Share

Bab 92

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Silvia begitu bahagia tatkala mendengar apa yang Hary katakan Arsen mencarinya, bukankah itu pertanda yang baik? Putri Delima itu bahkan memberi pesangon untuk semua karyawannya untuk hari ini. Dia begitu bahagia dan berbunga.

“Dia menanyakan diriku. Arsen menanyakan diriku,” kata Silvia ingin menangis karena begitu bahagia.

“Sudah aku katakan, dia akan melihat bagaimana perasaanku padanya,” ucap Silviana kembali.

Silvia membuka laci di mejanya, mengeluarkan foto seseorang yang begitu tampan. Foto Arsen yang saat itu tengah berfoto bersama Alice, tetapi Silvia memotong foto kakaknya.

“Aku berharap ini bukanlah mimpi, aku takut jika ini hanya halusinasiku saja,” katanya dengan wajah memelas, takut sekali jika ini hanya halusinasi dirinya saja. Takut jika apa yang Hary katakan hanya keinginannya saja.

Silvia mengerutkan kening, tatkala ponsel miliknya bergetar. Ia yang penasaran meletakkan foto Arsen dan meraih ponselnya. Ada nomor tak bernama di sana.

“Siapa ya?”

_______________

“M
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 93

    Delima begitu gelisah, ia bahkan tidak bisa tenang setelah mendengar kabar dari Oscar. Ini terlalu mustahil jika dipikirkan seorang diri.“Bagaimana bisa, jelas ada pemakaman,” jaya Delima mulai frustasi, tetapi tatapan dan cara Oscar memberitahunya jelas ini bukan lelucon.“Tidak mungkin Oscar sampai melakukan pembohongan publik kan? Dia … oh, kepalaku seperti akan pecah mendengar berita ini,” kaya Delima lagi.“Eldhan, ya. Pria itu seharusnya tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia yang selalu bersama Oscar selama ini sebelum kami tertangkap,” kata Delima yakin jika Eldhan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jantungnya berdegup kencang, begitu takut dan gemetar tatkala mengetahui fakta yang mengejutkan.Alice dan Oscar mereka berdua mengatakan hal yang sama dan itu sangat mengganggu dirinya. Nasib Silvia terancam, bahkan dia tidak akan mendapat apa pun karena terlibat langsung dalam kejahatan ini.“Jika Oscar tahu, artinya dia ….,” Delima memaki dirinya sendiri. Oscar yang mengkhianati

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 94

    Silviana duduk dengan tenang, menatap Alice yang menatapnya dengan tatapan sayang. Silvana yang tidak sabaran lantas berdusta, “Cepat katakan. Aku sudah bosan di sini melihatmu,” katanya begitu malas.“Ayah yang meminta Eldhan datang, tadi Ibu tidak ingin makan dan ayah pikir kehadiran Eldhan bisa membantu,” jelas Alice.“Omong kosong! Kalian tahu bagaimana mereka berdua mengkhianati ayah dan kakak membelanya?” Alice menghela napas, ia tahu apa yang Silvia rasakan. Berat memang, tetapi jika ayahnya sudah memutuskan apa yang bisa dilakukan? Delima mencintai Eldhan dan menyukai kekayaan ayahnya. Dua hal berbeda yang harus dipisahkan.“Karena itulah ayah memanggilnya. Ibu harus memutuskan semuanya, kan?”Silvia berdiri dari duduknya, tidak tahan dengan pembahasan yang ia sendiri tahu kemana akhirnya. Wanita cantik itu melangkah keluar menuju ruangan ibunya.Sementara Akice, ia hanyalah menghela napas pelan dan berjalan keluar, ia pun memiliki kesibukan lain yang tak bisa ditinggalkan. N

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 95

    Jantung Alice berdebar kencang, wajahnya merah karena malu. Sementara Leonardo, terus memeluknya dari belakang sambil berbisik manja.“Leon,” ucap Alice lirih, ia merasa lemas karena debaran jantungnya terus berdendang.“Katakan,” jawab Leonardo dengan suaranya yang khas, tegas dan terdengar begitu lembut di telinga sang istri.“Aku … lepaskan aku,” katanya merasa darahnya berdesir begitu kencang.“Kamu lupa, ayahmu bilang apa? Kita harus memberinya cucu,” sahut Leonardo tak henti menyunggingkan senyum atas apa yang mertuanya inginkan.Siapa pun pasti menginginkan itu, rumah tangga yang harmonis dengan seorang anak yang lucu. Tidak, Leonardo menginginkan dua anak sekaligus satu mirip ibunya, satu lagi mirip dirinya.“I-iya, tapi aku tidak bisa,” jawab Alice sontak membuat Leonardo melepaskan pelukannya, ia membalik Alice dan meminta penjelasan lebih dalam.“Apa maksudmu tidak bisa? Kamu tidak bisa memaafkan aku dan–”“Dalam satu minggu ke depan, aku tidak bisa karena kehadiran tamu pe

