Share

Ipar Adalah Maut

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku benar-benar bingung menyematkan panggilan manis untuk suamiku. Kini aku beralih menatap Heri dan menanyainya, "Her, kamu mau di panggil apa?"

Heri menatapku sekilas, lalu kembali melanjutkan sarapannya. "Terserah!"

Benar-benar jawaban yang singkat, padat, dan membuatku kesal. Kata terserah adalah kata yang paling tak ku sukai.

Aku mendesah, menahan kesal. "Terserah itu bukan pilihan, Her," gumamku setengah bercanda, meski dalam hati tetap merasa jengkel.

Heri mengangkat bahu, tampaknya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. "Ya sudah, panggil apa saja yang kamu suka," katanya sambil menyesap kopinya.

Aku berpikir sejenak. Panggilan apa yang bisa membuatku senang memanggilnya dan membuatnya merasa dihargai? Sesuatu yang tidak terlalu berlebihan tapi tetap manis.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat dan teriakan yang sudah ku hapal, "Hai, semua selamat pagi. Maaf, aku bangunnya kesiangan."

Nur dan Shaka muncul, mereka langsung duduk di kursi kosong. Benar-benar tuh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Mereka akan menyesal

    POV Nur Cahyani Hari ini aku benar-benar sangat bahagia, bagaimana tidak bahagia kalau seharian aku dimanjakan dengan bersenang-senang dan berlibur yang belum pernah ku lakukan. Selain itu aku juga berbelanja banyak, lumayan kan nanti bisa jadi bahan endors. Mas Heri benar-benar baik, sungguh pria idaman. Aku berharap Tuhan menyisakan lelaki di dunia ini satu saja untukku yang sepertinya.Setelah puas berbelanja, kami memutuskan untuk makan di restoran yang cukup mewah. Suasana di sana nyaman dan makanannya tidak mengecewakan. Sambil menikmati hidangan penutup, Mas Heri mengajak Mbak Lia berbicara tentang hari esok."Li, besok kan aku udah kerja lagi. Besok kamu dianterin Pak Mulyo untuk mendaftarkan sekolahnya Shaka sama Kayla. Maaf, aku enggak bisa menemani," ujar Mas Heri."Iya, Her, enggak apa-apa. Makasih ya," balas Mbak Lia."Makasih? Untuk?" Mas Heri menatap Mbak Lia, tatapan matanya begitu teduh dan menggetarkan jiwa, terasa adem."Makasih untuk semuanya, kamu udah baik bange

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Awas Baper!!

    POV AuthorSetelah keluar dari kamar Nur, Lia segera masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dua. Ia hendak menyusul sang suami yang sudah menunggunya sejak tadi.Kriet...!!Bunyi pintu terdengar saat Lia membuka pintu kamarnya. Di dalam, nampak Heri yang duduk di atas ranjang sembari menghadap laptop. Ia menatap sekilas ke arah Lia dan bertanya, "Udah selesai, Li?""Udah, Her, ku kira kamu sudah tidur," ujar Lia. Ia hendak duduk di depan meja rias."Belum, aku masih ngecek laporan yang masuk dari perusahaan ku," balas Heri. Ia kembali sibuk menghadap laptopnya."Mau ku bikinin kopi?" Lia mengurungkan niatnya untuk membersihkan wajah yang sudah menjadi kebiasaannya setelah berpisah dengan Tedy."Aku enggak suka kopi, tapi kalau kamu enggak keberatan buatin susu, boleh kok," balas Heri."Boleh," balas Lia. Ia segera keluar dari kamar hendak menuju dapur. Keadaan rumah juga sudah sepi karena penghuni rumah sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Saat ini waktu menunjukan jam sebe

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kecanduan

    Pagi harinya Heri terbangun lebih awal, pertama kali yang ia lihat saat membuka mata adalah wajah cantik Lia yang masih ada di dalam pelukannya sembari memeluk dirinya. Heri tersenyum, ia tak langsung bergerak tetapi, memainkan anak rambut sang istri sembari bergumam, "Aku tak menyangka, gadis kecil yang hitam dan dijuluki bau eek kambing kini menjelma menjadi wanita cantik dan tangguh. Bahkan dirinya sekarang menjadi istriku dan tidur dalam pelukanku."Karena gerakan Heri yang tak henti membuat tidur Lia terganggu, ia mengerjap dan perlahan membuka mata."Her-ri?" ucap Lia sedikit terkejut. Ia berusaha menjauhkan dirinya dari tubuh Heri, namun dengan cepat sang suami memeluknya erat."Good morning, Li," sapa Heri lalu mencium kening sang istri dengan lembut.Lia tersenyum malu-malu kucing, "Morning too, Heri." Lia bergerak ia ingin bangun dan segera membuka selimut, namun kedua matanya langsung melotot saat melihat tubuhnya tidak memakai apa-apa. Ia segera menutup kembali tubuhnya

