Share

Bab 85

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Leon, ini bukan jalan seharusnya kan?” tanya Alice bingung karena jalan yang mereka ambil berlawanan arah dengan yang Arsen lewati.

Leonardo tidak menjawab sekata pun. Ia terus melajukan mobilnya dengan wajah tenang dan dingin. Sementara Alice sejak tadi terus melihat ke arah mana mereka pergi. Ia ingin tahu, kemana Leonardo akan membawa dirinya.

“Leon, tolong putar balik, aku–”

Alice tidak tahu harus mengatakan apa. Ingin marah, tetapi takut jika Leonardo lebih marah padanya. Namun, jika dibiarkan mereka bisa saja tidak akan sampai pada tujuan.

Leonardo menepikan mobilnya tepat di bawah pohon yang rindang. Sudah berusaha mendapatkan kesempatan agar bisa bersama Alice, dia akan berusaha untuk tetap tenang agar Alice tidak mencoba keluar dan meninggalkan dirinya.

Setelah mematikan mesin mobil dan mengatur napas, Leonardo menoleh pada Alice yang terlihat sangat kesal. “Apa kamu mulai tidak suka dekat denganku?”

Alice mengehala napas, “Daripada menanyakan itu, lebih baik kita kembali ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 86

    Tiba di tempat tujuan. Leonardo tersenyum karena Alice masih setia dengan tidurnya. Sejak di jalan, Alice terus mengomel karena perjalan panjang mereka tak berujung. Dengan perlahan ia membawa Alice dalam gendongannya, meneliti setiap Pahan wajah cantik sang istri.'Oh God, apa dia memang sudah cantik sejak dulu?’ batinnya menyadari kecantikan Alice.Tiba di kamar yang sudah di pesannya sejak beberapa jam lalu. Leonardo membawa masuk dan meletakkan Alice dengan perlahan di atas kasur. Membuka dengan hati-hati sepatu yang Alice pakai serta membuka ikatan rambut Alice dengan gunting kecil.“Nah, seperti ini jauh lebih baik. Seharusnya dia tidak mengenakan ikat rambut tadi,” gumamnya merasa puas karena benda kecil harga jutaan rupiah itu berhasil ia putuskan dengan mudah.Setelah memastikan Alice tidur dengan nyenyak, Leonardo keluar dengan langkah pelan, ia harus menghubungi Bram dan memastikan mereka sampai dengan selamat.Namun sebelum ia menekan nomor Bram, telepon dari seseorang yan

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 87

    Leonardo merasa udara di sekitarnya semakin menipis, kata-kata Alice selalu berhasil membuatnya tertampar berulang kali. Wanita di hadapannya ini seperti membawa dendam yang begitu besar untuknya.“Alice. Kenapa masih mengungkit ini, aku tahu aku bersalah padamu, tetapi bukankah kamu juga bersalah?” Alice mengangkat wajah, terlihat ada kerutan halus di wajahnya. “Kamu benar, aku bersalah karena pernah mencintaimu dengan sangat, tetapi dengan bodohnya aku tetap bertahan.”Leonardo mengusap wajahnya, ia mendekat dan memegang tangan Alice untuk pertama kalinya. “Dengarkan aku. Aku bersalah, aku tidak tahu jika kamu–”“Apakah kamu takut perubahanmu jatuh, karena tahu aku anak Oscar?” potong Alice dengan pertanyaan yang sarkas. Ia semakin yakin jika Leonardo memang tidak pernah mencintai dirinya dengan tulus.Alice tersenyum getir, melepas dengan pelan tangannya. “Sudah aku katakan, tidak akan terjadi hal buruk pada perusahaanmu. Aku tidak segila itu sampai membawa masalah pribadi pada

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 88

    Leonardo menghela napas, ia bahkan tak diberi kesempatan untuk menjelaskan. Alice berlalu dengan cepat dan sudah masuk ke dalam mobil. Putra pertama Luna itu membayar tagihan dan keluar dengan langkah cepat. Di dalam mobil, Alice tengah menelepon dengan orang lain dan itu berhasil membuat hati Leonardo mendidih. Ia membuka pintu dengan kasar dan menghidupkan mobil dalam keadaan diam.Sementara Alice hanya mengedikkan bahu dan tetap melanjutkan obrolannya. Ia berusaha untuk tidak memperdulikan Leonardo. “Baiklah, kalau begitu bekerjalah dengan benar. Kapan-kapan aku akan datang dan berkunjung denganmu,” kata Alice setelah obrolan panjang mereka. Leonardo yang mendengar itu bernapas lega, setidaknya ia tak harus mendengar Alice tertawa tetapi bukan untuknya.Masih di tengah jalan yang sunyi, Leonardo memutar musik romantis untuk mengubah situasi yang menegangkan diantara mereka. Alice menyandarkan punggungnya dan membelakangi Leonardo. Wanita itu lebih sibuk menatap ke luar jendela me

