BAle memutar tubuhnya ke arah samping. Embusan napas halus terasa tepat di depannya. Tiba-tiba saja Ale merasakan tangan merengkuh pinggangnya. Ale membuka matanya untuk tahu siapa yang ada di depannya itu. Alangkah terkejutnya ketika mendapati jika itu adalah Alca. Suaminya itu ternyata tidur di kamarnya. Sejenak Ale memikirkan jika semalam Alca memijatnya. Rasa kantuk yang dirasakannya membuat Ale tidak ingat apa pun. Ale memandangi Alca. Ini kali pertama Alca tidur di kamarnya. Lebih tepatnya kamar Dima dan dirinya. Rasanya sedikit aneh bagi Ale. Mengingat bayangan Dima masih ada di pikirannya. Jika dulu saat membuka mata ada Dima, kini semua berubah. Saat membuka mata ada Alca di depannya. ‘Apa aku akan benar-benar menempatkan Kak Alca berdampingan dengan Dima?’ tanya Ale pada dirinya. Ale merasa masih aneh saja ketika Alca hadir di hidupnya. Serasa ada yang berbeda. Memandangi wajah Alca yang begitu pulas, mengingatkan Ale pada sesuatu. ‘Pantas aku tidur pulas,’ batinnya A
“Al, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan.” Alca memegangi pipi Ale. Dia merasa bersyukur Ale mau menerimanya kembali. “Masih banyak keraguan di hatiku. Jadi aku harap Kak Ale dapat membuat Keraguan itu hilang.” Ale menatap Alca.Ale mengangguk. “Apa Kak Alca tidak pergi ke kantor?” tanya Ale. Alca masih di tempat tidur. Seolah tidak berniat untuk bangun dari tempat tidur. “Aku malas.” Alca meraih pinggang Ale. Menariknya untuk lebih mendekatkan padanya. Ale masih merasa canggung ketika Alca mendekatinya. Alca mendekatkan wajahnya ke arah Ale. Berusaha meraih bibir manis Ale.“Maaf, Kak.” Tiba-tiba Ale menghentikan aksi Alca. Dia menundukkan kepalanya. Masih belum siap untuk melakukan hal itu. Alca sadar jika Ale pasti masih merasa canggung dengannya. Dia paham dengan itu. “Tidak apa-apa.” Alca tidak akan memaksa jika memang Ale tidak mau. Sedikit canggung memang, tetapi perlahan pastinya akan lebih baik. “Aku akan mandi dulu. Setelah itu berangkat bekerja.” Alca ber
Akhirnya Ale dan Alca pergi ke puncak untuk menikmati liburan mereka. Ale cukup antusias karena sejak hubungannya dengan Alca renggang. Baru kali ini Ale menikmati waktu berdua. Mereka berangkat siang. Karena semalam, mereka berdua pulang larut malam.Sepanjang perjalanan Ale menikmati pemandangan yang dilewati saat sampai di daerah puncak, sengaja Alca mematikan pendingin mobil. Kemudian membuka kaca mobil. Membiarkan udara masuk ke dalam. Udara yang begitu segar membuat Ale merasa senang sekali. Karena udara begitu sejuk. Mungkin karena banyaknya pepohonan jadi membuat udara begitu bersih dan sejuk. Ale membiarkan udara pegunungan menerpanya. Rambutnya yang panjang berterangan. Ale membiarkan itu karena dia lebih suka ketika udara sejuk dapat dinikmati. Melihat Ale yang menikmati udara sejuk, membuat Alca ikut senang. Karena senyum tipis tertarik di sudut bibir Ale. Mobil sampai di vila yang dipesan Alca. Saat keluar, Ale disuguhkan dengan pemandangan indah kota yang terlihat d
Mendapati permintaan itu membuat Ale terdiam. Dia cukup bingung harus mengambil ponsel Alca di kantung celana. “Al, tolong.” Alca memanggil sang istri. “Iya.” Ale segera berdiri dan mendekat ke arah Alca. Kemudian tangannya merogoh kantung celana tersebut. Mengambil ponsel Alca.Saat tangan Ale meraba paha Alca, tiba-tiba Alca merasakan hal lain. Desiran aneh menghampirinya. Ternyata pilihannya untuk meminta Ale mengambil ponsel ternyata salah. Beruntung Ale tak melakukannya terlalu lama. Jadi dengan segera Ale memberikan pada Alca. “Ini.” Ale memberikan tanpa melihat siapa yang menghubungi Alca. “Siapa yang menghubungi?” tanya Alca. Ale mengalihkan pandangan pada ponsel suaminya. Dilihatnya nama Mama Arriel terpampang di layar ponsel Ale. “Mama.” Ale menunjukkan layar ponsel Alca. Alca melihat jika sang mama yang menghubungi. Jadi jelas baginya tidak perlu menyembunyikan apa pun dari Ale. “Angkat saja,” pinta Alca. Mendapati permintaan itu Ale segera mengangkat sambungan te