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Aku Datang Melamarmu

    *Hati-hati jangan suka main kode-kodean. Salah tiga kali langsung diblokir.*____________"Cie, cie, pada keramas pagi-pagi nih, seger banget eak....!" seru Nur menggoda saat melihat sang kakak menuruni tangga bersama suaminya.Pak Sugi dan Bu Salma hanya senyum-senyum sendiri menanggapi celotehan Nur, berbeda dengan Lia dan Heri yang salah tingkah."Emang kenapa kalau keramas pagi? Kamu kalau mau mandi dan keramas pagi enggak ada yang ngelarang kok," ujar Lia dengan wajah sedikit memerah."Halah, sudah deh, gak usah ditanya. Pasti semalem udah pada mimpi basah semua tuh, makanya bangun kesiangan," goda Nur lagi, sambil tertawa kecil."Kamu ini, Nur! Jangan gitu ahh, lihat tuh wajah Mbakmu udah kayak kepiting di rebus," tegur Bu Salma dengan lembut tapi tegas. "Ayo, sarapan dulu, sudah disiapkan di meja."Lia dan Heri segera mengalihkan perhatian mereka ke meja makan, mencoba menghilangkan rasa malu. Sementara itu, Nur masih tersenyum-senyum sendiri, merasa puas dengan keusilannya pag

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Dijodohkan

    Excel tak menyangka ternyata yang membuka pintu bukanlah sosok seorang ibu-ibu melainkan seorang gadis yang ia taksir berumur belasan tahun. Tanpa sadar kedua matanya membulat tak berkedip menyaksikan pemandangan di depannya, gadis dengan tampilan sederhana membuka pintu dan menyapanya. Di kota besar biasanya ia akan selalu bertemu dengan gadis yang menor atau pun dandan seperti biduan, tetapi kali ini yang ia lihat gadis berkulit kuning langsat, beralis asli tanpa coretan pensil, bibirnya terdapat lipstik tipis dan pipinya tanpa blouse on.Sedangkan Nur merasa bingung sebab ada lelaki asing yang tiba-tiba datang ingin bertemu dengannya. Ia menatap Excel dari atas hingga bawah, menyaksikan lelaki berkulit putih, tinggi, tegap, tampan, mata sipit dan berhidung mancung, apalagi bola matanya yang berwarna kebiru-biruan. Dirinya merasa tak mengenali lelaki tersebut."Cari saya, ada perlu apa?" tanya Nur lagi. Ia menatap lelaki di depannya dari atas hingga bawah."Melamarmu," balas Excel t

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Dasar Pelakor

    "Li, kamu udah selesai apa belum urusannya. Kalau udah selesai mampir dulu ke salon Safira, perawatan lah disana. Ajak juga Nur, minta pak Supri mengantarkan, dia udah tahu tempatnya. Uangnya akan aku transfer ke rekening kamu." Begitulah pesan masuk ke WhatsApp Lia dari sang suami.Lia menatap pesan itu dengan perasaan campur aduk, namun lebih didominasi oleh kebahagiaan. Senyum lebar terlihat di wajahnya dan Nur berteriak antusias karena terlalu senang. Tak lama kemudian, ada notifikasi masuk dari m-banking menunjukkan uang masuk sebesar lima belas juta rupiah. Shaka dan Kayla, yang menyaksikan kegembiraan Lia dan Nur, tampak bingung."Eheem...!!" Pak Supri berdehem, menarik perhatian Lia dan Nur."Maaf, Pak, kita cari tempat makan dulu ya. Setelah itu antar kami ke salon Safira, Pak Supri sudah tahu tempatnya kan?" tanya Lia mengambil alih situasi.Pak Supri mengangguk, "Ya, saya tahu tempatnya, Bu. Mari kita berangkat sekarang."Pak Supri melajukan mobil menuju sebuah restoran ter