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 89

    “Tidak!” seru Alice tegas, wajah memerah, jantungnya berdebar, apalagi ketika otak kecilnya mengingat bayangan semalam. Ia menggeleng kuat sambil menutup mata.Menyaksikan itu Leonardo tersenyum kecil, ia meraih pundak Alice agar mereka saling menghadap. Dengan tatapan memuja, mengusap wajah merah sang istri. “Wajahmu merah, kamu sakit?”Alice menjauhkan diri, tetapi lagi-lagi Leonardo meraih dirinya dan memasukkan dalam dekapannya. “Kenapa suka sekali menghindar? Bukankah dulu, kamu ingin aku seperti ini?”“Sebelum kamu dan Dara–”“Aku tidak tidur dengannya!” ucap Leonardo dengan suara dingin, ia tidak tahu bagaimana Alice tahu tentang hal ini, tetapi apa yang dituduhkan padanya itu tidak benar. Mereka memang satu ranjang, tetapi tidak melakukan apa pun karena Leonardo memutus tidur di sofa malam itu.“Aku tidak percaya,” balas Alice masih yakin jika Leonardo berbohong padanya.“Tidak! Aku tidak akan berbohong demi nama baikku,” jawab Leonardo tegas, “aku tidak tahu dari mana kamu me

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 90

    “Bagaimana, apa kamu senang?” tanya Leonardo pada Alice yang baru tiba dari aksinya berlarian di pantai.“Heum, aku senang,” jawabnya singkat. Alice duduk di sebelah Leonardo, meluruskan kaki dan menghadap pada lautan yang luas. “Kamu tahu, ibuku selalu membawaku ke pantai ketika liburan tiba,” katanya mengingat masa lalunya, “tetapi, setelah kehadiran Silviana dan ibunya hidupku berubah mengerikan.”Leonardo menoleh, ia merasa ikut bersalah karena terlibat membuat hidup Alice menderita selama ini. Karena itulah, kali ini, ia akan menembus dosa yang pernah ia lakukan selama mereka menikah.“Boleh aku tahu di mana ibumu?” tanya Leonardo hati-hati. Ia bahkan mereka sangat malu karena tidak tahu seluk beluk ibu mertuanya.Alice menoleh, ia memberikan senyum yang lain, senyum aneh yang sangat sulit Leonardo ungkapkan. “Ibu … ibu ada di antara kita,” katanya dengan senyum penuh arti, “ibuku memilih untuk tidak terlibat di antara kita dan aku hormati keputusannya.”Leonardo mengeritkan ken

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 91

    Malam hari, Alice tiba di rumahnya. Ia mengerutkan kening karena Delima sudah menunggu dirinya di rumah keluarga. Wanita itu terlihat mendekat dan memasang wajah tidak suka pada putri sambungnya.“Begini ternyata kelakuanmu, pamit bekerja tahunya pergi bersama pria yang kamu anggap tidak penting,” sarkas Delima dengan tatapan sengit.Alice menghela napas pelan, ia mendekat dan menatap jam dinding rumahnya. “Bu, bukankah seharusnya Ibu istirahat, lihatlah sudah malam.”Delima mendengus, “Kenapa kamu kembali? Apakah ingin merebut milik Silviana—putriku?”“Bukankah seharusnya yang selama ini merebut milik ibuku adalah kalian? Ibu bahkan merencanakan sesuatu untuk kepergian ibuku,” kata Alice dengan tatapan dingin, terdengar lembut, tetapi ada sesuatu yang menusuk di dalamnya.Delima mengepalkan tangan, merasa jika Alice semakin berani melawan dirinya. Wanita itu mendekat dan meraih tangan Alice.“Pergilah! Jangan kembali lagi!” usirnya menyentak tangan Alice hingga hampir terhempas. Har

