Ale berdiri tepat di depan sang suami. Kepalanya tertunduk malu. Dia masih memikirkan kenapa juga dia harus memakai pakaian yang diberikan mertuanya. Pasti itu akan membuatnya malu di depan sang suami. “Apa aku tampak seperti wanita murahan?” tanya Ale polos. Alca menarik dagu sang istri agar dapat melihat wajahnya. Dia tahu jika sang istri pasti sedang malu dengan apa yang dipakainya. “Aku suka.” Alca tersenyum melihat sang istri. Wajah Ale yang malu seketika berubah semringah. Ternyata pikiran suaminya tak seburuk apa yang ada di pikirannya. “ Alca seketika tersenyum. “Mana ada seorang istri memakai pakaian seperti ini terlihat seperti wanita murahan? Kamu terlihat seksi.” Alca berbisik tepat di telinga sang istri. Sebuah kecupan mendarat di belakang telinga sang istri. Aroma tubuh sang istri yang menggoda membuat Alca mengangsur bibirnya turun ke bawah. Menikmati kulit mulus milik sang istri. Ale meremang. Sentuhan bibir tepat di tubuhnya membuat tubuhnya merasakan gelenyar an
Alca membelai lembut wajah sang istri. Tampak sang istri begitu pulas tertidur. Hingga saat tangannya membelai lembut wajahnya saja, tidak bergeming sama sekali. “Sayang.” Alca mencoba membangunkan sang istri. Sebuah kecupan pun diberikan di pipi sang istri. “Ayo bangun.” Dia kembali membelai lembut wajah sang istri. Suara itu mulai terdengar membuat Ale membuka matanya. “Aku masih lelah.” Tubuh Ale masih lemas. Jadi dia tidak kuat untuk bangun. “Tapi, kamu harus makan.” Alca mencoba membangunkan sang istri. Ini sudah menjelang malam. Jadi mereka harus bersiap untuk makan malam. “Apa kita akan makan malam di luar?” Ale merasa tidak sanggup jika harus makan di luar. “Iya, karena aku mau membawamu ke suatu tempat.” Alca menangkup wajah sang istri. “Mau ke mana?” Ale jadi penasaran. Karena Alca dari kemarin tidak menceritakan ke mana dia akan membawanya pergi. ‘’Mandilah, lalu ayo ikut aku. Maka kamu akan tahu.” Alca tersenyum. Sengaja dia tetap tidak mau memberitahu. Ale semakin
Lampu temaram membuat dua insan yang sedang kelelahan semakin tidur pulas. Mereka berdua saling berpelukan. Tubuh tanpa penghalang itu menempel sempurna. Ale membuka matanya lebih dulu. Perutnya tiba-tiba berbunyi, membuatnya yang mengantuk, terbangun. Dia melihat sang suami yang masih tertidur pulas. Ale yang berada di dada sang suami, harus sedikit mendongak untuk melihat wajah sang suami. ‘Sepertinya dia masih lelah,’ batin Ale. Semalam mereka menghabiskan malam tanpa tidur. Jadi saat menjelang pagi, mereka mengantuk. Sambil menunggu sang suami yang masih asyik tidur, Ale bermain-main di dada sang suami. Memainkan jarinya di sana. Menggambar abstrak di dada sang suami. Namun, tiba-tiba dia terpikir untuk membuat tulisan. Dia menulis namanya, kemudian menggambar gambar love dan diiringi dengan nama suaminya. Ale tersenyum membayangkan hal itu. “Ale cinta Alca.” Suara serak khas bangun tidur terdengar. Suara itu jelas berasal dari suara Alca. Mendengar suara itu, Ale segera menga
“Bi ….” Ale memanggil asisten rumah tangga. Dia ingin bertanya tentang keberadaan anaknya. Asisten rumah tangga segera datang. Dia menghampiri Ale. “Iya, Non.” “Ke mana mama dan Dima?” tanya Ale. “Mereka katanya ke tempat spa bayi, Non.” Asisten rumah tangga memberitahu ke mana Mama Mauren, Mama Arriel, dan Baby Dima. Mendengar jika mereka hanya ke tempat spa membuat Ale lega. Dia justru takut anaknya kenapa-kenapa. Seperti mungkin seperti sakit. “Jangan khawatir.” Alca mencoba menenangkan sang istri. Ale mengangguk. Mungkin karena terlalu rindu dengan anaknya, dia jadi merasa khawatir pada anaknya itu. Kini sudah tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi. Karena anaknya hanya dibawa ke tempat spa. “Kalau begitu aku ganti baju dulu.” Ale segera masuk ke kamarnya. Setelah ini, dia akan menunggu mertua dan anaknya yang pergi ke spa baby. Alca yang melihat sang istri masuk ke kamar pun ikut menyusul. Membawa tas yang berisi baju-bajunya yang dibawanya kemarin. *** Suara mobil yang
