Setelah menyelesaikan makan siang, Clara menemukan sebuah konsol berisi panel kancing lemari di kepala tempat tidur. Dia membuka lemari khusus pakaian Ratu dan menemukan berbagai pilihan gaun. Menginginkan sesuatu yang praktis, dia memilih gaun panjang yang mengalir dengan jubah sutra dan memutuskan untuk membiarkan rambutnya tergerai tanpa riasan apa pun. Kemudian dia berbaring di tempat tidur untuk menyalakan portalnya menemukan Abigail di perpustakaan kerajaan, asyik mengerjakan sesuatu dengan banyak perkamen desain arsitek berserakan di meja panjang. Seorang pelayan sudah sangat tua, berjalan lemah membawa cangkir susu dan camilan dari buah persik. "Aku tidak terlalu percaya dengan kutukan yang Malachi lakukan padamu, tetapi aku menghormati keyakinanmu. Biar bagaimanapun aku hidup terpaut beberapa generasi yang memiliki pandangan berbeda tentang takdir!" Clara memicingkan mata melihat Abigail yang semakin pucat. "Umm, aku tidak tau kenapa aku menyukai manisan buah persik ini, k
Aku menatap punggung pasanganku dengan nanar, setelah dia menandaiku----Kemanapun aku berjalan, keringatku harum buah persik yang manis. Dan Clara tetap tidak percaya dengan kutukan penyihir Malachi. "Aku tidak akan menyerahkan takdirku kepada omongan jahat seorang penyihir, jika di masa depan aku memiliki Alpha lain selain dirimu, percayalah aku pasti memiliki alasannya bukan sekedar memanjakan nafsuku!" "Tetapi kamu sudah melihat sendiri bukan,? bahkan Lycan sepertiku tidak berhasil menggigit lehermu! Itu menyakitkan hatiku! Haruskah aku menyegelmu di bawah tanah? Aku ingin hanya aku yang menjadi pasanganmu seumur hidup?" "Hehehe, Jika kamu tidak mampu----Alpha yang lain pun sama saja bukan? Jangan hiraukan definisi kepemilikan, hatiku mencintaimu. Apakah ini tidak cukup? Sepertinya aku tidak memiliki suara dalam hal ini!" "Tidak!Tidak!----Engkau Ratu Skydra, Engkau memiliki kekuasaan absolut!" Abigail hanya merajuk, dia enggan berpisah dari Clara. Clara menggigit kuping pasan
Sementara itu di gurun Amethys, Rayden berdiri membeku, urat hitam menonjol dari dahinya. Lidahnya lumpuh kehilangan kata-katanya. Dia berpegangan erat pada sebatang tonggak kayu, buku tangannya mengeluarkan darah, mati-matian menahan amarahnya yang siap meledak. Berdiri di hadapannya seorang wanita dikelilingi oleh klan Maratua. Untuk memastikan, mereka sudah melakukan tes biometrik berulang kali dan tes DNA dengan klan Maratua. Wanita yang sudah memiliki pasangan ini adalah Jamila putri bungsu dari sekte kecil di gurun Amethys----Konyolnya lagi dia bukan manusia serigala. "Mengapa kamu menjual data dirimu di pasar gelap?" Cargil menggeram kesal. Jamila menggulung ujung gaunnya ketakutan. Pasangannya juga menunduk menghindari dominasi tatapan Cargil, sekalipun dia mencium bau kelompok yang mendatangi desa mereka sejak seminggu yang lalu bukanlah Alpha, tetapi mendengar nama penguasa tertinggi Lembah Utara saja sudah membuat desa itu gempar. "Maaf tuan itu hanya iseng saja di platf
Malam Festival Bulan di pelabuhan Qurazon Benua Putih, Clara tersenyum geli----Matanya ber-urat emas, dia menahan perutnya untuk tidak terbahak bahak mendapat satu sel baru kloning biometrik mata. Uh, betapa bodohnya lelaki itu, dia mencariku dan aku menyambutnya dengan sukacita. "Kamu akan turun besok pagi, terimalah ini sebagai identitasmu yang baru!" Clara menyerahkan token bank dan satu set softlens berwarna abu abu muda kepada Ethan. "Kita perlu berjaga jaga menghindari sergapan dari antek antek Ramses dan Roderick, bagaimana pendapatmu?" Ethan mengambil softlens dan keningnya berkerut, "Haruskah aku membesarkan bola mataku?" Clara terkekeh-kekeh, "Kamu hanya perlu menempelkan pada pupilmu dan berkedip, selesai! satu menit pertama akan butuh penyesuaian sisanya seperti biji matamu sendiri!" "Jika Ratu memerintahkan diriku untuk menyamar maka tidak perlu lagi aku berpikir" Ethan berbincang dengan dirinya sendiri. Apalagi ini perjalanan perdananya keluar dari Lembah Skydra menge