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 92

    Silvia begitu bahagia tatkala mendengar apa yang Hary katakan Arsen mencarinya, bukankah itu pertanda yang baik? Putri Delima itu bahkan memberi pesangon untuk semua karyawannya untuk hari ini. Dia begitu bahagia dan berbunga.“Dia menanyakan diriku. Arsen menanyakan diriku,” kata Silvia ingin menangis karena begitu bahagia.“Sudah aku katakan, dia akan melihat bagaimana perasaanku padanya,” ucap Silviana kembali.Silvia membuka laci di mejanya, mengeluarkan foto seseorang yang begitu tampan. Foto Arsen yang saat itu tengah berfoto bersama Alice, tetapi Silvia memotong foto kakaknya.“Aku berharap ini bukanlah mimpi, aku takut jika ini hanya halusinasiku saja,” katanya dengan wajah memelas, takut sekali jika ini hanya halusinasi dirinya saja. Takut jika apa yang Hary katakan hanya keinginannya saja.Silvia mengerutkan kening, tatkala ponsel miliknya bergetar. Ia yang penasaran meletakkan foto Arsen dan meraih ponselnya. Ada nomor tak bernama di sana. “Siapa ya?” _______________“M

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 93

    Delima begitu gelisah, ia bahkan tidak bisa tenang setelah mendengar kabar dari Oscar. Ini terlalu mustahil jika dipikirkan seorang diri.“Bagaimana bisa, jelas ada pemakaman,” jaya Delima mulai frustasi, tetapi tatapan dan cara Oscar memberitahunya jelas ini bukan lelucon.“Tidak mungkin Oscar sampai melakukan pembohongan publik kan? Dia … oh, kepalaku seperti akan pecah mendengar berita ini,” kaya Delima lagi.“Eldhan, ya. Pria itu seharusnya tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia yang selalu bersama Oscar selama ini sebelum kami tertangkap,” kata Delima yakin jika Eldhan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jantungnya berdegup kencang, begitu takut dan gemetar tatkala mengetahui fakta yang mengejutkan.Alice dan Oscar mereka berdua mengatakan hal yang sama dan itu sangat mengganggu dirinya. Nasib Silvia terancam, bahkan dia tidak akan mendapat apa pun karena terlibat langsung dalam kejahatan ini.“Jika Oscar tahu, artinya dia ….,” Delima memaki dirinya sendiri. Oscar yang mengkhianati

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 163

    Mendengus kasar, Leo menarik Alice masuk ke dalam mobilnya, mengabaikan panggilan dari supir istrinya yang terlihat khawatir.“Lepaskan aku!” sentak Alice lagi, ia mencoba keluar, tetapi Leo mengunci pintu mobil dengan cepat.“Leon, tolong biarkan aku pergi,” katanya dengan tatapan memelas. Ia tidak bisa pulang terlambat malam ini.“Tidak akan! Aku tidak akan melepaskan dirimu lagi, Alice! Tidak akan!” balas Leo dengan nada marah.Berdecak, Alice berpikir cepat, kedua anaknya bisa marah jika dia tak kembali lebih awal malam ini. Namun, bagaimana cara membicarakan ini pada Leon? Pria di sebelahnya tak boleh mengetahui keberadaan mereka berdua.Leo yang melihat istrinya tengah gelisah, hanya menyeringai, ia tahu jika Alice tengah dilanda kekhawatiran yang dalam saat ini.“Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku lagi, Alice. Jadi jangan harap kamu bisa lepas dariku,” desis Leo dengan suara yang berat.“Leon jangan bercanda. Aku tidak bisa ikut denganmu malam ini,” katanya memelas.

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 162

    “Beri aku 500 dolar,” kata Silvia pada sang kakak. Wanita bermata indah itu berdecak karena gaun miliknya kini tidak bisa dikenakan lagi.Tidak sampai lima menit, ponsel mahal milik Silvia mengeluarkan bunyi notifikasi. Wanita cantik itu lantas menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya.“Wah, uangku langsung masuk,” decak Alisa dengan mata berbinar pada nominal yang masuk di ponselnya. Ia mendapatkan nilai lebih.“Gunakan dengan baik. Itu karena kamu sudah menyelamatkan hidupku tadi,” seloroh Leo senang karena akhirnya terbebas dari Lucas dan putrinya.“Ya. Aku berharap Kakak tidak menjatuhkan hati padanya. Lihatlah, tubuhnya sangat kurus dan … riasannya sangat mencolok.”“Alisa,” tegur Leo lembut, tetapi penuh ketegasan, ia tidak ingin adiknya menjadi terbiasa membicarakan keburukan orang lain.“Ya. Baiklah!”Lisa menyandarkan punggung di sandaran mobil, mengingat kembali apa yang dilihatnya di pesta tadi. Ia melirik kakaknya yang tengah serius menatap foto wanita hamil di layar

