Share

Bab 50

Penulis: Ayesha Razeeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-02 22:04:30

Hari berlalu semakin cepat, hari di mana Leonardo akan keluar kota akhirnya tiba. Pria itu, pagi-pagi sekali juga bersiap dengan pakaian yang sudah Alice siapkan sejak malam hari.

Hubungan mereka masih tetap sama, dingin dan juga hampa. Namun, Alice tak pernah mengeluh selama Leonardo masih menerima dirinya di dalam rumah.

“Ini tasmu.” Alice memberikan tas kerja suaminya dengan wajah yang sedih. Mereka baru saja bertemu setelah dirinya di rawat dan sekarang Leonardo sudah harus pergi meninggalkan dirinya.

“Ingat kataku. Jangan membuat ibu marah, jaga dia dan perhatikan makanannya,” kata Leonardo penuh harap. Ibunya tengah tidak sehat karena terlalu sering marah.

“Baik, aku akan menjaga ibu dengan benar. Tolong percaya padaku, ya.”

Leonardo menghela napas, Alice begitu semangat tiap harinya sedangkan dirinya tak pernah diterima dengan benar di rumah. Ia menatap istrinya lagi, “Apa kamu tidak lelah? Jika lelah–”

“Aku tidak lelah, Leon. Aku akan tetap berada di sampingmu sampai kamu send
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 51

    Alice yang baru saja selesai dengan rutinitasnya. Kembali ke kamarnya dengan tubuhnya lelah dan lemas. Seharian dia hanya makan sedikit saja dan belum makan apa pun setelahnya karena Luna menyembunyikan semua makanan yang ada di atas meja. Terpaksa Alice hanya membawa dua buah apel naik ke kamar untuk mengganjal perutnya yang lapar.Selesai mandi, Alice meraih satu apel dan langsung memakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Perutnya terasa perih sejak sore.“Kenapa ibu tega sekali padaku,” katanya dengan nada yang lemah. Satu gigitan habis, ia menggigit bagian yang lain hingga menghabiskan setengah buah apel yang manis. Alice tersenyum cerah karena perutnya sudah terisi dengan sempurna dengan sepotong apel merah yang manis.“Ah, terima kasih apel, aku berhutang banyak padamu.” Alice meletakkan sisa apel ke atas piring lalu, meriah ponsel yang yang Arsen berikan padanya.Ponsel yang Leonardo berikan padanya saat itu, sudah hancur saat kecelakaan terjadi. Alice menghela napas pela

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 52

    Tengah malam, Alice yang tiba-tiba lapar kembali terbangun. Ia melirik satu apel lain yang masih tersisa di atas meja. Ia mengeluh karena terpaksa harus bangun sedangkan dirinya masih sangat mengantuk.Baru saja ia menurunkan kakinya, ponselnya terlihat menyala. Ia raih dengan perlahan dan tersenyum mendapati nomor Leonardo tertera di sana.Alice mengerutkan kening karena tak biasanya Loenardo mengirim sebuah foto padanya. Rasa penasaran yang besar membuatnya langsung membuka tanpa memikirkan hal lain selain kerinduan.Senyum yang tadinya terlihat cantik kini berubah menjadi lengkungan kesedihan. Sebuah foto kaki telanjang di bawah selimut. Terlihat putih dan bersih, Alice tahu itu kaki wanita.Ia menelan ludah, tersenyum kecut mendapati gambar yang ia tahu sengaja dikirim agar ia menyerah. Entah siapa yang mengirim Alice tidak peduli. Yang ia tahu, Leonardo memang tidak bisa mencintai dirinya.“Apa tujuanmu mengirim ini padaku?” balas Alice melalui ketikan di ponselnya. Ia mencoba ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 53

    “Aku harap kamu sudah sadar jika dia bukan yang terbaik, Alice,” kata seseorang yang sejak tadi juga merasakan kesedihan dan kemarahan secara bersamaan. Ia menatap wanita yang saat ini berdiri di dekat jendela, menatap ke luar dengan tatapan kesedihan.Alice menoleh, ia berjalan dengan langkah lemah. “Apa kamu ada makanan? Aku lapar.”Arsen menepuk jidat halusnya. Ia berdiri dan langsung berlari ke arah dapur. Karena terlalu bahagia dan rindu, ia sampai lupa menyiapkan minuman dan makanan untuk Alice.Alice terkekeh, ia berjalan mengikuti Arsen yang tidak pernah berubah sejak dulu. Di dapur besar itu, Arsen sudah mengeluarkan beberapa isi dari lemari pendingin. Ada banyak sampai dia bingung harus masak yang mana dulu.Alice menggeleng. “Biar aku yang masak.” Arsen menggaruk kepala yang tidak gatal, lalu meraih gelas dan mengisi dengan susu yang dingin. “Minum dulu. Aku tidak ingin kamu jatuh pingsan sebelum makanan selesai.”Alice langsung meminum susu yang Arsen berikan, sementara k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 54