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Pengakuan Heri

    *Berjalanlah, jangan berlari. Karena hidup adalah tentang perjalanan, bukan pelarian.*_____"Dasar pelakor! Wanita murahan kayak elo wajib diberi pelajaran," ucap wanita modis itu.Nur beranjak berdiri dan tak terima kakaknya di perlakukan seperti itu."Punya mata enggak elo, enak aja ngatain saudara gue pelakor. Emang elo kenal siapa kita?!" bentak Nur berusaha melepaskan kan jambakan wanita berambut pirang itu. "Diam elo anak ingusan! Saudara elo udah ngerebut Heri dari gue!! Dan sampai kapan pun gue enggak bakal ikhlas, kalau elo enggak mau ninggalin Heri, siap-siap kalian akan ku buat menderita," ancam wanita itu dengan tatapan tajam.Nur dan Lia terkejut saat mendengar pengakuan wanita yang tak mereka ketahui namanya. Lia meringis kesakitan karena jambakan itu terasa sangat kuat seakan-akan rambutnya ingin lepas dari kulit kepala."Merebut Mas Heri?" Apa maksud elo?" Nur tak paham. Karena yang ia tahu istri Heri yang sebelumnya sudah almarhum.Wanita modis itu tertawa sinis. "J

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kejutan Bangun Tidur

    Lia sampai menahan napas, pertanyaan itu terasa tercekat di tenggorokan. Bibirnya membuka tutup untuk berbicara, tetapi kata-kata yang ingin keluar tidak kunjung terucap. Hatinya berdebar kencang, dan ia merasakan gelombang emosi yang campur aduk dalam dirinya. Ia mengumpulkan keberanian, berusaha mengatasi rasa penasarannya."Kenapa?" tanya Heri karena wanita di depannya tak kunjung bicara."Em, anu..... Pelan-pelan, lukanya perih," jawab Lia. Entah kenapa bibirnya justru meleset dari pertanyaan yang sebenarnya akan dia ajukan. Heri terkekeh pelan lalu menyahut, "Kenapa baru bilang, nih udah selesai."Heri menutup kotak obat lalu melangkah keluar untuk mengembalikan pada tempatnya. Lia menatap punggung sang suami dengan dada yang berdesir. Ia nampak berpikir, "Kalau seandainya Bang Heri udah cinta sama aku, dia pasti akan membuktikannya tanpa ku minta. Bukankah cinta itu perlu bukti bukan hanya ucapan manis doang, bukankah cinta itu memiliki perasaan mendalam yang mencakup rasa kasi

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kebahagiaan yang Sempurna

    Matahari sore itu memancarkan sinar keemasan, memantul indah di permukaan danau yang tenang. Lia, Heri, Shaka, Kayla, dan Sofyan sedang menikmati liburan mereka di sebuah vila di pinggir danau yang asri. Suara tawa anak-anak menggema, menyatu dengan suara alam yang damai. Kayla dan Shaka sedang bermain di dekat dermaga kayu, sementara Sofyan yang kini sudah berusia 22 bulan, berlari-lari kecil di taman rumput, tawa cerianya membuat suasana semakin hangat.Lia duduk di bangku taman, memperhatikan Sofyan yang mencoba mengejar kupu-kupu kecil. "Dia semakin besar dan lincah ya, Bang," ucap Lia sambil tersenyum penuh kebahagiaan.Heri, yang berdiri di dekatnya, mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Sofyan tumbuh begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia masih digendong, sekarang sudah bisa lari-lari seperti ini," jawabnya sambil mendekat dan mememeluk pinggang Lia. "Kita benar-benar diberkahi dengan keluarga yang bahagia."Lia mengangguk pelan, hatinya diliputi rasa

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Hidayah yang Luar Biasa

    Dua hari di kampung halaman saatnya Lia dan keluarga kembali ke Jakarta. Mereka tak bisa berlama-lama meninggalkan Sofyan bersama orang lain. Mereka berpamitan dengan suka duka, apalagi Nur yang merengek ingin ikut terus."Shaka, aku pengen ikut! Kamu di kampung aja, keenakan di kota terus lupa sama desa!" gerutu Nur."Ayo dong kalau mau ikut, memangnya Bulik enggak sekolah?" tanya Shaka."Nah itu halangannya."Mereka semua tertawa dengan tingkah Nur yang seperti anak kecil."Dadah, Bulik, kamu enggak boleh ikut. Weeee," teriak Kayla melambaikan tangan dari dalam mobil sambil menjulurkan lidahnya. "Kayla, awas kamu ya. Pokoknya aku mau kuliah di jakarta, nyusulin kamu!" balas Nur sambil berteriak juga."Hati-hati ya, Nduk, Le," ucap Pak Bambang dan Mak Isna."Enggeh, Pak, Mamak," balas Lia dan Heri secara bersamaan.Setelah semua masuk ke dalam mobil, mobil berlalu meninggalkan pekarang rumah Pak Bamba