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 161

    “Sudahlah Kak, jangan lagi membahas ini,” kata Alisa jengah. Setiap bertemu kakaknya yang dibahas adalah pertunangan yang sudah terlanjur terjadi.Leo mendengus, “Semoga kamu dan dia bahagia,” kata Leo mendoakan, ia tidak ingin adiknya menyesal karena terpaksa memilih jalan lain.“Aku bahagia. Lagipula, aku bukan wanita bodoh yang harus menunggu pria tidak peka seperti dia,” sindir Alisa pada Bram yang sudah berada di dalam ruangannya.Alisa menghela napas pelan, “Ada apa Kakak memanggilku?”Mendesah dengan jawaban adiknya, “Aku ingin kamu membantuku mencari model kamar anak yang lucu. Aku–”“Kakak ingin mengadopsi anak? Tidak boleh, Kak!” potong Alisa cepat.“Ibu tidak akan suka, lagipula, kamu bisa menikah dan dapatkan anak dengan mudah,” papar Alisa lagi. Sudah lima tahun, ini bukan waktu yang sebentar untuk menahan rindu, ia yakin kakaknya sangat kesepian dan menderita selama ini.“Jaga ucapanmu. Patuhi saja, besok kamu libur, datang kerumah dan minta tukang untuk menyelesaikan se

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 1 60

    Leo kembali ke rumahnya dengan rasa malu yang besar. Ayah mertuanya menguliti dirinya dengan begitu santai. “Ayah memang benar, aku memang tidak bisa mengambil keputusan dengan benar,” gumamnya.“Aku senang karena akhirnya ayah menjagamu, Alice. Akan tetapi, tetap saja aku khawatir, siapa yang mengurus makanmu ketika kamu malas untuk bergerak?”Leonardo menghempaskan diri di atas sofa, menutup wajah dengan tangan kekar. Penyesalan yang teramat besar dan mendalam, ia tahu istrinya baik-baik saja, tetapi tak memiliki kekuatan untuk berjumpa bahkan melihat wajahnya.Leonardo mendesah, ia menatap foto yang berada di dinding, foto—Alice dengan senyum indah ketika mereka liburan. “Apakah kamu tidak merindukanku, sudah dua malam dan kita tidak saling memeluk, Sayang,” gumamnya merasa dunianya hancur.Beralih dari tempatnya, Leonardo masuk ke dalam bilik ruangannya, ruangan yang memisahkan dirinya dan Alice dalam jangka waktu yang lama. Bilik yang membuatnya banyak menyesal karena tak banya

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 159

    Leo membuang napas, menatap tumpukan berkas yang Bram bawa untuknya. Sementara, hatinya masih gelisah karena Alice belum ditemukan.Ia meraih ponselnya yang terletak tidak jauh dari tumpukan, masih berharap ada kabar baik untuk menemukan keberadaan istrinya.Dalam keheningan dan kekacauan pikirannya, ia menekan nomor seseorang, berharap kali ini ia mendapatkan informasi yang lebih akurat.“Halo, Silvia,” katanya setelah wanita di belahan sana menerima cepat panggilan darinya.“[Halo, kakak ipar, tidak biasanya menelepon, ada apa?]” jawab Silvia langsung tanpa basa-basi.“Alice. Sejak pagi dia belum kembali, apakah dia menemuimu?”Beberapa saat hening, mengantarkan rasa khawatir semakin membesar, “Kak, sudah beberapa hari aku tidak bertemu Kak Amelia,” jawab Silvia, “saat ini aku berada di kediaman ibuku, jadi kami belum bertemu sama sekali.”Semakin gelisah dan rapuh, harus bagaimana sekarang? Tidak seorang pun mengetahui keberadaan istrinya. Tidak ibu mertuanya bahkan adik iparnya.“