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 96

    Seorang wanita cantik turun dari mobil dengan membawa banyak barang di tangannya. Luna mendekat dan tersenyum lebar tatkala melihat Data dengan belanjaannya.“Selamat malam, Tante,” sapa Dara pada Luna yang sudah menyambut dirinya.“Dara, kamu di sini, Sayang?” sambut Luna merasa heran juga merasa senang.“Aku merindukanmu, Tante jadi ada sedikit oleh-oleh yang kubawa,” katanya tersenyum ramah, ia menunjuk beberapa bawaannya dengan senang hati.“Aku juga membawa untuk nyonya Alice dan pak Leo, di mana mereka?”Luna mendengus, tidak suka dengan cara Dara yang memberikan hadiah pada Alice. “Mereka tidak di rumah. Ayo masuklah!”Dara mengangguk walau hatinya merasa gundah dan enggan. Tujuannya adalah mencari Leonardo dan menjatuhkan Alice, tetapi jika mereka berdua tidak ada, harus bagaimana.“Tante sendiri, ya?” tanya Dara berbasa-basi, ia sudah ingin pergi saja rasanya.“Ada ayah mertuaku, tetapi dia di kamarnya tidak akan keluar jika tidak ada hal penting,” jawab Luna jujur.“Oh, bai

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 97

    Leonardo memasuki rumah dengan hati yang jauh lebih baik, para pelayan bahkan penjaga dibuat heran karena tuan mereka diam-diam terdengar bersenandung. Aura dingin yang biasa terpancar kini terasa lebih hangat.“Di mana ibuku?” tanya Leonardo pada pelayan yang kebetulan lewat di hadapannya.“Nyonya berada di kamarnya, Tuan,” jawabnya sopan.Leonardo mengangguk. “Makan malamku bawa saja ke kamar.”“Baik Tuan,” jawabnya kembali.Leonardo melangkah naik ke kamarnya, masih dengan bibir yang terus terukir dengan senyuman. Seharian di kantor pun ia tak pernah memasang wajah masam seperti sebelumnya.“Hanya seminggu saja, Leon. Setelah itu, ayo membuat buah hati lagi,” gumamnya dengan hati yang berdebar, menyadari jika hatinya menginginkan Alice setiap saat membuatnya berbunga. Alice merubah hidupnya sudah lama tetapi tak pernah ia akui dengan benar.Sementara itu, Alice pun merasakan hal yang sama. Ia tak henti menyebut nama suaminya di depan sang ayah, menyebut semua kebaikan Leobardo pada

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 98

    Alice dan Leonardo menoleh ke arah sumber suara. Di sana, sudah berdiri Dara dengan senyum kaku untuk mereka berdua. Alice melepas diri dari Leonardo dan menjaga jarak seperti biasa.Sementara Leonardo terlihat memasang senyum dan meminta Dara untuk menunggunya di ruang kerja. Dengan berat hati, Dara mengangguk dan melangkah meninggalkan area dapur dengan hati yang patah dan remuk, ia jelas melihat bagaimana Alice dicumbu dengan merara oleh Leonardo tanpa malu dilihat oleh semua pelayan.“Pergilah!” seru Alice dengan senyum kecil di bibirnya.Leonardo mengusap kepala Alice pelan kemudian mengecup pipinya sekilas. “Tunggu aku di kamar setelah selesai, ya.”Leonardo melangkah menjauh dengan langkah lebar. Tak ada raut wajah khawatir di wajahnya selain wajah bahagia. Alice tidak tahu, itu bahagia karena bersama dirinya bertemu dengan Dara.“Alice, jangan khawatir. Leon, sudah menjadi milikmu. Dia … dia tidak mungkin tergoda pada Dara,” gumamnya dengan hati yang mulai gelisah.Pakaian Da