    Arsen duduk dengan salah satu kaki menumpu pada kaki yang lain. Ia menatap Silviana dengan tatapan tak berminat seperti biasa. Tatapan yang tidak Silviana sukai sejak dulu.“Hentikan tatapan remeh itu, Arsen,” ujar Silvia mulai jengah, “coba sekali saja kau tatap aku dengan tatapan lain, cinta mungkin.”Arsen tertawa rendah, ia menggeleng dengan mulut yang masih terbuka menertawakan rasa percaya diri Silviana uang memuakkan.“Cinta?” ulang Arsen, “aku sudah memberikan seluruh cintamu padanya, Silviana.”“Jangan gila. Kita semua tahu jika Amelia sudah menikah,” kata Silviana, “dan aku rasa dia menikahi pria tua bodoh yang jelek.”Arsen menghentikan tawanya, ia menatap Silvia dengan serius kali ini, “Benar kau tidak tahu siapa suami kakakmu?”Silvia menyandarkan punggungnya, merasa tidak suka dengan pembahasan ini, tetapi agar dia bisa berlama-lama bersama Arsen akhirnya ia menahan diri.“Sudah aku katakan! Dia menikahi pria tua yang jelek. Aku melihat penampilannya dengan pakaian yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 55

    Sampai di hotel, Leonardo langsung masuk ke dalam kamarnya. Disusul oleh Dara yang bingung karena Leonardo terus diam sepanjang perjalanan mereka. Wanita cantik itu mulai menyadari itu ketika bosnya memakan makanan yang menurutnya biasa saja.“Pak, Anda sakit?” tanya Dara setelah duduk di sebelah Leonardo.Leonardo menggeleng. “Dara tolong buatkan saya kopi.”Dara langsung berdiri. Ia takut jika bosnya benar-benar sakit. Rencana jalan-jalan berdua bisa saja gagal dan kemungkinan tidak ia dapatkan lagi. Dengan langkah tergesa Dara membuatkan kopi untuk Leonardo, berharap dengan kopi buatannya semua menjadi lebih baik.Tidak lama, Dara tiba dengan kopi seperti yang Leonardo inginkan. Lebih banyak kopi dibandingkan dengan gula.“Pak kopi Anda.” Dara meletakkan kopi di atas meja. Lalu duduk kembali di samping Leonardo dengan tangan yang mulai bergerak lincah memijat lengan.“Pak, apakah Anda sakit?” tanya Dara panik.“Aku tahu kamu bertanya seperti itu karena takut jatah liburanmu terpoto

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 56

    “Mau kemana lagi?” tanya Luna pada menantunya. Wanita itu, entah sejak kapan sudah duduk depan teras dengan teh yang sudah tersedia di atas meja.Alice menoleh pada mertuanya, lalu mendekat pelan. “Ibu, aku ingin menjenguk ibuku, dia kurang sehat.”“Sakit lagi? Aku rasa dia sengaja melakukan ini,” dengus Luna menatap sinis menantunya.“Ibuku tidak mungkin berbohong, Bu. Dia memang sakit beberapa hari ini,” kata Alice menjelaskan, “sarapan ini sudah aku siapkan. Pelayan akan bawa ke kamar nanti,” sambungnya.Luna berdecih, dia berdiri dan berjalan ke arah Alice yang sudah khawatir dengan apa yang akan terjadi. Satu tarikan kuat Luna lakukan pada rambut menantunya.Alice memegang tangan ibu mertuanya yang masih kita dengan cekalan di rambut. “I-ibu, tolong maafkan aku.”“Aku tahu kamu hanya beralasan saja selama ini, Alice,” kata Luna dengan suara yang gemetar oleh kemarahan yang tertahan, “kamu ingin menemui pria yang kemarin, bukan?”Alice terdiam sejenak. Udara di antara mereka teras