“Memangnya kenapa?” tanya Alca seraya menghampiri istrinya. “Aku tidak tahu. Aku coba memberikan ASI langsung, tetapi dia tidak mau. Aku coba masukkan ke mulutnya, tetapi dia mendorong keluar dengan lidah.” Ale bingung dengan apa yang terjadi pada anaknya. Padahal sebelum ditinggal, anaknya mau minum susu langsung. Namun, kini dia tidak mau. “Lalu bagaimana?” Alca juga ikut panik. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hal ini Ale juga bingung. Ditambah sang anak terus menangis. Hal itu membuatnya semakin panik lagi. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Suara Dima yang tak kunjung diam pun membuat Mama Mauren dan Mama Arriel datang. Mereka ingin mengecek keadaan cucu mereka. Sebelum masuk, Mama Mauren mengetuk pintu terlebih dahulu. “Kenapa Dima tidak diam?” Mama Mauren yang menghampiri cucunya. Mengecek keadaan cucunya. “Dia bangun tadi, Ma. Aku berniat memberikannya susu, tetapi dia menolak dan tidak mau minum.” Ale mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Mama Mauren melihat cucun
Tidak terasa Dima sudah enam bulan. Waktu bergulir dengan cepatnya. Sekarang Dima sudah bisa diajak bercanda. Tentu saja sudah membuat Ale dan Alca begitu bahagia sekali. Tak hanya Ale dan Alca, yang bahagia dengan perkembangan Dima. Nenek dan kakeknya juga bahagia dengan perkembangan Dima. “Berarti Dima akan makan saat ulang bulan ke enam?” Alca menatap sang istri. Dia begitu penasaran karena istrinya sudah heboh membuat menu makanan untuk anaknya. “Iya, aku tak sabar melihatnya makan.” Ale begitu senang sekali. Ini adalah momen berharga untuknya. “Kamu mau makan besok.” Alca mengajak anaknya bicara. Dia yang gemas langsung mencium pipi sang anak. “Kamu belum makan saja sudah gembul. Bagaimana jika sudah makan?” Alca pura-pura menggigit tangan anaknya. Tangan anaknya cukup besar. Walaupun sebenarnya berat badannya masih standar usianya, tetap saja di matanya besar. Karena dia melihat perubahan dari kecil sampai besar. Ale melihat suaminya yang gemas sekali dengan anaknya. Tentu sa
“Kenapa kamu mengatakan itu?” Ale tampak kecewa sekali. “Karena dia menggigit.” Alca mencoba menjelaskan. “Tidak masalah, Kak. Nanti ini akan sembuh besok. Aku masih ingin memberikan ASI secara langsung. Aku merasa jauh lebih dekat dengannya ketika memberikan ASI.” Ale tidak akan melepaskan anaknya begitu saja. Apalagi anaknya masih butuh nutrisi. “Baiklah jika kamu merasa baik-baik saja.” Alca tidak mau memaksa sang istri. Apalagi sang istri begitu ingin sekali melakukan hal itu. Momen menyusui mungkin begitu berarti untuk istrinya. *** “Kenapa dia tidak mau merangkak, Dok?” Sudah sembilan bulan, tetapi Baby Dima tidak mau merangkak sama sekali. Padahal seusianya, bisanya sudah mulai merangkak. Baby Dima hanya mau sampai duduk saja. Tidak mau merangkak sama sekali. “Setiap anak punya perkembangan berbeda-beda. Coba berikan stimulasi yang baik untuk menarik perhatiannya. Jadi dia mau merangkak nanti.” Dokter memberikan saran terlebih dahulu. Ale dan Alca hanya bisa sabar. Dia be
Mendengar suara istrinya yang berteriak, Alca yang sedang mengecek keadaan air sebentar langsung masuk ke dalam kamar. Saat masuk dia terkejut dengan apa yang dilakukan anaknya. “Sayang.” Ale melihat ke arah suaminya. Dia begitu terkejut melihat anaknya. “Dia berdiri?” Ale tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Baby Dima tampak berdiri, berpegangan pada tempat tidur. Mungkin karena tadi ditinggal papanya, dia berusaha untuk mengejar papanya. Namun, karena tidak bisa merangkak, mungkin dia memilih untuk berdiri langsung. Tubuh Baby Dima yang belum stabil langsung terjatuh ketika berdiri terlalu lama. Alca yang jaraknya berada jauh lebih dekat langsung berlari untuk menangkap. Beruntung gerakan Alca tepat para waktunya. Baby Dima dapat terselamatkan dan jatuh ke pangkuan sang papa. Ale bernapas lega karena anaknya tertangkap. Jika tidak, pasti anaknya akan terbentur. Ale segera menghampiri sang anak. Memeluk sang anak dengan erat. Dia tidak menyangka anaknya melewatkan fase merangka