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 99

    Pintu terbuka dengan perlahan, Alice menoleh ke belakang menemukan suaminya masuk dengan wajah tak menentu. Terlihat jelas kegugupannya kontras dengan senyumnya yang kaku.“Apa sudah selesai?” tanya Alice menyambut suaminya.Leonardo mendekat dan meraih Alice masuk dalam pelukannya. Hal kecil yang bisa membuat berdebar.“Alice, aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku dan Dara tidak memiliki hubungan yang seperti kamu kira,” ucap Leonardo seolah begitu takut Alice akan melihat keburukannya.“Sudah sering kamu ucapkan. Aku percaya jika kalian tidak memiliki hubungan apa pun. Akan tetapi, bolehkan aku tetap cemburu?” tanya Alice sendu.Leonardo semakin mengeratkan pelukannya. “Kamu boleh. Kamu berhak cemburu karena mencintaiku. Aku yang bersalah karena terus menyakitimu.”Keduanya terdiam sesaat, di dalam hati Alice, tetap saja dirinya bukan siapa-siapa meski Leonardo sudah menerima dirinya. Hingga suara deringan ponsel Leonardo terdengar. Alice melepas pelukan mereka dan menjauh sed

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 100

    Setibanya di kantor Leonardo langsung memasuki ruang pertemuan. Beberapa orang penting yang berada di sana kembali mendudukkan diri di kursi mereka karena batal kembali.Sementara Dara dan Bram langsung bernapas lega karena Leonardo walaupun hampir merusak kerjasamanya, tetapi terlihat jelas jika beberapa orang yang datang tetap tenang dan bernapas lega.“Maaf karena keterlambatan saya, Pak.” Leonardo menundukkan kepala karena benar-benar merasa menyesal.Salah seorang diantara mereka mengangguk tak masalah. “Kami mengerti Pak. Anda tak perlu merasa tidak enak hati.”Leonardo memberikan senyum hangatnya, kemudian duduk dan berterima kasih. Ia pun meminta Dara untuk langsung saja memulai rapat mereka, setelah itu dilanjutkan dengan beberapa keluhan yang keluar hingga mencari jalan keluar dengan cepat.Dara diam-diam tersenyum sambil menunduk, rasa kagum dan rasa cinta semakin besar untuk Leonardo tak bisa lagi ia sembunyikan. Bahkan Bram yang berada di sana hanya menggeleng karena mera

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 170

    Alice histeris, ia terkejut hingga wajahnya memerah. Leo yang awalnya kesal langsung menyeringai, seperti mendapat ide lain untuk membalas dendam pada sang istri.“Apakah kamu ingin mengulangi lagi?” bisiknya tepat di telinga Alice yang sudah membungkus dirinya dengan selimut.“Tidak! Pergilah!” jeritnya tak kuasa jika harus melakukan hal itu.Sudut bibir Leo tertarik membentuk senyuman kecil, ia menarik paksa selimut tebal yang melilit tubuh istrinya dan kembali melanjutkan aktivitas mereka.Alice yang awalnya memberontak pada akhirnya pasrah. Ia tak bisa bebas dalam cengkraman Leo yang semakin ganas.________“Damian, aku lelah,” kata Laila pada saudaranya, “kita cari ibu saja.”Damian yang tengah mengelus rambut kuda besar menoleh, ada Arsen bersama mereka di sana.“Ayo, mungkin saja ibu sudah terlihat,” katanya yakin. Damian mendongak pada Arsen yang lebih banyak diam, pria yang mereka panggil ayah itu sepertinya sangat kelelahan.“Ayah, kita masuk. Aku juga lapar,” terangnya sud

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 169

    Di dalam kamar yang begitu besar dan mewah. Boneka serta mobil-mobilan berbagai ukuran ditata dengan sangat rapi. Tidak hanya itu, foto Alice dan Leo terpasang begitu besar di dalam kamar tersebut, entah apa yang Oscar pikirkan hingga tetap memberikan tempat untuk menantu lelakinya.Di dalam kamar tersebut, dua orang dewasa sesaat saling terpaku tatkala menyaksikan dekorasi yang begitu indah dan terkesan menyentuh hati.Menghela napas, perlahan Leo meletakkan anaknya di sisi sebelah kiri, pun dengan Alice yang melakukan hal yang sama. Setelah itu, Alice mengecup kening kedua anaknya.“Terima kasih karena telah menjemput kami,” kata Alice masih terkesan dingin dan acuh.Leonardo mendengus, sikap Alice semakin memberikan kebimbangan pada dirinya. Ia menahan tangan sang istri yang hendak meninggalkan kamar. Pria itu, dengan kasar menarik tangan Alice dan merapatkannya dalam pelukan. Alice melototkan kata, ia tak bisa mengeluarkan suara kencang karena takut kedua anaknya terbangun dan me