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 57

    Leonardo merebahkan diri di atas ranjangnya. Ranjang yang Alice tempati lebih tepatnya. Ranjang yang awalnya adalah miliknya setahun yang lalu. Kini berubah menjadi kasur istrinya yang semua serba merah muda. Leonardo memejamkan mata, menghirup napas dalam dan membuangnya perlahan.Kamar itu tiba-tiba terasa lebih dingin dari biasanya. Ia membuka mata dan melihat tangan yang digunakan menampar istrinya beberapa menit yang lalu. Tangan itu bahkan masih terasa panas dan bergetar.“Ini sudah benar, Leo. Dia memang harus disadarkan agar tahu diri,” katanya dengan bibir bergetar. Ada rasa menyesal, tetapi lebih memilih untuk merelakan.“Ini sudah benar. Gadis itu memang seharusnya meninggalkan rumah ini,” katanya lagi setelah beberapa menit ia berpikir. Ia masih menimbang apa yang akan diungkapkan pada kakeknya nanti. Lagi-lagi Leonardo menghela napas dalam, merasa beban dalam hatinya semakin berat setelah langkah Alice yang semakin menjauh.Leonardo membalik diri dengan posisi miring, men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 58

    Beberapa minggu setelah kejadian di mana pertengkaran antara Leonardo dan Alice terjadi. Sore ini, Luna kembali di buat geram oleh menantunya yang benar-benar tidak kembali.“Bagaimana mungkin kalian tidak tahu kemana dia pergi, kalian berteman!” katanya penuh amarah pada para pelayan.“Nyonya, saya benar-benar tidak memiliki nomor baru nyonya Alice,” jujurnya dengan wajah menyesal.Luna membuang napas kesal, sudah selama beberapa minggu, dia tidak bisa minum dan makan dengan benar. Semua makanan yang pelayan buatkan untuknya tidak ada yang sesuai.“Kalau begitu, cepat buatkan aku sup ayam, aku sangat lapar,” katanya menahan diri agar tidak histeris karena terlalu marah. Leonardo yang sempat mendengar itu hanya menghela napas. Ia lelah dan ibunya sudah membuat keributan seperti biasa.“Leo, kamu menemukan di mana perempuan itu?” kata Luna pada Leonardo yang hendak melangkah naik ke lantai atas.“Bu, aku pergi bekerja. Mana bisa aku mencarinya,” kata Leonardo. Ia menatap ibunya yang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07

Bab terbaru

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 210

    Bram mengangkat wajah, menatap wanita seksi yang melangkah ke arahnya. Wanita dengan rambut panjang bergelombang serta bibir merah yang menggoda.“Tidak bisakah kamu mengetuk pintu dulu?” Bram meletakkan ponsel di atas meja, lalu berpindah ke sofa single.Si wanita terkekeh, ia mendekat dan duduk di hadapan Bram dengan gaya sensual.“Maafkan saya, Pak. Saya tidak sabar menunjukkan hasil karya saya, karena itulah lupa untuk mengetuk.” Mendengus kasar, Bram meraih dikumen yang sudah ada di atas meja. “Mulai besok, bawa langsung ke ruangan pak Leo, dia akan memeriksa tugasmu hingga–”“Tidak Pak. Saya tidak akan mempertaruhkan diri saya. Lebih baik bertanya dulu pada Pak Bram setelah itu ke ruangan pak Leo,” terangnya.“Della–”“Saya tidak mau Pak. Pak Leo terlalu kaku untuk saya, lagipula anak-anaknya sudah pernah salah paham pada saya,” keluhnya tak ingin mendapat masalah.Bram menghela napas, ia memeriksa kerjaan Della, setelah merasa bahwa semua sudah benar, ia kembali memberikan pad

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 209

    Sera terdiam, ia tak melanjutkan makannya. Ia lebih memilih mendengarkan pertengkaran orang tuanya.Ia membuang napas kasar dan berdiri meninggalkan Dara dan Bram yang masih berdebat tentang Alice.“Seharusnya aku tidak merusak pestaku sendiri,” gumamnya dengan wajah lesu.Ia keluar dari resto dan duduk di bangku taman, gadis kecil itu menunduk dengan wajah sedih.“Kamu di sini?” Suara seseorang membuatnya menoleh. Sera terlihat mengingat seseorang yang berada di sebelahnya.Ia langsung berdiri tatkala mengingat dengan benar. “Maafkan aku.” Sera hendak meninggalkan tempat, tetapi Damian mencegahnya, “Sera … apakah namamu Sera?”Sera menoleh dengan tatapan tidak suka, “Bukan. Jangan mendekatiku. Aku tidak mau berdekatan dengan keluarga Clara.”“Clara? Kamu mengenal adikku?” Sera mendengus kecil, “Tentu saja, Clara temanku,” katanya duduk lagi di bangku, “tapi aku tidak ingin berteman dengannya lagi.”Alisa Damian menukik tajam, “Apakah adikku membuat ulah? Dia mengganggumu?”Sera men

