mememeluk pinggang Lia. "Kita benar-benar diberkahi dengan keluarga yang bahagia."Lia mengangguk pelan, hatinya diliputi rasa

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Hidayah yang Luar Biasa

    Dua hari di kampung halaman saatnya Lia dan keluarga kembali ke Jakarta. Mereka tak bisa berlama-lama meninggalkan Sofyan bersama orang lain. Mereka berpamitan dengan suka duka, apalagi Nur yang merengek ingin ikut terus."Shaka, aku pengen ikut! Kamu di kampung aja, keenakan di kota terus lupa sama desa!" gerutu Nur."Ayo dong kalau mau ikut, memangnya Bulik enggak sekolah?" tanya Shaka."Nah itu halangannya."Mereka semua tertawa dengan tingkah Nur yang seperti anak kecil."Dadah, Bulik, kamu enggak boleh ikut. Weeee," teriak Kayla melambaikan tangan dari dalam mobil sambil menjulurkan lidahnya. "Kayla, awas kamu ya. Pokoknya aku mau kuliah di jakarta, nyusulin kamu!" balas Nur sambil berteriak juga."Hati-hati ya, Nduk, Le," ucap Pak Bambang dan Mak Isna."Enggeh, Pak, Mamak," balas Lia dan Heri secara bersamaan.Setelah semua masuk ke dalam mobil, mobil berlalu meninggalkan pekarang rumah Pak Bamba

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kembali Berduka

    Perjalanan yang biasanya di tempuh tujuh jam, kini lima jam telah sampai.Mobil Heri yang dikendarai Pak Supri berhenti perlahan di halaman rumah Mak Sarmi, diikuti mobil ambulans yang parkir tepat di belakangnya. Mak Sarmi keluar dari rumah dengan ekspresi bingung saat kedatangan dua kendaraan yang membuatnya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Heri keluar dari dalam mobil dan di susul oleh Pak Supri, Lia, Shaka dan Kayla. Mak Sarmi semakin terkejut saat melihat kedatangan mantan menantu dan kedua cucunya secara tiba-tiba."Lia? Shaka, Kayla? Kamu kesini....." ucap Mak Sarmi menggantung seakan-akan ia tak percaya dengan kedatangan orang-orang yang dulu selalu ia remehkan.Mak Sarmi bahkan sempat pangkling menatap Lia, ia baru menyadari saat melihat Shaka dan Kayla. "Sayang, Salim dulu sama Mbah Uti," titah Lia setelah dirinya selesai menyalami mantan ibu mertuanya. Shaka dan Kayla pun patuh.Petugas ambul

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat     Kembali ke Rumah

    Mobil Heri akhirnya berhenti di halaman rumah mereka. Lampu-lampu di luar rumah menyala terang, seolah menjadi satu-satunya tanda kehangatan di tengah ketegangan yang masih menyelimuti pikiran mereka. Lia dan Heri keluar dari mobil dengan tubuh yang masih bergetar, terutama Lia, yang merasa seolah napasnya belum benar-benar kembali normal."Alhamdulillah, kita selamat," gumam Lia pelan sambil menutup pintu mobil dengan tangan gemetar. Dia menatap Heri dengan mata penuh kecemasan. Wajahnya masih pucat setelah kejadian mencekam yang baru saja mereka alami.Heri diam beberapa saat, mencoba mengatur napasnya yang masih memburu. “Ya Allah, tadi itu... aku benar-benar tidak bisa berpikir. Kalau saja kita terlambat sedikit, untung saja Pak Supri sangat sigap...” ucapnya, suaranya serak.Lia mengangguk, lalu menatap rumah mereka. “Aku... aku masih merasa ada yang tidak beres. Tadi itu bukan hanya kecelakaan biasa, Bang.. ada sesuatu yang lebih dari itu.”

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Pertanda di Jalan Raya

    Hari mulai beranjak sore ketika Lia dan Heri keluar dari restoran menuju mobil, mereka baru saja mengahadiri sebuah undangan kerja sama. Langit sedikit mendung, dan suasana di dalam mobil terasa tenang. Namun, di sudut lain kota, di sebuah jalan raya dekat lampu merah, Tedy sedang menunggu dengan sabar di bawah pohon pinggir jalan seperti yang diperintahkan oleh Mbah Marni. Pohon bringin yang besar itu sifatnya sangat kuat dan membuat kota terlihat hijau, serta akarnya yang kuat mampu menahan erosi tanah."Jangan khawatir, Ted. Jin yang kuberi tugas akan memastikan Heri celaka. Kamu hanya tinggal menunggu," bisik Mbah Marni melalui sambungan telepon yang sudah disiapkan sejak tadi.Tedy menatap jam di HP-nya. “Saya sudah tidak sabar, Mbah. Lia harus segera jadi milik saya lagi.”Di sisi lain, di dalam mobil Heri, Pak Supri, tiba-tiba merasa tidak nyaman. Keningnya berkerut dan sesekali ia menengok ke kaca spion, seolah sedang mencari sesuatu yang tak terlihat oleh mata.Lia, yang dud

