Dokter menyuntikkan cairan untuk mencegah kehamilan pada Ale. Rasa sakit sedikit terasa ketik jarum suntik menembus kulitnya.“Tujuh hari setelah ini baru Ibu boleh melakukan hubungan suami istri.” Dokter memberitahu. Dia segera kembali ke meja kerjanya.Untuk sejenak Ale terdiam. Memikirkan apa yang dikatakan dokter. Ternyata penantian tidak berhenti sampai di sini saja. Ternyata mereka masih harus menunggu seminggu lagi.Ale segera turun dari ranjang dan menyusul suaminya yang duduk di kursi. Tampak wajah Alca tampak kecewa dengan apa yang didengarnya. Namun, Ale tidak bisa berbuat apa-apa. Mengingat jika dokter yang mengatakan hal itu.“Saya buatkan jadwal. Nanti tiga bulan lagi silakan datang ke sini.” Dokter memberikan buku kecil pada Ale. Buku itu berisi tanggal kunjungan Ale, dan kapan Ale harus datang kembali.“Terima kasih, Dok.” Ale menerima buku tersebut.Ale dan Alca segera keluar dari ruang dokter. Mereka berjalan berdua keluar dari rumah sakit. Keduanya masih diam. Tida
Perjalanan Jakarta-Bandung memakan waktu dua jam. Waktu yang cukup lama untuk dilalui. Mereka berdua bercerita banyak hal. Menceritakan tentang apa saja yang dilakukannya sewaktu kecil. Alca menceritakan bagaimana kehidupannya sewaktu kecil dengan kakaknya.“Walaupun kami saudara tiri, tidak pernah sekali pun kami bertengkar. Kak Lolo selalu perhatian sekali pada aku.” Alca mengingat jelas bagaimana sikap kakaknya. Ale senang mendengar akan hal itu. “Aku berharap anak kita kelak juga akan seperti itu. Akan akur walaupun mereka tidak satu ayah.” Kisah anak Dima dan Anak Alca kelak akan sama persis dengan Loveta dan Alca. Mereka akan menjadi saudara tiri. Jadi Ale berharap mereka akan bisa akur juga. “Tentu saja. Kita akan menjaga dengan baik hubungan mereka. Mengajarkan kebersamaan. Tentu saja kelak mereka akan akur dan saling menyayangi.” Alca tersenyum pada sang istri. Meyakinkan sang istri.Ale yakin kelak mereka akan jadi orang tua yang baik untuk anak-anak mereka. Tentu saja de
Ale masuk ke dalam kamar seraya menarik kopernya. Aroma bunga mawar menyeruak menyambutnya. Tentu saja itu membuat jantungnya jauh lebih berdebar-debar. Alca yang berada masih di belakang langsung menutup pintu. Saat pintu ditutup jelas perasaannya semakin tidak menentu.Pemandangan pertama yang dilihat Ale adalah bunga mawar yang menghiasi tempat tidur. Bunga itu disusun rapi dengan berbentuk love.Saat Ale sedang fokus melihat ke sisi tempat tidur, Alca mengambil buket bunga mawar besar yang berada di meja. Alca langsung mengambilnya. Kemudian memberikan pada istrinya. “Untuk wanita cantik yang selalu aku puja.” Entah keberanian apa yang tiba-tiba menghampiri Alca. Benar-benar tidak pernah diduganya dia akan seberani itu mengatakan hal itu. Ale tersipu malu. Dia merasa terharu ketika melihat apa yang diberikan Alca. “Kamu menyiapkan semua ini?” tanya Ale seraya menerima bunga tersebut.“Hanya minta request pada pihak hotel.” Alca tidak merasa benar-benar menyiapkan semua ini. Karen
Ale berdiri tepat di depan sang suami. Kepalanya tertunduk malu. Dia masih memikirkan kenapa juga dia harus memakai pakaian yang diberikan mertuanya. Pasti itu akan membuatnya malu di depan sang suami. “Apa aku tampak seperti wanita murahan?” tanya Ale polos. Alca menarik dagu sang istri agar dapat melihat wajahnya. Dia tahu jika sang istri pasti sedang malu dengan apa yang dipakainya. “Aku suka.” Alca tersenyum melihat sang istri. Wajah Ale yang malu seketika berubah semringah. Ternyata pikiran suaminya tak seburuk apa yang ada di pikirannya. “ Alca seketika tersenyum. “Mana ada seorang istri memakai pakaian seperti ini terlihat seperti wanita murahan? Kamu terlihat seksi.” Alca berbisik tepat di telinga sang istri. Sebuah kecupan mendarat di belakang telinga sang istri. Aroma tubuh sang istri yang menggoda membuat Alca mengangsur bibirnya turun ke bawah. Menikmati kulit mulus milik sang istri. Ale meremang. Sentuhan bibir tepat di tubuhnya membuat tubuhnya merasakan gelenyar an