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 208

    Leonardo terdiam, ia menatap wajah istrinya yang semakin cantik meski anak-anak mereka telah menjadi remaja.Tangan kekar itu mengulur, mengusap lembut lengan sang istri lembut. “Dia adalah Sera.”“Apakah dia kerabat Bram? Aku merasa tidak asing dengan tatapan mata gadis itu, seperti aku pernah melihat tatapan itu sebelumnya,” kata Alice, “apakah aku salah jika aku merasa gadis kecil itu seperti tidak menyukaiku?”Leonardo memasang wajah datar, ia menatap istrinya dengan tatapan hangat, “Iya, dia adalah kerabat dari Bram,” katanya, “dan tatapan itu, bukan tatapan tidak suka, jangan berpikir terlalu jauh, ya.”Alice menggeleng. “Ya, aku harap salah menilai. Apakah dia anak dari saudara Bram? Atau–”“Dia adalah anak Bram,” jawab Leo segera.“Anak? Bram sudah menikah?” tanya Alice, ia bahkan hak pernah mendengar jika asisten suaminya menikah. Selama ini, mereka mengenal Bram sebagai praibaik, lalu sejak kapan Bram menikah dengan anak sebesar itu?“Tidak menikah, mereka memutuskan untuk t

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 207

    “Aku akan memikirkan ini dengan segera,” kata Bram pada akhirnya.Dara mengangguk. “Terima kasih, aku hanya ingin Sera baik-baik saja dan jauh dari mereka.”Dara teringat sesuatu. Ia menatap Bram dengan rasa khawatiran yang semakin mencuat. “Bram, bukankah kamu pergi menjemput pak Leo? Kamu tidak memberitahu siapa Sera padanya kan?” tanyanya serius.Bram terdiam, ia memaksa untuk tersenyum, “Dara, aku–”“Jangan katakan jika pak Leo sudah tahu siapa Sera, Bram?” Dara semakin khawatir, ia mencoba percaya pada Bram sepenuhnya.“Pak Leo sudah tahu,” jawabnya tanpa menoleh, pria itu sebenarnya lebih khawatir pada Alice, apalagi tatapannya tadi seolah sudah mengetahui semuanya.“Ba-bagaimana kamu bisa memberitahunya, Bram?” pekik Dara tertahan, takut jika Sera mendengar obrolan mereka.“Jika pak Leo tahu, istrinya sudah pasti–” Dara terdiam lagi, ia menatap Bram semakin lamat, “apakah kamu membawa Sera ke rumahnya? Kamu pergi membawa anakku mengantarnya ke rumah?”Leo membuang napas kasar,

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 206

    “Leon, siapa gadis yang bersama Bram tadi?” Alice yang hendak memejamkan mata menoleh ke belakang. Ia tidak bisa memejamkan mata mengingat tatapan gadis tadi padanya.“Dia Sera,” jawab Leo singkat, “ayo kita tidur.”Alice mengerutkan kening, tak biasa Leo seperti menolak obrolan mereka. Ibu dari tiga anak itu kembali berkata, “Sera? Aku tidak tahu jika Bram memiliki kekuarga–”“Alice, lebih baik kita–”“Aku hanya ingin tahu, tatapan gadis tadi seperti tidak asing,” imbuhnya, selama Bram bekerja dengannya, ia tak tahu jika pria itu memiliki keluarga.“Apakah dia keluarga Bram? Kenapa kita tidak tahu jika selama ini–”“Alice, kita bahas besok ya,” katanya, “aku sangat mengantuk dan lelah.” Leo meraih Alice dalam dekapannya, ia memeluk istrinya dan mulai memejamkan mata hingga tertidur dengan lelapnya.Alice mendesah pelan, ia menyesal karena telah memaksa Leo menjawab pertanyaan, “Maafkan aku, seharusnya tadi tidak memaksamu untuk menjawab,” gumamnya pelan seperti berbisik.Sementara it

