Clara berguling dari gerobak motor yang kaget karena diperintahkan putar balik. "Keluar dari gerbang belakang, atau kami tembak!" Baron dan Adidas, kedua pemuda itu sebenarnya membawa barang bagi keperluan militer, mereka sangat ketakutan ketika pasukan militer justru meminta mereka putar balik. "Berhenti!" suara galak dan derap langkah kaki pasukan militer mengepung gerobak motor. Adidas yang ketakutan mulai mengompol, "Kami membawa pasokan!" katanya dengan bibir bergetar. Sepasukan tentara yang menatap pada sosok berjubah dengan wajah hitam bersisik tidak berkata-kata. Bayonet panjang di arahkan ke tubuh Clara tetapi akhirnya mereka menusuki jerami dan menemukan kotak kotak kayu berat. "Berangkat, ke gudang belakang, dermaga pelabuhan carter!" Baron dan Adidas menghela nafas lega, dia melirik pada Clara yang tetap tenang berbaring. Memasuki gudang pelabuhan, berderet kapal kapal carter dengan para ABK yang terlihat kuyu dan layu karena seluruh kapal tidak bisa meninggalkan
Rayden keluar dari hotel dengan muka merah padam, hilangnya Clara membuat semua rencananya berubah. "Batalkan misi, aku langsung ke pelabuhan Qurazonia!" teriak Rayden di ujung telpon. Cargil adalah lawan bicaranya, terkejut dengan hilangnya Clara, "Rayden, penawar bisa yang terakhir bahkan bisa melumpuhkan seluruh tubuh dalam seminggu, gadis itu terlalu kuat" "Bisakah kamu ke pulau Samara, kita berpencar mencarinya?" "Oh, aku ingin kembali ke Lembah Utara secepatnya, ibuku semakin lemah" suara Cargil terdengar lesu. "Perjalananmu melewati pulau Samara, luangkan waktu beberapa hari. Jika dalam 3 hari tidak ada kabar tentang gadis itu, kembalilah ke Lembah Utara!" "Jangan katakan kamu akan langsung ke Lembah Serangga menemui gadis itu! Ayah ibumu akan memarahiku jika mereka tahu kamu mengejar seorang gadis" Cargil mengusap pelipisnya karena kesal dengan pengaturan yang tidak adil ini. "Hehehe, bukankah kita mendapat undangan perayaan 200 tahun keluarga El Wongso, kamu akan datan
Bang! Suara kencang dari sangkar sangkar besi diturunkan ke tanah. Matahari membakar tanah karena teriknya, gelombang panas seperti bayangan kematian. Pasir putih selaksa kristal yang bisa mengiris nadi. Orang orang frustasi dengan cuaca yang tiba tiba menyengat ini. Seluruh kedai di pulau Samara dijejali banyak tubuh yang mendambakan air sejuk. Ethan sudah berada di pasar hewan sejak subuh, dia memilih menyewa gubuk kecil yang terbuat dari bilik dan papan tipis, dari sela keropongnya bilik dia bisa mengawasi pasar di depannya. Udara di dalam kamar sangat lembab, sebentar saja jubahnya sudah basah oleh keringat. Matanya menyipit apa yang disebut dengan pelelangan hewan ternyata tidak ada satu pun hewan yang ditawarkan. Waktu kerangkeng besi di buka, di bawah panas yang terik, puluhan pria muda dengan tubuh tegap dan otot yang kuat di rantai oleh besi baja dan di tawarkan sebagai budak. Pasar hewan di penuhi oleh para bangsawan yang berpakaian bagus, mata mereka berbinar melihat buda
10 hari berlalu, "Ya, ampun daya tahan tubuh generasi Book kelima memang tangguh. Lihat! sekali pun peluru dan panah beracun berhasil mengoyak tubuhnya, dia tetap bertahan hidup" "Benar, dia juga seorang jenius dan cukup licik. Uh wajahnya tampan serupa kakek buyutnya." "Untung kita mencium bau darah keluarganya, hmmm....tidak menyangka, akulah yang menemukan cucu Draken Book yang hilang!" Mendengar obrolan dua pelayan di dekatnya, mata Ethan mulai berkedip dan bulu matanya yang panjang dan lentik berkibar, dia mengerjap melepaskan diri dari keterikatan yang lengket. Mereka kemudian terkulai lagi saat sapuan dingin membantu menghilangkan rasa lengket di matanya. "Pangeran Muda Draken Book! Anda sudah bangun! Ayo latih matamu agar terbiasa dengan cahaya!" "Siapkan ramuan penembus jiwa, dan basuh darahnya agar tetap murni!" Seorang pelayan senior mendekat sambil membawa peralatan bedah di atas nampan. Ethan sudah membuka matanya sepenuhnya, memandang wajah pelayan tersebut. "Jang