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kembali Berduka

    Perjalanan yang biasanya di tempuh tujuh jam, kini lima jam telah sampai.Mobil Heri yang dikendarai Pak Supri berhenti perlahan di halaman rumah Mak Sarmi, diikuti mobil ambulans yang parkir tepat di belakangnya. Mak Sarmi keluar dari rumah dengan ekspresi bingung saat kedatangan dua kendaraan yang membuatnya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Heri keluar dari dalam mobil dan di susul oleh Pak Supri, Lia, Shaka dan Kayla. Mak Sarmi semakin terkejut saat melihat kedatangan mantan menantu dan kedua cucunya secara tiba-tiba."Lia? Shaka, Kayla? Kamu kesini....." ucap Mak Sarmi menggantung seakan-akan ia tak percaya dengan kedatangan orang-orang yang dulu selalu ia remehkan.Mak Sarmi bahkan sempat pangkling menatap Lia, ia baru menyadari saat melihat Shaka dan Kayla. "Sayang, Salim dulu sama Mbah Uti," titah Lia setelah dirinya selesai menyalami mantan ibu mertuanya. Shaka dan Kayla pun patuh.Petugas ambul

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat     Kembali ke Rumah

    Mobil Heri akhirnya berhenti di halaman rumah mereka. Lampu-lampu di luar rumah menyala terang, seolah menjadi satu-satunya tanda kehangatan di tengah ketegangan yang masih menyelimuti pikiran mereka. Lia dan Heri keluar dari mobil dengan tubuh yang masih bergetar, terutama Lia, yang merasa seolah napasnya belum benar-benar kembali normal."Alhamdulillah, kita selamat," gumam Lia pelan sambil menutup pintu mobil dengan tangan gemetar. Dia menatap Heri dengan mata penuh kecemasan. Wajahnya masih pucat setelah kejadian mencekam yang baru saja mereka alami.Heri diam beberapa saat, mencoba mengatur napasnya yang masih memburu. “Ya Allah, tadi itu... aku benar-benar tidak bisa berpikir. Kalau saja kita terlambat sedikit, untung saja Pak Supri sangat sigap...” ucapnya, suaranya serak.Lia mengangguk, lalu menatap rumah mereka. “Aku... aku masih merasa ada yang tidak beres. Tadi itu bukan hanya kecelakaan biasa, Bang.. ada sesuatu yang lebih dari itu.”

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Pertanda di Jalan Raya

    Hari mulai beranjak sore ketika Lia dan Heri keluar dari restoran menuju mobil, mereka baru saja mengahadiri sebuah undangan kerja sama. Langit sedikit mendung, dan suasana di dalam mobil terasa tenang. Namun, di sudut lain kota, di sebuah jalan raya dekat lampu merah, Tedy sedang menunggu dengan sabar di bawah pohon pinggir jalan seperti yang diperintahkan oleh Mbah Marni. Pohon bringin yang besar itu sifatnya sangat kuat dan membuat kota terlihat hijau, serta akarnya yang kuat mampu menahan erosi tanah."Jangan khawatir, Ted. Jin yang kuberi tugas akan memastikan Heri celaka. Kamu hanya tinggal menunggu," bisik Mbah Marni melalui sambungan telepon yang sudah disiapkan sejak tadi.Tedy menatap jam di HP-nya. “Saya sudah tidak sabar, Mbah. Lia harus segera jadi milik saya lagi.”Di sisi lain, di dalam mobil Heri, Pak Supri, tiba-tiba merasa tidak nyaman. Keningnya berkerut dan sesekali ia menengok ke kaca spion, seolah sedang mencari sesuatu yang tak terlihat oleh mata.Lia, yang dud

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Menyiapkan Rencana Selanjutnya