Alca membelai lembut wajah sang istri. Tampak sang istri begitu pulas tertidur. Hingga saat tangannya membelai lembut wajahnya saja, tidak bergeming sama sekali. “Sayang.” Alca mencoba membangunkan sang istri. Sebuah kecupan pun diberikan di pipi sang istri. “Ayo bangun.” Dia kembali membelai lembut wajah sang istri. Suara itu mulai terdengar membuat Ale membuka matanya. “Aku masih lelah.” Tubuh Ale masih lemas. Jadi dia tidak kuat untuk bangun. “Tapi, kamu harus makan.” Alca mencoba membangunkan sang istri. Ini sudah menjelang malam. Jadi mereka harus bersiap untuk makan malam. “Apa kita akan makan malam di luar?” Ale merasa tidak sanggup jika harus makan di luar. “Iya, karena aku mau membawamu ke suatu tempat.” Alca menangkup wajah sang istri. “Mau ke mana?” Ale jadi penasaran. Karena Alca dari kemarin tidak menceritakan ke mana dia akan membawanya pergi. ‘’Mandilah, lalu ayo ikut aku. Maka kamu akan tahu.” Alca tersenyum. Sengaja dia tetap tidak mau memberitahu. Ale semakin
Lampu temaram membuat dua insan yang sedang kelelahan semakin tidur pulas. Mereka berdua saling berpelukan. Tubuh tanpa penghalang itu menempel sempurna. Ale membuka matanya lebih dulu. Perutnya tiba-tiba berbunyi, membuatnya yang mengantuk, terbangun. Dia melihat sang suami yang masih tertidur pulas. Ale yang berada di dada sang suami, harus sedikit mendongak untuk melihat wajah sang suami. ‘Sepertinya dia masih lelah,’ batin Ale. Semalam mereka menghabiskan malam tanpa tidur. Jadi saat menjelang pagi, mereka mengantuk. Sambil menunggu sang suami yang masih asyik tidur, Ale bermain-main di dada sang suami. Memainkan jarinya di sana. Menggambar abstrak di dada sang suami. Namun, tiba-tiba dia terpikir untuk membuat tulisan. Dia menulis namanya, kemudian menggambar gambar love dan diiringi dengan nama suaminya. Ale tersenyum membayangkan hal itu. “Ale cinta Alca.” Suara serak khas bangun tidur terdengar. Suara itu jelas berasal dari suara Alca. Mendengar suara itu, Ale segera menga
“Bi ….” Ale memanggil asisten rumah tangga. Dia ingin bertanya tentang keberadaan anaknya. Asisten rumah tangga segera datang. Dia menghampiri Ale. “Iya, Non.” “Ke mana mama dan Dima?” tanya Ale. “Mereka katanya ke tempat spa bayi, Non.” Asisten rumah tangga memberitahu ke mana Mama Mauren, Mama Arriel, dan Baby Dima. Mendengar jika mereka hanya ke tempat spa membuat Ale lega. Dia justru takut anaknya kenapa-kenapa. Seperti mungkin seperti sakit. “Jangan khawatir.” Alca mencoba menenangkan sang istri. Ale mengangguk. Mungkin karena terlalu rindu dengan anaknya, dia jadi merasa khawatir pada anaknya itu. Kini sudah tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi. Karena anaknya hanya dibawa ke tempat spa. “Kalau begitu aku ganti baju dulu.” Ale segera masuk ke kamarnya. Setelah ini, dia akan menunggu mertua dan anaknya yang pergi ke spa baby. Alca yang melihat sang istri masuk ke kamar pun ikut menyusul. Membawa tas yang berisi baju-bajunya yang dibawanya kemarin. *** Suara mobil yang
“Memangnya kenapa?” tanya Alca seraya menghampiri istrinya. “Aku tidak tahu. Aku coba memberikan ASI langsung, tetapi dia tidak mau. Aku coba masukkan ke mulutnya, tetapi dia mendorong keluar dengan lidah.” Ale bingung dengan apa yang terjadi pada anaknya. Padahal sebelum ditinggal, anaknya mau minum susu langsung. Namun, kini dia tidak mau. “Lalu bagaimana?” Alca juga ikut panik. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hal ini Ale juga bingung. Ditambah sang anak terus menangis. Hal itu membuatnya semakin panik lagi. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Suara Dima yang tak kunjung diam pun membuat Mama Mauren dan Mama Arriel datang. Mereka ingin mengecek keadaan cucu mereka. Sebelum masuk, Mama Mauren mengetuk pintu terlebih dahulu. “Kenapa Dima tidak diam?” Mama Mauren yang menghampiri cucunya. Mengecek keadaan cucunya. “Dia bangun tadi, Ma. Aku berniat memberikannya susu, tetapi dia menolak dan tidak mau minum.” Ale mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Mama Mauren melihat cucun