"Kami ingin membantumu menemukan identitasmu, tetapi sepertinya ini mustahil. Kamu adalah individu yang terlahir kembali. Hasil respon otakmu meskipun tidak cedera----Para dokter menyimpulkan kamu kehilangan ingatan secara permanen!" Dokter Richard menyerahkan selembar kertas berisi grafik yang aku tidak mengerti. "Meskipun aku kehilangan ingatan secara permanen, bukankah aku individu yang merdeka yang bisa keluar dari rumah sakit ini?" "Kamu individu spesial, Jamila! Tinggallah di rumah sakit ini sebagai rumahmu. Kalau kamu mau kami bisa membantu mencari potensi dari tubuhmu dan meneliti lebih lanjut!" ujar Dokter Maria. Aku tertawa terbahak-bahak, "Apalagi yang ingin Anda cari dokter? Sirip hiu atau hantu laut Sifirin?" Dokter Maria pucat seketika----"Mengapa kamu menyebutnya? Apakah kamu bertemu dengannya?" "Kalau, iya....Apakah ini membantumu untuk mendapatkan jawaban?" kataku sesuka hati. Dokter Richard menghampiriku, dan aku mundur selangkah. Aku tidak yakin apakah ini memp
Dokter Jensen yang geram menghampiri Clara yang diam terpaku dengan tuduhan sebagai penyihir. Dia menggerakkan jari telunjuknya dan menggumamkan mantra. Clara merasa terpesona dengan sikapnya, mengamati ekspresi wajah Dokter Jensen, dan tertawa terbahak-bahak. Dokter Maria tampak bingung, "Apakah Anda sedang memantrai Jamila, Tuan Jensen?" Clara berbalik sambil berkata, "Siapa yang berani memberiku ramuan pengusir roh? Harus bertanggung jawab!" "Itu Aku!" kata Dokter Jensen, "Kamu membawa pengaruh sihir jahat ke Lembah Skydra berpura-pura sebagai pahlawan. Apakah ada yang melihatmu berenang di Laut Sifirin? karena tidak ada saksi mata, bisa saja kamu memanipulasi semua trik sihir!" "Aku khawatir pandangan Anda terhadap Jamila bias, Kita semua tahu....Mahluk bernyawa yang melintasi laut Sifirin pasti tergoda dengan buaian ombak jika pikiran kosong mereka akan sukarela terjun ke laut" Suara seorang dokter yang mengejutkan Clara. Dia seorang dokter muda dengan tampilan pendiam dan din
"Ada apa dokter?" tanyaku sambil meraih jarum suntik yang coba dia tancapkan ke leherku. "Apakah Anda mencoba membiusku dengan rayuan?" kataku terkekeh-kekeh. "Daripada repot repot membiusku dengan tabung kosong, lebih bagus Anda gunakan bibir Anda untuk mengecup bokongku!" Aku melompat dari kursi roda dan meraih tubuh dokter tampan itu kedalam pelukan, aku tancapkan tabung suntik yang berisi obat bius pada punggungnya, sebentar dia mengejang----Uh, aku mengecup bibirnya yang tebal terasa manis, dan tubuh besar berotot itu ambruk menghantam kursi roda. "Mimpi indah dokter ganteng, aku akan datang menghantui hidupmu!" sambungku dengan santai. Dokter Rodriguez mencoba menjadi pelindungku dan memapahku keluar bangsal---Aku Clara El Wongso, sedari kecil adalah sosok yang sulit mempercayai orang asing. Kepada Benigno mantan pasanganku, aku menyerahkan hidupku, dan berakhir dikhianati, dilecehkan sebagai pasangan tak berguna. Sekarang, aku harus memutuskan apakah akan mempercayai Dokter R
“Dylan?” Aku melangkah mundur, mengamati putra Drokter Maria, yang mengintai di belakangku. "Aku ingin menemuimu, tapi ibuku bilang kamu akan masuk sel isolasi malam ini. Kenapa kamu ada di luar seperti ini?" katanya dengan wajah bingung. Meskipun pikiranku sedang kacau, melihat anak lelaki ini membuatku sedikit gembira. Aku melihat peluang untuk mencari tahu cara keluar dari area ini. "Oh, aku meminta izin kepada ibumu untuk keluar menghirup udara segar, aku sedang mencari tempat makan di luar rumah sakit!" "Kamu benar-benar mengkhawatirkan dan penuh kejutan, Jamila!" Tawa Dylan menggema, "Ini malam bulan purnama, tidak ada restoran yang buka!" "Uh, apakah kamu juga manusia serigala bulan? Kalau begitu aku harus segera menjauh darimu!" kataku dengan nada kecewa. "Aku belum memiliki serigalaku, tetapi pamanku manusia serigala bulan. Mereka sudah berkumpul di bukit Skydra menunggu malam pelepasan" "Kalau begitu, tunggu apa lagi----Ayo pergi ke kota!" kataku, "Aku akan menceritakan