Malam semakin larut. Udara semakin dingin. Setelah tadi makan malam, Ale dan Alca menikmati langit malam sambil bercerita di taman belakang. Melihat sang istri yang kedinginan membuat Alca melepaskan jaket yang dipakainya. “Terima kasih, Kak.” Ale tersenyum. “Sama-sama.” Alca senang bisa melihat senyum Ale terus. Alca meraih tangan Ale. Menggenggamnya erat. Dia ingin terus bersama dengan Ale. Rasa cintanya pada Ale sudah tidak terbendung lagi. Ale melihat tangan Alca yang menggenggam erat tangannya. Ada rasa bahagia menyelimuti hatinya.“Aku ingin kita bisa bahagia setelah ini semua.” Ale menyelipkan sebuah harapan ketika tangan mereka saling menggenggam.“Tentu saja. Semua akan terwujud. Aku janji.” Alca menatap Ale untuk meyakinkan Ale. Tangannya meraih wajah sang istri seraya membelai lembut. Sebuah kecupan hangat mendarat di dahi Ale. Kecupan itu ungkapan tulus dari Alca. “Aku janji akan membuatmu bahagia.” Alca menatap Ale penuh dengan keyakinan. Ale mengangguk. Dia tentu
Alca melihat pesan itu berasal dari mama Zira. Memintanya untuk datang ke rumah. Bukan Alca tidak mau peduli lagi dengan Zira. Namun, sudah ada Ale yang ada di sisinya sekarang. Terkadang hidup ini penuh dengan pilihan. Begitu juga yang terjadi pada Alca. Dia sudah memilih Ale. Jadi tidak mau sampai melukainya. Alih-alih menjawab pesan itu. Alca memilih menghapus pesan itu. Tak mau berhubungan lagi dengan Zira. Alca meletakkan ponselnya dia atas nakas. Kemudian merebahkan tubuh di samping Ale. Sambil menunggu matanya terpejam, Alca memutuskan untuk memandangi wajah Ale. Ale tampak cantik sekali saat tidur. Membuatnya tak jemu memandang. Rasanya Alca tak sabar saat membuka mata besok. Wajah Ale yang akan dilihatnya pertama kali. Perlahan mata Alca terpejam saat rasa kantuk mulai menghinggapi. Tangannya yang memeluk Ale, begitu eratnya. Memberikan kehangatan di dinginnya malam. ***Ale membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Alca yang tidur begitu pul
“Aku takut Kak Alca tidak bisa mengendalikan diri.” Ale mencoba menutupi tubuh bagian atas. Alca mengembuskan napasnya. Berusaha menenangkan dirinya. Yang dikatakan sang istri ada benarnya. Memang benar jika dia pasti tidak akan bisa mengendalikan diri. Apalagi ini adalah pertama kali menyentuh wanita. Bersama Zira dia tak pernah melakukannya. Selama berpacaran, mereka hanya sekadar ciuman. Dengan segera Alca menutup kembali tubuh Ale yang terbuka. Mengaitkan kembali bra milik sang istri. “Maaf, Kak.” Ale sadar jika apa yang dilakukannya membuat Alca kecewa. “Aku yang minta maaf karena tidak bisa mengendalikan diriku. Aku belum pernah menyentuh tubuh wanita, jadi aku sedikit bersemangat.” Alca merasa malu sekali. Ale tidak menyangka jika Alca berpacaran dengan sehat. Padahal jaman sekarang memang susah mendapatkan pria seperti itu. Salah satunya Dima dan kini ada Alca.“Bisakah kita melakukan hal biasa saja. Anggap saja kita sedang berpacaran. Jadi sampai saat anakku lahir, kita
“Om Zafran.” Alca cukup terkejut ketika melihat papa dari Zira itu. Mereka sedang di rest area. Jadi memang sedikit tidak mungkin jika bertemu dengan orang yang dikenalnya. Namun, buktinya dia bertamu papa Zira. “Kamu di sini?” Zafran menghampiri Alca. “Iya, Pak. Tadi dari puncak.” Alca langsung mengulurkan tangan pada Zafran. Menjabat tangan pria paruh baya itu. “Apa kamu bersama Zira?” Zafran mengedarkan pandangan untuk melihat keberadaan anaknya. “Tidak, Pak. Saya tidak bersama Zira.” “Es krimnya, Pak.” Kasir dari restoran memerikan es krim yang dipesan Alca. Alca langsung mengalihkan pandangan. Dengan segera dia meminta dua es krim yang dipesannya. “Saya permisi dulu, Pak.” Alca menganggukkan kepalanya sedikit sebelum pergi. “Baiklah.” Zafran mempersilakan Alca untuk pergi. Alca segera pergi ke tempat duduk bersama Ale. Dari kejauhan, Zafran memerhatikan dengan siapa Alca pergi ke puncak. Alangkah terkejutnya ketika mendapati Alca pergi dengan seorang wanita. Wanita itu s