Dari ketinggian hotel Milledetum, Ethan menyapu pandangangan pada kota Qurazonia, pusat pemerintahan di Benua Putih. Dia memegang brosur perjalanan, dan melihat peta kecil di tangannya. "Untuk menuju Lembah Biru, aku harus memiliki koneksi yang kuat karena tidak sembarangan orang bisa memasuki Lembah. Bahkan dengan statusku sebagai Panglima kerajaan Skydra, mereka menolakku masuk" Suara ketukan pintu terdengar halus, Ethan membukanya dan pelayan hotel dengan wajah senang mendorong seorang pemuda kecil yang tersenyum ramah, "Tuan, ini pemilik toko yang bisa menyediakan ponsel untuk Tuan!" Ethan mengangguk, dan menyelipkan satu lembar uang sebagai tip kepada pelayan hotel yang segera menghilang. "Saya sudah melakukan pelacakan, sepertinya ponsel Tuan Cargil ada di tengah lautan, sayang sekali! Kemungkinan kelompok Rogue mencurinya waktu tuan turun dari kapal!" Ethan tersadar dari linglungnya, "Oh,Eh....Apakah ini ponsel dengan fitur terbaik?" Ethan memegang sekotak alat telekomunika
Di lobi besar mansion, Arturo dengan cemas menunggu Ethan. Dia tidak tahu bahwa pamannya telah memasang perangkat pemindai mata untuk menyaring tamu yang tidak diinginkan. Arturo telah mendaftarkan Tuan Cargil dengan nama Ethan Miller sebagai tamunya, namun dengan prosedur reservasi malam ini, Tuan Cargil tidak bisa menggunakan nama palsunya. Tak disangka, sederet tamu datang untuk menyaksikan koleksi permata keluarga Solares. Para bangsawan dari Benua Putih mengincar pelelangan berlian langka dari Lembah Biru. Berlian misterius ini, tanpa informasi detail di katalognya, hanya disebut sebagai warisan yang ditinggalkan oleh keluarga bangsawan yang hilang ratusan tahun lalu. Solares memanggil Arturo yang berpapasan di pintu kedatangan, "Arturo, pergilah ke rumah besar, ambilkan obat lambungku!" Arturo ingin menolak permintaan pamannya, tetapi memandang antrian mobil yang masih panjang, dia mengiyakan dan segera hilang menuju rumah utama. Ethan mematikan rokoknya, dia berdiri tenang m
Situasi di mansion tiba-tiba menjadi hidup ketika nama bangsawan Roderick Houffer disebutkan. Ethan menyadari kepalanya menoleh ketika Roderick memasuki mansion bersama putranya dan para pengawal setianya. Dadanya terasa sakit, sambil berpikir, "Roderick, kamu melarikan diri ke Benua Putih. Pantas saja seluruh keluarganya di Skydra lenyap!" Ethan bergumam pada dirinya sendiri, "Ratu sangat pintar, dia memperkirakan Roderick dan antek-anteknya akan lari ke tempat ini." Milano menunggu dengan cemas jawaban Ethan, berdiri membeku di hadapannya. Aroma tubuhnya menusuk lubang hidung Ethan, meresahkan indranya. Saat Solares menegur putrinya dalam bahasa Qorazon lokal, kedekatan Milano semakin meningkat. Pada akhirnya, Ethan merasa minder, menyadari bahwa dia hanya mengetahui bahasa universal dan dialek lokal komunitas kecil di Skydra. Dalam gerak yang halus Milano mendekat ke Ethan, payudaranya hampir menyentuh wajahnya yang memerah. Frustrasi, Ethan mengutuk taktik menggodanya, Separuh t
"Jendral Qurazon!" Ethan membungkuk dengan hormat, tubuhnya yang tinggi menjulang selaras dengan tampilan wajahnya yang dingin. Jendral Qurazon bangkit dari duduknya dan Ia mengganguk membalas rasa hormat Ethan kepadanya, "Sangat terkesan dengan budi luhurmu, anak muda!" katanya sambil memberikan Ethan segelas anggur dan bersulang. Ethan menerima anggur, memutar gelasnya dalam cahaya lampu yang benderang dan menyesap dalam sekali teguk dengan cara yang anggun. Jendral Qurazon tertawa senang, "Anda sungguh bangsawan yang memiliki etiket sangat halus dan teliti! Makanlah manisan Passiflora Edulis khas kota Qorazonty ini. Lihat, dia kecil seperti peluru tanpa biji!" Ethan melirik butiran buah kecil yang berkilat karena kadar gulanya yang tinggi, dia mengambil sendok perak dan memasukan setengahnya ke dalam mulutnya yang meledak kesenangan karena rasa manisnya pas dan harumnya khas---"Oh, ini manisan buah yang sangat enak, sensasi di mulut ingin terus mengunyahnya!" seru Ethan dengan