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 205

    “Ibu … Damian jatuh cinta,” teriak jatuh Laila dari arah luar. Gadis berusia 18 tahun dengan suara melengking itu, berlari dengan sangat kencang.Alice yang masih berada di dapur sampai berdecak karena terkejut. “Ibu, aku yakin kak Laila sangat ditakuti di sekolahnya,” kata gadis kecil berusia sembilan tahu dengan susu di tangan kanannya.Alice menggeleng sembari meletakkan telunjuk di ujung bibir. “Jangan sampai kakakmu dengar, Ibu tidak ingin kamu mendapatkan masalah.”Clara mendengus kecil, “Dia sangat kejam, Ibu. Aku–”“Kamu membicarakanku, Clara?” Laila mendekat dengan tatapan memicing tajam pada adiknya. “Tidak. Mana mungkin aku berani membicarakan wanita angin badai sepertimu, Kak,” katanya dengan senyum yang manis.Laila membuang napas kasar, ia duduk di dekat Clara dan meraih gelas susu adiknya.“Itu milik–”“Mengalah saja. Andaikan dulu kamu lahir lelaki, kamu tidak akan menyusahkan aku,” ketusnya, ia tersenyum lega setelah menghabiskan susu milik adiknya.“Laila …,” tegur

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 204

    Alice membuang napas pelan, kemudian menatap Leo yang masih terpaku. Bibirnya tersenyum kecil, kemudian melirik pada mertuanya yang terlihat syok di belakang Leo.“Satu lagi,” kata Alice tetapi tatapannya lurus pada Leo, “aku tidak akan menjamin keselamatanmu. Bisnis, dan apa pun yang kamu perjuangkan selama ini, aku tidak akan bertanggung jawab lagi.”Dara mengepalkan tangan, ia semakin yakin jika Alice bukan wanita baik. “Kamu berani melakukan itu pada Pak Leo? Dia–”“Ini bukan untuknya, tetapi untukmu.” Alice menoleh ke arah Dara yang langsung terdiam.Tersenyum kecil, Alice mengulurkan tangan dan menepuk wajah Dara yang sudah bengkak dengan pelan. “Aku memperingatkan dirimu, Nona Dara. Keluargamu, mereka tidak bersalah tetapi dengan cerobohnya, kamu menyeret mereka dalam kebusukanmu.”Alisa mengerutkan kening, tahu jika Dara tak memiliki keluarga, lalu ancaman macam apa yang Alice katakan. Namun, ketika wanita yang terlalu menggilai kakaknya itu bersuara, rasa penasarannya terjawa

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 203

    Dara bersedekap, ia tak sabar menunggu kehadiran Leo. Dara yakin pria itu akan langsung datang apalagi ketika Alisa yang tak menjawab panggilan darinya.“Walaupun kakak datang, aku yakin dia akan langsung mengusirmu,” kata Alisa, ia sengaja tak menerima panggilan kakaknya, ingin melihat langsung apa yang akan kakaknya lakukan.Dara mendesah mengejek, “Kamu hanya tidak tahu sebesar apa kakakmu mencintaiku, Lisa. Aku yakin dia akan berlari dan meninggalkan istrinya yang sombong itu,” katanya percaya diri.“Oh, aku sangat tidak sabar. Jika benar seperti itu, kenapa harus datang ke sini? Kenapa tidak meminta kakakku datang ke tempatmu saja?” celetuk Lisa jengah.Dara terkekeh. Ia duduk dengan kaki menyilang. “Aku sengaja, aku ingin menunjukkan pada kalian jika Leo memang mencintaiku.”Alisa mendengus dingin, tetapi di dalam hati ia begitu takut dengan apa yang terjadi. Jika benar kakaknya datang, ia berjanji akan keluar dari perusahaan.Suara mobil terdengar, tidak hanya Dara dan Alisa, L

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 202

    Malam yang mereka nantikan akhirnya tiba. Keluarga inti telah hadir semua, kecuali Luna dan Delima. Delima jelas menolak dengan keras, sementara Luna, Leonardo tidak mengizinkan ibunya bergabung karena kesehatan.“Terima kasih atas jamuan yang sangat istimewa,” kata pihak dari lelaki. Mereka semua sudah berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam yang luar biasa.“Kita adalah keluarga. Menjamu keluarga dengan baik adalah kewajiban,” balas Amanda ramah, ia duduk di sebelah Silvia yang sejak tadi belum juga mengeluarkan suara.“Silvia, adalah putri kami, kebahagiaannya adalah kebahagiaan kami,” imbuh Amanda lagi.“Terima kasih Nyonya, Anda adalah Ibu yang baik,” timpal ibu Daniel, saya tidak mempermasalahkan nyonya Delima tidak hadir, saya akan berdoa atas kebahagiaan dirinya.”“Terima kasih, Bi. Saya sungguh sangat menyesal karena tidak bisa membawa ibu saya datang,” balas Silviana akhirnya.“Tidak apa. Aku mengerti,” katanya, “panggil aku Ibu, sebentar lagi kamu dan putraku ini ak

DMCA.com Protection Status