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 158

    Seorang wanita paruh baya sedikit berlari ke arah ruang tamu setelah mendapat laporan dari pelayan.Ia begitu terkejut karena belum beberapa hari tinggal di rumah ini, sudah beberapa tamu yang mendatangi dirinya.Leonardo menoleh dan langsung berdiri. Ia terpaku melihat wanita yang pernah ditemui kini terlihat lebih cantik dan segar.“Nyonya, senang bertemu lagi denganmu,” kata Leo masih belum terbiasa.Amanda mendekat dengan senyum ramah. “Panggil aku Ibu. Kamu menikahi putriku,” ujarnya masih ramah.“Ibu, maafkan aku,” ucap Leo menyesal.Amanda mengangguk meminta Leo duduk meski ia merasa sedikit aneh. “Kamu sendiri, di mana Alice?” Leonardo terpaku, tak menyangka jika pernyataan itu akan keluar. Menelan saliva, “Ibu, sebenarnya tujuanku datang untuk mencari Alice,” kata Leo berterus terang, “dia meninggalkan rumah dan belum kembali.”Terkejut, tetapi Amanda mencoba untuk tenang, ia bisa melihat bagaimana ke khawatiran Leonardo atas kepergian putrinya.“Sudah mencari di rumah ayah

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 157

    Leo mengendarai kembali mobil miliknya dengan kecepatan penuh. Pria itu, tak mementingkan keselamatan agar lebih cepat sampai dan menemukan Alice—istrinya.“Aku tidak akan membiarkan Arsen mengambil kesempatan atas keterpurukan istriku. Tidak akan,” katanya dengan tatapan marah.Karena terlalu laju membawa mobilnya, pria yang tengah gelisah itu, hampir saja menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti dipinggir jalan. Suara decitan terdengar memekakkan telinga pengedara yang lain.Tak ada waktu untuk meminta maaf, Leo dengan cepat melajukan mobil ke arah kediaman Arsen. Pria itu, menang yang paling memungkinkan mendekati istrinya.Sesampainya di kediaman Arsen, Leo melihat mobil pria yang menjadi rivalnya dalam cinta itu melaju ke arah berlawanan. Terlihat terburu dan mencurigakan.“Sial. Apakah dia tahu aku akan datang,” kata Leo, ia menghidupkan lagi mesin mobil menyusul Arsen yang terlihat terburu-buru.Seperti terlihat saling kejar, tetapi jelas Arsen tidak tahu jika dirinya diikuti dar

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 1 56

    “Selamat pagi, Kak,” sapa Alisa, “eh maksud saya, Pak.”Alisa menggaruk tengkuk karena ketahuan lupa lagi. Wanita dengan penampilan modis serta riasan sedikit berani itu berjalan di belakang Leo dengan langkah yang seksi.Di belakang, Bram sampai menunduk karena tak sanggup dengan cara Alisa yang semakin berani berpenampilan.“Pak, bagaimana tidur Anda, kulihat–”“Apa jadwalku hari ini?” tanya Leo memotong ucapan tidak masuk akal dari Lisa.Mendengus kasar, “Pak kita bahkan belum sampai di ruangan, biarkan saya bernapas dulu,” jawab Lisa kesal karena kakaknya terlalu menekan dirinya.Leonardo menatap sinis pada adiknya, hari ini suasana hatinya sedang kacau, tetapi Alisa sengaja membuatnya semakin buruk.“Maaf saya terlambat.” Bram masuk ke dalam ruang besi, menekan tombol paling atas setelah mengatur napas.Leonardo berdecak, “Lain kali jangan terlalu banyak mengobrol pada mereka Bram. Fokus pada dirimu saja,” kata Leo sembari melirik sinis pada adiknya yang langsung melakukan aksi g

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 155

    “Terima kasih, Pak.” Dara melingkarkan tangan erat pada pinggang alot Leonardo. Wanita yang hampir saja melompat dari gedung apartemen itu, berhasil dibujuk dan diselamatkan.Tangan Leo masih menggantung, tak membalas pelukan itu sama sekali. Dara—merasa hatinya tercubit dengan sikap Leo yang semakin dingin padanya.“Pak …,” ucap Dara lirih.“Apa kamu gila? Kamu bisa mati sia-sia Dara.” Leo melepaskan pelukan Dara sedikit kasar. Pria itu, menatap kesal pada sekretarisnya yang semakin tidak masuk akal.Dara menunduk takut. Tangannya saling bertaut dengan air mata yang mulai bercucuran.“Saya tidak bisa berpikir dengan benar, Pak. Rasa cinta saya yang begitu besar membuat saya tidak tahu harus melakukan apa,” kata Dara masih dengan posisi menunduk.“Kenapa tidak mengerti juga Dara, ini salah. Kamu menutup hati untuk orang lain hanya untuk rasa yang tak terbalas,” balas Leo mulai melembutkan suaranya.Dara mendongak, tatapannya sayu dengan air masih mengenang di kelopak mata. “Pak, ini s

DMCA.com Protection Status