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 168

    Langit begitu cerah seolah bersaksi jika pertemuan ini adalah yang paling dinanti. Di antara hamparan bunga mawar yang tertata rapi, dua orang dewasa tengah duduk di bangku taman dengan tatapan lurus pada ayunan yang bergoyang.Di depan sana, kedua anak kembar dengan nama yang berbeda tengah bermain sambil bercengkrama.“Alice …,” ujar Leo dalam.“Bagaimana bisa kamu sampai di tempat ini?” balas Alice tanpa menoleh.Sudut bibir Leo terangkat sebelah, membentuk sebuah seringai tajam, “Bukankah seharusnya kamu minta maaf padaku? Kamu mencuci otak anakku dengan kejamnya.”Terdiam dengan napas terengah, ia menelengkan kepala menatap pria yang telah banyak berubah bentuk fisiknya.“Mencuci? Tidakkah kamu merasa jika kata-kata itu terlalu menyakitkan?” desis Alice tak menerima tuduhan itu.“Lalu apa?” balas Leo membalas tatapan wanitanya, jantungnya berdebar, ia bahkan menahan diri dengan keras untuk tidak memeluk, “jelas sekali kedua anakku tidak menyambutku, mereka bahkan melihat asing pa

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 167

    “Tentu saja, ayah harus ikut,” kata Alice pada kedua anaknya. Untungnya kini kedua anaknya tidak lagi bertanya banyak hal padanya. “Syukurlah! Aku sangat khawatir jika Ayah tidak datang," katanya jujur.“Panggil dia paman setelah kita sampai di sana, ya.” Alice mengusap kepala anaknya. Ia merasa takut Arsen semakin risih dengan panggilan itu.“Kenapa? Apakah karena kalian tidak bisa bersama?” tanya Laila polos, “Ibu, tidak apa jika tidak bersama, dia tetap ayahku.”Damian melirik adiknya. Sebenarnya dia begitu penasaran dengan orang dewasa. Ibunya tidak memasang foto ayahnya di manapun, tetapi memasang foto pria lain di ponselnya.“Ibu, bolehkah aku bertanya?” Damian meriah tangan ibunya kemudian mendekapnya di dada.“Katakan saja, Sayang?” jawab Alice dengan lembut.Damian dan Laila saling lirik, bocah kecil itu berkata dengan sangat hati-hati, “Foto siapa yang berada di ponsel ibu? Matanya … sangat mirip dengan mataku.”Jantung Alice berdebar kencang, hal ini yang paling ditakutkan

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 166

    Sampai di rumah sang kakak, Alisa langsung sigap memantau semua pekerjaan tukang. Sebenarnya, di rumah ibunya, kamar bayi sudah disiapkan oleh kakeknya.Sangat disayangkan sekali, Alice meninggalkan rumah dengan alasan yang sampai sekarang pun tak diketahui penyebabnya.Syukurnya, kakeknya—Horison berjiwa yang lapang, dua kamar bayi yang disiapkan masih tetap bersih hingga sekarang.Pria itu, yakin penerus keluarganya pasti akan kembali ke rumahnya.“Nona, bagaimana dengan foto ini, kami letakkan di mana?” tanya si tukang pada Alisa, memang Alisa yang meminta mereka menunggu untuk urusan foto tersebut.Alisa masuk ke dalam kamar yang hampir selesai, terlihat indah dengan satu ranjang besar sesuai dengan keinginan kakaknya."Letakkan saja di atas. Aku rasa di sanalah tempat yang paling baik," katanya setelah lama menimbang.“Baik Nona,” jawabnya langsung meminta para pekerja yang lain untuk melakukan pekerjaannya. Ini adalah pekerjaan terbaik bagi mereka karena diberi kesempatan untuk