    Lia tak menghiraukan Tedy, ia segera membuka vidio itu. Di mulai dari ruang depan. Tak lupa Heri juga ikut menonton, Excel, pak Budi dan beberapa karyawan sebisa mungkin ikut mengintip saat mereka berdua mengamati vidio tersebut mereka justru dibuat kaget. Bagaimana tidak, dalam rekaman itu tidak kelihatan seorang wanita, hanya terlihat Tedy yang sedang mendesah dan bergoyang sendirian di ruang tamu. Vidionya terlihat menjijikkan sebab Tedy tak memakai sehelai benang apapun. Mereka berdua menonton sampai selesai tiga vidio itu, namun hanya terlihat Tedy sendirian yang seperti prang kesurupan atau mabuk. Sangat jelas vidio itu tak ada siapapun kecuali Tedy sendirian. Setelah selesai menonton vidio tersebut Heri langsung merebutnya dari tangan sang istri dan melemparnya ke arah Tedy, "Sudah nuduh-nuduh enggak jelas ternyata vidio orang stres lagi birahi. Lihat saja sendiri vidio itu sampai selesai, apa kamu enggak merasa malu! Dasar laki-laki berkelainan bikin orang jijik aja!"Menden

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Kesaksian

    Tedy dengan tangan gemetar meraih ponselnya, bersiap menelepon Lia untuk datang dan mendukungnya di kantor. Ia masih yakin, selama Lia ada di pihaknya, semua akan baik-baik saja. Tapi sebelum sempat menekan nomor, pintu kantor terbuka, dan di sanalah Heri bersama Lia masuk dengan wajah tersenyum.Kehadiran mereka membuat ruangan yang tadinya penuh ketegangan seketika menjadi hening. Heri dan Lia terlihat santai, seolah tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Keduanya tampak harmonis, bercakap-cakap ringan sambil berjalan masuk.Heri menatap ke arah Excel dan Pak Budi, lalu bertanya dengan nada heran,“Lagi ada apa ini? Kok ramai?”Excel dan Pak Budi saling pandang sejenak sebelum Pak Budi angkat bicara. “Pak Heri, maaf mengganggu, Tedy ini karyawan OB baru, tadi bikin ulah di kantor. Dia datang dan berani mengancam kami semua. Dia bilang mau mengambil alih posisi Anda dan mengusir kami.”Mendengar penjelasan itu, Heri memandang Tedy dengan wajah terkejut. “Apa? Te

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Teddy Bergaya Sok Bos

    Pagi itu, Tedy berdiri di depan cermin di kosannya, memandangi penampilannya yang baru. Lia baru saja membelikannya kemeja putih dan celana panjang hitam yang tampak lebih rapi dari biasanya. Sarapan pun sudah disiapkan oleh Lia dengan penuh perhatian. Tedy merasa seperti raja, yakin bahwa hari ini adalah awal dari sesuatu yang besar.Lia tersenyum sambil membereskan sisa sarapan, “Mas Tedy, udah waktunya kamu ambil alih posisi Heri. Kamu lebih pantas dari dia. Aku yakin kamu bisa.”Tedy tersenyum lebar, merasa puas dengan perkataan Lia. Ia mengangguk, mengikat dasinya dengan gaya yang baru saja diajarkan oleh Lia. Dengan penampilan yang lebih rapi dari biasanya, ia merasa siap menaklukkan dunia. Dalam pikirannya, Heri hanyalah langkah kecil menuju kekuasaan yang lebih besar. "Aku udah siap jadi bos, Li," kata Tedy sambil merapikan kemejanya. "Mulai hari ini, semua orang bakal liat siapa yang lebih pantas," imbuhnya lagi.Dengan percaya diri yang tinggi, Tedy melangkah keluar dari

  • Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat    Semakin Terjerumus

    Pagi itu, Tedy terbangun dengan mata yang masih berat. Ia meraba tempat tidur di sebelahnya, mencari sosok Lia yang biasanya selalu ada di sana. Namun, yang ia temukan hanyalah dinginnya kasur tanpa kehadiran Lia. Ia bangkit setengah terhuyung, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul satu siang.Tedy bergumam pelan, “Gila, gue ketiduran sampe siang gini.”Tedy menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, mencoba mengingat kejadian semalam. Senyum tipis mengembang di wajahnya. Ia teringat betapa berbeda malam tadi. Lia benar-benar berbeda, begitu liar dan menggairahkan. Bahkan, ia merasa heran pada dirinya sendiri—senjatanya, yang biasanya hanya bertahan sepuluh menit, kini kuat dan bertahan sepanjang malam. Ia keluar lebih dari sekali, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hidupnya.Tedy tertawa kecil, “Lia emang ganas semalam… tapi kenapa aku bisa sekuat itu, ya?”Tedy mengangkat bahu, tak terlalu memikirkan jawabannya. Baginya, semalam adalah malam yang sempurna. Lia pasti sudah

DMCA.com Protection Status