Setelah setetes darah jatuh ke lantai marmer dan berubah menjadi kumpulan aurora berwarna hijau, sosok-sosok berjubah hitam muncul. Selanjutnya, para pelayan bangkit dan merentangkan tangan mereka, menghirup aurora yang menyelimuti aula. Gadis yang menemani Ethan berseru, "Hail, Pangeran Muda Draken Book! Penguasa Lembah Draken" Gadis itu berlari lagi dan dengan anggun melompat ke udara. Meski usianya masih muda, ia telah menguasai seni meringankan tubuhnya. Masih terkesima dengan penampilan klan Draken Book, gadis itu menyerang Ethan dari jarak jauh hingga membuatnya tersandung dan darah mengucur dari mulutnya. Sekali lagi, darah tersebut berubah menjadi aurora yang langsung diserap oleh sosok berjubah hitam. Tubuh Ethan terasa lebih ringan setelah pendarahannya berhenti, namun matanya terasa perih. Cangkang yang dia kenakan tampak retak, menyebabkan kepanikan muncul dalam dirinya. Sebagai seorang prajurit kerajaan Skydra, Ethan belum pernah bertemu dengan kelompok misterius sepert
Di Lembah Serangga, Setelah rusak akibat badai di laut lepas, kapal Ratu Abigail yang membawa Clara berlabuh di Teluk Arden di Lembah Serangga. Sebelum buru-buru turun, Clara menatap ke cermin dan menghela nafas frustrasi. "Ayah, kapalku sudah sandar. Kapten kapal akan menjemputmu!" suara Clara terdengar bimbang di ujung telpon. El Wongso baru saja memasuki kantor shahbandar dan berbasa basi dengan pejabat pelabuhan. Dia ditemani oleh keponakannya, Ajeng. Sejak Clara menelpon dan meminta dirinya menjemput di pelabuhan, El Wongso merasa itu bukanlah kepribadian putrinya yang nakal dan mandiri. Biasanya setelah pulang dari luar negeri, Clara hanya minta disiapkan mobil yang akan dia kemudikan sendiri. "Kapten sudah mendapatiku, kami akan tiba sebentar lagi!" El Wongso berjalan memasuki pintu dermaga dan dengan langkah panjang mengikuti Kapten menuju kapalnya. Clara memukul cermin di depannya retak tak berguna, lidahnya mendesis. Matanya berair dan mulutnya sangat jelek. Tetapi dia
Seminggu sejak kepulangan Clara, seluruh klan El Wongso berkumpul. Nenek sudah mencurigai dengan munculnya cacar hitam di tubuh cucunya, pasti akan diikuti dengan berita kehamilan. Dan benar saja, Clara telah hamil, sebagai manusia serigala kehamilan normal terjadi 6-7 bulan. Namun klan El Wongso memungkiri bahwa gen mereka membawa periode kehamilan yang berbeda. Kemungkinan sebelum memasuki periode 5 bulan, Clara akan melahirkan. Waktunya akan bersamaan dengan perayaan 200 tahun kelahiran ibu dari El Wongso. "Paman!" kata Finn Sparrow , sepupu Clara dari garis ibunya, "Saya kira kami berkumpul di sini untuk menyambut keponakan saya. Tentunya kita akan bersiap saat kelahiran itu tiba!" "Uh, langit sepertinya membenci pertemuan kita, bahkan di musim panas, mendung dan petir terus terdengar!" suara seorang wanita gemuk terdengar mengejek. Clara memuntahkan makanannya dan berteriak kepada pelayan, "Bawakan aku darah monster dan beri lima tetes jeruk emas yang paling masam. Aku mual men
"Kerajaan Skydra baru saja memberitahu jika mereka akan mengirimkan mahar pernikahan yang tertunda" Nenek Monica menatap Clara kasihan. El Wongso akhirnya paham, mengapa putrinya tidak ingin diganggu kehamilannya. "Tentang Raja Abigail" "Kalian berhutang padaku!" teriak Clara marah. El Wongso memeluk putrinya dengan erat, dan dia juga menangis tersedu sedu, "Maafkan ayah, tidak melindungimu di saat saat kamu kesulitan!" Nenek duduk di sudut ranjang dengan wajah buram, "Kisah itu aku berpikir hanya kutukan bodong, tidak menyangka kamu melaluinya-----Memasuki ruang gelap dan bertemu Caligula. Aku minta maaf menyembunyikan kisah ini padamu" "Jadi Clara sudah resmi sebagai permasuri kerajaan Skydra?" tanya Daisy. "Dia permasuri sekaligus Ratu Skydra statusnya sekarang ini!" Nenek menjawab dengan lemah. "Oh, berarti kita hanya menunggu Raja Abigail meniduri Clara dan kutukan cacar hitam di tubuhnya hilang?" Ajeng bertanya polos. Nenek dan El Wongso menatap Clara mencari jawaban. Mer