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 165

    Di bawah pohon yang rindang, empat kepala tengah berbaring menghadap ke atas. Di sekeliling mereka rumput hijau yang berbunga tumbuh subur semakin menambah keindahan.“Jadi, kalian tidak ingin jujur kepada Ibu?” tanya Alice mencoba mengulik apa yang terjadi. Damian dan Laila saling lirik, “Ibu, kami tidak merahasiakan apa pun darimu,” kilah Damian menolong adiknya.“Benarkah? Kenapa ibu mereka jika kalian berdua mulai menyembunyikan sesuatu, ya.” Alice membalik tubuhnya seperti tengkurap, menatap ketiga orang di hadapannya masih berbaring menatap ke langit biru. “Ayah, tolong beritahu ibu,” bujuk Laila berkata lembut.Baru saja Arsen akan bersuara, Alice langsung berdehem, “Jangan meminta tolong pada Ayahmu. Dia masih Ibu hukum karena kesalahan yang lain,” tukas Alice memicing tajam.Damian dan Laila terkekeh bersama, "Ayah, kali ini, kami tidak bisa menolong," kata Damian, ia menarik adiknya dan bermain bersama.Mendengus pelan, Damian dan Alice pun ikut bangkit dari tidurnya.“Ka

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 164

    Di sebuah ruangan yang gelap. Seorang pria tengah duduk dengan kedua tangan menutup wajah. Bayangan sang istri terus berputar di dalam benaknya. “Bahkan dia tidak ingin membalas pelukanku dariku,” gumamnya memecah keheningan malam. “Di mana dia menyimpan anak-anakku. Wanita itu …,” geramnya menyadari jika tadi ia tak melihat dua anak yang Bram ungkapkan padanya.Leonardo menoleh tatkala mendengar suara ketukan pintu, ia melangkah malas ke arah sumber suara. Membuka pintu dan menemukan pelayan perempuan berdiri di sana.“Katakan!” serunya malas. Cahaya dari luar menerangi kamarnya yang masih gelap. Hal yang selalu Leo lakukan selama kepergian istrinya.“Saya sudah meminta nona Dara seperti yang Anda perintahkan, tetapi beliau memutuskan untuk tetap tinggal di luar rumah, Tuan,” lapornya.Leonardo mendengus kasar, “Biarkan saja. Kalian lebih baik tidur karena besok pagi Alisa dan beberapa tukang akan datang,” kata Leo, “siapkan apa saja yang seharusnya kalian siapkan,” sambungnya lagi

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 163

    Mendengus kasar, Leo menarik Alice masuk ke dalam mobilnya, mengabaikan panggilan dari supir istrinya yang terlihat khawatir.“Lepaskan aku!” sentak Alice lagi, ia mencoba keluar, tetapi Leo mengunci pintu mobil dengan cepat.“Leon, tolong biarkan aku pergi,” katanya dengan tatapan memelas. Ia tidak bisa pulang terlambat malam ini.“Tidak akan! Aku tidak akan melepaskan dirimu lagi, Alice! Tidak akan!” balas Leo dengan nada marah.Berdecak, Alice berpikir cepat, kedua anaknya bisa marah jika dia tak kembali lebih awal malam ini. Namun, bagaimana cara membicarakan ini pada Leon? Pria di sebelahnya tak boleh mengetahui keberadaan mereka berdua.Leo yang melihat istrinya tengah gelisah, hanya menyeringai, ia tahu jika Alice tengah dilanda kekhawatiran yang dalam saat ini.“Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku lagi, Alice. Jadi jangan harap kamu bisa lepas dariku,” desis Leo dengan suara yang berat.“Leon jangan bercanda. Aku tidak bisa ikut denganmu malam ini,” katanya memelas.

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 162

    “Beri aku 500 dolar,” kata Silvia pada sang kakak. Wanita bermata indah itu berdecak karena gaun miliknya kini tidak bisa dikenakan lagi.Tidak sampai lima menit, ponsel mahal milik Silvia mengeluarkan bunyi notifikasi. Wanita cantik itu lantas menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya.“Wah, uangku langsung masuk,” decak Alisa dengan mata berbinar pada nominal yang masuk di ponselnya. Ia mendapatkan nilai lebih.“Gunakan dengan baik. Itu karena kamu sudah menyelamatkan hidupku tadi,” seloroh Leo senang karena akhirnya terbebas dari Lucas dan putrinya.“Ya. Aku berharap Kakak tidak menjatuhkan hati padanya. Lihatlah, tubuhnya sangat kurus dan … riasannya sangat mencolok.”“Alisa,” tegur Leo lembut, tetapi penuh ketegasan, ia tidak ingin adiknya menjadi terbiasa membicarakan keburukan orang lain.“Ya. Baiklah!”Lisa menyandarkan punggung di sandaran mobil, mengingat kembali apa yang dilihatnya di pesta tadi. Ia melirik kakaknya yang tengah serius menatap foto wanita hamil di layar

DMCA.com Protection Status