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Menyiapkan Rencana Selanjutnya

    Lia tak menghiraukan Tedy, ia segera membuka vidio itu. Di mulai dari ruang depan. Tak lupa Heri juga ikut menonton, Excel, pak Budi dan beberapa karyawan sebisa mungkin ikut mengintip saat mereka berdua mengamati vidio tersebut mereka justru dibuat kaget. Bagaimana tidak, dalam rekaman itu tidak kelihatan seorang wanita, hanya terlihat Tedy yang sedang mendesah dan bergoyang sendirian di ruang tamu. Vidionya terlihat menjijikkan sebab Tedy tak memakai sehelai benang apapun. Mereka berdua menonton sampai selesai tiga vidio itu, namun hanya terlihat Tedy sendirian yang seperti prang kesurupan atau mabuk. Sangat jelas vidio itu tak ada siapapun kecuali Tedy sendirian. Setelah selesai menonton vidio tersebut Heri langsung merebutnya dari tangan sang istri dan melemparnya ke arah Tedy, "Sudah nuduh-nuduh enggak jelas ternyata vidio orang stres lagi birahi. Lihat saja sendiri vidio itu sampai selesai, apa kamu enggak merasa malu! Dasar laki-laki berkelainan bikin orang jijik aja!"Menden

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kesaksian

    Tedy dengan tangan gemetar meraih ponselnya, bersiap menelepon Lia untuk datang dan mendukungnya di kantor. Ia masih yakin, selama Lia ada di pihaknya, semua akan baik-baik saja. Tapi sebelum sempat menekan nomor, pintu kantor terbuka, dan di sanalah Heri bersama Lia masuk dengan wajah tersenyum.Kehadiran mereka membuat ruangan yang tadinya penuh ketegangan seketika menjadi hening. Heri dan Lia terlihat santai, seolah tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Keduanya tampak harmonis, bercakap-cakap ringan sambil berjalan masuk.Heri menatap ke arah Excel dan Pak Budi, lalu bertanya dengan nada heran,“Lagi ada apa ini? Kok ramai?”Excel dan Pak Budi saling pandang sejenak sebelum Pak Budi angkat bicara. “Pak Heri, maaf mengganggu, Tedy ini karyawan OB baru, tadi bikin ulah di kantor. Dia datang dan berani mengancam kami semua. Dia bilang mau mengambil alih posisi Anda dan mengusir kami.”Mendengar penjelasan itu, Heri memandang Tedy dengan wajah terkejut. “Apa? Te

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Teddy Bergaya Sok Bos

    Pagi itu, Tedy berdiri di depan cermin di kosannya, memandangi penampilannya yang baru. Lia baru saja membelikannya kemeja putih dan celana panjang hitam yang tampak lebih rapi dari biasanya. Sarapan pun sudah disiapkan oleh Lia dengan penuh perhatian. Tedy merasa seperti raja, yakin bahwa hari ini adalah awal dari sesuatu yang besar.Lia tersenyum sambil membereskan sisa sarapan, “Mas Tedy, udah waktunya kamu ambil alih posisi Heri. Kamu lebih pantas dari dia. Aku yakin kamu bisa.”Tedy tersenyum lebar, merasa puas dengan perkataan Lia. Ia mengangguk, mengikat dasinya dengan gaya yang baru saja diajarkan oleh Lia. Dengan penampilan yang lebih rapi dari biasanya, ia merasa siap menaklukkan dunia. Dalam pikirannya, Heri hanyalah langkah kecil menuju kekuasaan yang lebih besar. "Aku udah siap jadi bos, Li," kata Tedy sambil merapikan kemejanya. "Mulai hari ini, semua orang bakal liat siapa yang lebih pantas," imbuhnya lagi.Dengan percaya diri yang tinggi, Tedy melangkah keluar dari

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Semakin Terjerumus

    Pagi itu, Tedy terbangun dengan mata yang masih berat. Ia meraba tempat tidur di sebelahnya, mencari sosok Lia yang biasanya selalu ada di sana. Namun, yang ia temukan hanyalah dinginnya kasur tanpa kehadiran Lia. Ia bangkit setengah terhuyung, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul satu siang.Tedy bergumam pelan, “Gila, gue ketiduran sampe siang gini.”Tedy menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, mencoba mengingat kejadian semalam. Senyum tipis mengembang di wajahnya. Ia teringat betapa berbeda malam tadi. Lia benar-benar berbeda, begitu liar dan menggairahkan. Bahkan, ia merasa heran pada dirinya sendiri—senjatanya, yang biasanya hanya bertahan sepuluh menit, kini kuat dan bertahan sepanjang malam. Ia keluar lebih dari sekali, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hidupnya.Tedy tertawa kecil, “Lia emang ganas semalam… tapi kenapa aku bisa sekuat itu, ya?”Tedy mengangkat bahu, tak terlalu memikirkan jawabannya. Baginya, semalam adalah malam yang sempurna. Lia pasti sudah

DMCA.com Protection Status