Setelah setetes darah jatuh ke lantai marmer dan berubah menjadi kumpulan aurora berwarna hijau, sosok-sosok berjubah hitam muncul. Selanjutnya, para pelayan bangkit dan merentangkan tangan mereka, menghirup aurora yang menyelimuti aula. Gadis yang menemani Ethan berseru, "Hail, Pangeran Muda Draken Book! Penguasa Lembah Draken" Gadis itu berlari lagi dan dengan anggun melompat ke udara. Meski usianya masih muda, ia telah menguasai seni meringankan tubuhnya. Masih terkesima dengan penampilan klan Draken Book, gadis itu menyerang Ethan dari jarak jauh hingga membuatnya tersandung dan darah mengucur dari mulutnya. Sekali lagi, darah tersebut berubah menjadi aurora yang langsung diserap oleh sosok berjubah hitam. Tubuh Ethan terasa lebih ringan setelah pendarahannya berhenti, namun matanya terasa perih. Cangkang yang dia kenakan tampak retak, menyebabkan kepanikan muncul dalam dirinya. Sebagai seorang prajurit kerajaan Skydra, Ethan belum pernah bertemu dengan kelompok misterius sepert
Di Lembah Serangga, Setelah rusak akibat badai di laut lepas, kapal Ratu Abigail yang membawa Clara berlabuh di Teluk Arden di Lembah Serangga. Sebelum buru-buru turun, Clara menatap ke cermin dan menghela nafas frustrasi. "Ayah, kapalku sudah sandar. Kapten kapal akan menjemputmu!" suara Clara terdengar bimbang di ujung telpon. El Wongso baru saja memasuki kantor shahbandar dan berbasa basi dengan pejabat pelabuhan. Dia ditemani oleh keponakannya, Ajeng. Sejak Clara menelpon dan meminta dirinya menjemput di pelabuhan, El Wongso merasa itu bukanlah kepribadian putrinya yang nakal dan mandiri. Biasanya setelah pulang dari luar negeri, Clara hanya minta disiapkan mobil yang akan dia kemudikan sendiri. "Kapten sudah mendapatiku, kami akan tiba sebentar lagi!" El Wongso berjalan memasuki pintu dermaga dan dengan langkah panjang mengikuti Kapten menuju kapalnya. Clara memukul cermin di depannya retak tak berguna, lidahnya mendesis. Matanya berair dan mulutnya sangat jelek. Tetapi dia
Seminggu sejak kepulangan Clara, seluruh klan El Wongso berkumpul. Nenek sudah mencurigai dengan munculnya cacar hitam di tubuh cucunya, pasti akan diikuti dengan berita kehamilan. Dan benar saja, Clara telah hamil, sebagai manusia serigala kehamilan normal terjadi 6-7 bulan. Namun klan El Wongso memungkiri bahwa gen mereka membawa periode kehamilan yang berbeda. Kemungkinan sebelum memasuki periode 5 bulan, Clara akan melahirkan. Waktunya akan bersamaan dengan perayaan 200 tahun kelahiran ibu dari El Wongso. "Paman!" kata Finn Sparrow , sepupu Clara dari garis ibunya, "Saya kira kami berkumpul di sini untuk menyambut keponakan saya. Tentunya kita akan bersiap saat kelahiran itu tiba!" "Uh, langit sepertinya membenci pertemuan kita, bahkan di musim panas, mendung dan petir terus terdengar!" suara seorang wanita gemuk terdengar mengejek. Clara memuntahkan makanannya dan berteriak kepada pelayan, "Bawakan aku darah monster dan beri lima tetes jeruk emas yang paling masam. Aku mual men
"Kerajaan Skydra baru saja memberitahu jika mereka akan mengirimkan mahar pernikahan yang tertunda" Nenek Monica menatap Clara kasihan. El Wongso akhirnya paham, mengapa putrinya tidak ingin diganggu kehamilannya. "Tentang Raja Abigail" "Kalian berhutang padaku!" teriak Clara marah. El Wongso memeluk putrinya dengan erat, dan dia juga menangis tersedu sedu, "Maafkan ayah, tidak melindungimu di saat saat kamu kesulitan!" Nenek duduk di sudut ranjang dengan wajah buram, "Kisah itu aku berpikir hanya kutukan bodong, tidak menyangka kamu melaluinya-----Memasuki ruang gelap dan bertemu Caligula. Aku minta maaf menyembunyikan kisah ini padamu" "Jadi Clara sudah resmi sebagai permasuri kerajaan Skydra?" tanya Daisy. "Dia permasuri sekaligus Ratu Skydra statusnya sekarang ini!" Nenek menjawab dengan lemah. "Oh, berarti kita hanya menunggu Raja Abigail meniduri Clara dan kutukan cacar hitam di tubuhnya hilang?" Ajeng bertanya polos. Nenek dan El Wongso menatap Clara mencari jawaban. Mer