Bahkan di bawah sinar bulan, bangunan perpustakaan itu terlihat megah, terbuat dari batuan andesit putih bersih menjulang ke langit. "Ini pintu masuknya!" Dylan berseru. Dan sebentar saja dia sudah mendorong pintu besi dengan ketenangan dan hati-hati. Aku terpesona oleh pemandangan ruangan yang terang benderang, dengan rak buku yang tinggi dan rapih dan ornamen ukiran gading yang indah. Aku melupakan sejenak kekacauan di rumah sakit, merasa segar kembali. "Dylan! Terimakasih sudah membawaku kemari!" kataku tulus. Di perpustakaan Lembah Skydra, aku merasa kecil dan tak berarti. Saat aku menaiki tangga besi di antara rak, aku merasa gugup dan seperti menemukan setitik asa yang menguap. Mataku berembun. Dylan melompat kegirangan sambil berseru, “Hei, kami punya susu dan air di sini! Oh, dan ada juga roti hangat!”, "Jamila, aku akan menyiapkan susu dan roti, carilah buku yang kau minati dan kita bertemu di sudut sebelah kanan. Kamu hanya lurus saja ada beberapa kursi baca yang nyaman-
Mengikuti saran Dylan aku berlari untuk mencari ruang staf perpustakaan, jantungku berdebar kencang. Setelah memeriksa beberapa ruangan yang terkunci, tersisa sudut yang gelap dan berbau tidak sedap. Aku bertanya-tanya apakah ruangan di ujung itu adalah kamar mandi. Suara geraman dan langkah kaki yang berat semakin mendekat. Baunya sangat pekat, dalam situasi yang mencekam dan remang-remang terlihat sebuah kotak sepertinya tisue toilet, jadi aku meraihnya sebelum menerobos ke ruang kecil yang gelap. Kutarik beberapa tisue untuk menutupi hidung dan mulutku. Rasa mual menyergap, air mataku berderai menghadapi bau ini----Jika ini bukan kamar mandi, apakah ini kandang monster? Terdengar suara gadis serigala itu menggeram frustasi---- Saat masuk tadi aku tidak menemukan pintu, jadi aku menekan rasa takutku dengan meraba tembok di belakangku berharap menemukan pintu dan menutupnya----Aku menemukan pegangan pintu dan sepertinya itu pintu besi, jadi aku menarik lalu membantingnya. Yakin hany
"Dengar tuan, namaku Jamila dari Gurun Amethys, aku hanya seorang pengasuh biasa!" jawabku sambil menenangkan diriku, "Anda mungkin salah kira----Aku juga sudah menikah, jadi tolong jujur saja beritahu bagaimana cara keluar dari sini!" "Owggh:" "Dia menggumam dan setelah beberapa saat diam, dia berkata, "Jika itu masalahnya, maaf, aku tidak bisa memberikan bantuan apa pun!" "Tenang, tuan! Kalau kamu merasa lemah tak berdaya, biar aku yang berusaha mencari jalannya, tunjuki saja caranya!" Aku harus berdamai dengan sosok ini, aku tidak tertarik berdebat lagi, semua kalimat yang terucap dari mulutnya membuatku semakin frustasi. Setidaknya aku merasa sedikit aman dia tidak menyerangku lagi. "Peluk aku!" Kesal dengan permintaan cabulnya dan kesabaranku mulai menipis. "Tuan anda salah orang!" "Jadi maksudmu pintu itu salah menangkap orang?" tanyanya kepadaku. Saya memikirkan pertanyaannya, "Apakah Anda ditangkap sepertiku?" aku bertanya kembali. Dia tidak memberikan jawaban, membuatku
Dia tidak merespons saat aku mendekat, dan aku merasa sangat malu. Aku membawa kotoran di pantatku, dan aku bertanya-tanya bagaimana cara memeluknya agar kita bisa keluar dari ruang gelap ini. Arrggh! peduli apa? Dia sudah seratus tahun tidur di atas kotorannya sendiri, tidak mungkin terganggu dengan bau kotoranku. Jadi aku meraih tangannya dan menepatkan di punggungku tetapi tangannya terasa dingin tanpa daya. "Apakah kamu kedinginan?" tanyaku tegang. Lagi lagi tak ada jawaban, aku mencoba untuk duduk, tidak mampu,----"Aku serius bertanya, Tuan!" Air mataku mulai mengalir, menyesal rasanya tidak memeluknya sejak dia memohon pertolongan. Aku belum mengenalnya, tetapi dia yang membuatku merasa tersentuh. Mahluk ini hanya minta dipeluk----Jadi aku memeluknya, terjatuh di atas tubuhnya dan menangis. Kesedihan merambati hatiku, aku semakin melekatkan diri padanya, menaiki tubuhnya yang lemah, meraih kedua tangannya agar dia juga memelukku. Dan pada waktunya aku terjatuh di atas dadany