Kerajaan Skydra dalam fase yang seimbang, kehidupan masyarakatnya tenang dan tanpa gejolak. Namun kelompok Rough di perbukitan semakin kuat. Raja Abigail tidak menarik diri untuk mengatasi persoalan Rough karena sekarang ini mereka masih sangat bermanfaat untuk menekan pengaruh Roderick Houffman. "Yang Mulia! El Wongso baru saja mengirim kabar, putrinya sudah hamil dan bersiap untuk melahirkan, mungkin waktunya berdekatan dengan perayaan 200 tahun kelahiran Monica" Abigail tersenyum, "Tidak aku sangka bisa secepat ini" "Ratu Clara adalah kecantikan para Dewi, mustahil tidak ada yang memikatnya" Panatua ketiga dari budak manusia tertawa sumbang. "Persiapkan kapal dan bawa beberapa pelayan dan prajurit, kita berangkat lebih awal" "Apakah Anda sangat merindukan Ratu?" "Tentu saja, aku ingin menghabiskan waktu bersamanya sebelum perayaan tersebut" "Prajurit?" tanya panatua. "Bisakah kamu meminta prajurit dari Ethan? Katakan padanya tugas kerajaan menanti" Panatua ketiga ragu-ragu
Udara dingin berkabut mendadak menyelimuti Lembah Utara. Cargil perlahan menoleh dan menegangkan lehernya, merasakan sakit yang menusuk. Matanya setengah terbuka, dan sensasi pusing menyelimuti kepalanya. Bibirnya mulai mengumpat, saat dia melawan rasa tidak nyamannya. "Seberapa darurat situasi Lembah, sampai sampai harus memanggil seluruh pejabat hadir di pagi buta?" "Tuan, tetapi ini perintan langsung dari Ki Demang! Ayo bersiap, sedikit pusing lebih baik daripada mendapatkan 20 cambukan " Sang asisten yang diliputi rasa takut terus mendorong tubuh Cargil yang kaku. Tiba-tiba Cargil melirik ke arah seorang gadis yang masih tertidur lelap terbungkus selimut. "Tolong jaga Mia untukku, jangan biarkan ibuku menganggunya!" Asistennya juga ikut melirik pada gadis mungil itu. Dia gadis dari golongan manusia dan bukan HQ, sangat mengherankan gadis serapuh itu bisa melayani Tuan Mudanya di ranjang. Siapa pun tahu di Lembah Utara, Cargil adalah Tuan Muda kedua setelah Pemimpin Tertinggi
Lembah Biru, Sekumpulan angsa putih terbang cukup tinggi melintasi danau Artis, mereka melarikan diri dari ketapel beberapa pemuda tanggung yang menembakinya. Suara gelak tawa menggema di sekitaran danau. Terlebih waktu mereka mengejek wajah jelek Dallas yang tercebur ke dalam danau karena di perdaya seekor ikan emas. "Sepertinya kamu lupa bahwa ikan emas itu hanya jinak kepada Pemimpin Tertinggi! Jangan mimpi!" ejek bocah lelaki yang wajahnya sangat imut tetapi tinggi badannya melebihi tinggi Dallas. "Kamu terlalu kejam Henrico, aku bibimu bukan gadis bodoh yang bisa kau tindas!" Dallas mengamuk dan melemparkan akar teratai ke wajah keponakannya. Henrico Black Shadow tidak bisa menghindari akar itu padahal dia sudah berkelit, suka tidak suka, klan Lembah Biru memang terlatih memiliki ilmu bela diri sejak mereka kecil, dan Dallas adalah tantenya yang santer dengan kekejaman serta berdarah dingin. Wajah Henrico memucat, giliran Dallas tertawa terbahak bahak. "Bujang cilik! Kamu h
Kaki Silveryn menggantung di udara! benar saja, dia melihat getah karet yang mencoba menggulungnya bergerak gerak di bawah kakinya. Mahluk ini tidak memiliki mata namun mempunyai kemampuan indera sensorik pada gerak. "Terbang!" teriak Silveryn. Dalam waktu bersamaan sekelompok sosok berjubah membuat formasi di udara. Jejak dari gerakan mereka ditangkap oleh gumpalan karet yang kemudian saling berbenturan di bawah kaki mereka. "Ayo ke pucuk tertinggi!" panatua bungsu memimpin pergerakan. Dalam perjalanannya dia melempar seekor burung, dalam gerakan yang sangat cepat seonggok getah karet menyambarnya. "Aku pikir getah ini memilik pohon, kita harus mencarinya. Hutan ini cukup banyak monster, bau mereka sangat kuat!" kata Jenson. "Aku pergi mencarinya!" kata seorang pengawal, "Tetapi kemampuanku terbang tidak bisa lama, tolong lindungi aku" "Aku akan pergi bersamamu, lukamu cukup serius terkena uap beracun dari getah itu" Jenson menyahut. Silveryn melihat pada Marroco yang sudah t