Dua hari kemudian di perairan Lembah Sylin. Bao Ceng, kapten kapal Lembah Biru sudah membawa kapalnya memasuki perairan Lembah Sylin dan bersiap melempar sauh. Henrico bergidik melihat penampakan dermaga Lembah Sylin seperti tidak ada kehidupan diselimuti kabut putih kekuningan. Dermaganya kecil berupa kayu oak yang ditancapkan begitu saja. Tidak ada bendera Lembah Syilin yang berkibar. Uap belerang menyeruak sangat pekat. "Kita sauh di sini!" Henrico memberi perintah. Bao Cang terkekeh-kekeh, "Jangan katakan, kamu sedang bersiasat jahat!" "Setidaknya aku belajar, bukan untuk menjadi ayam sayur!" Henrico mendengus kesal. "Bermainlah aman! Pamanmu hanya setengah hari perjalanan, bahkan gunturnya sudah kita dengar dari sini!" Henrico melepaskan gunturnya yang menggelegar dan melompat dari kapal besar ke atas sekoci, tongkatnya sesekali di ayun sebagai dayung. Dia tinggal selangkah lagi untuk menambatkan sekocinya, waktu sekelompok manusia tanpa wajah muncul di hadapannya dalam sam
"Oh, dia bukan monster sepertinya, tetapi bangsa siluman!" pekik seorang pengawal Black Shadow. "Aku tidak makan daging siluman! mereka mahluk menjijikkan!" teriak yang lainnya. "Ayolah, kita ambil sisiknya saja untuk tirai di rumah kita!" ajak yang lainnya. Henrico dan Bao Ceng berhenti berkelahi, "Diam kalian semua!" teriak mereka berdua kompak. Gedebuk, Bao Ceng tiba tiba terjatuh! Semuanya kaget dan melihat di kejauhan formasi para penyihir Lembah Sylin semakin banyak. Bao Ceng terkena mantra tidur panjang. Pengawal Black Shadow segera mengiris pergelangan tangan Bao Ceng dan darah mengalir deras. "Cari yang melemparkan mantra ini!" Pengawal itu menarik darah Bao Ceng dan meniupnya dari atas geladak. Seberkas sinar merah melesat sangat cepat, dari sepuluh formasi sosok berjubah di atas sampan. Seorangnya menggeliat kesakitan. Pengawal Black Shadow serempak mengirim sinar merah dari tongkatnya dan puluhan jarum beracun melesat tanpa ampun ke arah sosok itu. Karena panik soso
3 jam kemudian kapal benar benar berguncang dan mesin mati total. Terumbu karang menahan badan kapal seperti menggantungnya. Para ABK menjadi panik dan berlarian di atas geladak. Silveryn sudah tidur sejenak, dia merasakan kapal berhenti dan bergegas keluar. "Kapal tersangkut terumbu karang!" seru kapten. "Ini bukan jalur yang harus kamu lalui kan?" tanya Marroco curiga. Kapten kapal pucat pasi, "Aku mengikuti peritah bandar kapal untuk melewati atol ini, aku sudah memberi tahu resikonya!" "Brengsek!" Jenson menarik krah baju bandar kapal yang akan membantah omongan kapten. "Kamu coba coba menipu kami?" "Tenang!" Jack bersuara, dia membunyikan peluitnya dan terdengar pluit balasan. "Kita hanya berjarak beberapa mil dari atol ini, lemparkan sekoci dan biarkan ABK turun!" Bandar kapal berlari setelah lepas dari cengkraman Jenson, "ABK tidak bisa berpindah kapal!" ABK yang melempar sekoci berhenti sejenak, "Tugas kami sudah selesai menghantarkan kapalmu di Lembah Sylin!" "Kita be
Lima belas menit kemudian, Bao Ceng mengatakan, "Benda mengapung itu sisa komposit dari tambak ikan, seorang kapten kapal memberikan informasi di radio!" Dallas tampak terlihat pasrah "Aku hanya khawatir seseorang akan membunuhnya karena dia monster!" "Buka portal darah!" Silveryn mengangkat tongkatnya, "Kita berharap liontin itu belum hilang dan belum tercemari dengan darah Remdragon" Dallas langsung bersemangat, dia menusukkan jarinya dengan belati baja yang sangat lancip. Darahnya tumpah di lantai dan seluruh Black Shadow mengarahkan tongkat mereka, darah yang melayang sebelum jatuh ke lantai langsung menguap membentuk butiran kristal dan Panatua bungsu melakukan rapal mantra. "Temukan!" Dalam remangnya malam, terlihat kumpulah kristal bertebaran di udara di atas lautan yang gelap. Remdragon tetap mengapung dengan tenang, dia kelelahan. Tidak berani memakan apapun yang bergerak di sekitarnya karena dia kehausan. Matanya terpenjam dan pendengarannya cukup waspada. Ombak menyent
Tubuh Remdragon sudah menghilang jauh ke dalam lautan. Pertarungan melawan kelalawar siluman menghabiskan energy dari tubuh Jack, bibirnya mulai membiru. "Black Shadow kehilangan Remdragon dan masih menghadapi siluman yang tangguh!" Napas Jack tersengal sengal. "Bao Ceng berapa jarak yang yang tersisa dengan lokasi Black Shadow?" "Tuan, ini aman untuk kalian terbang, aku bisa menyusul setelahnya!" "Ayo pergi! Aku titip Dallas dan Jack, Panatua bungsu akan menemanimu!" Silveryn membentuk formasi rasi bintang, "Bersiaplah kita terbang sekarang!" Henrico melihat mereka melesat di kejauhan, "Aku akan kembali!" "Kamu tidak bisa pergi kemana pun!" Panatua bungsu mencegah Henrico. "Kakek, santai! Aku hanya menguji kemampuan visionku!" jawab Henrico dan dia melesat tanpa bisa dicegah. Black Shadow mendengar guntur dari kejauhan, tak lama guntur dari arah Lembah Sylin juga terdengar bergemuruh. "Siapa yang menuju Lembah Sylin?" "Itu bocah tengil Henrico!" "Aku akan menyusul dia, ka
Di Lembah Serangga, "Raja Abigail sudah sandar di pelabuhan Arden!" Kepala pelayan di kediaman El Wongso memberi kabar. "El Wongso, sudahkah kamu membuat pengaturan untuk kerajaan Skydra?" tanya Nenek Monica kaget dengan kedatangan Raja Abigail yang lebih awal, "Acara masih akan berlangsung 5 hari kedepan tetapi beberapa tamu sudah datang lebih awal. Kita tidak memberikan penghormatan di depan?" "Aku akan menemui para tamu secara pribadi, jika kedatangan mereka lebih awal dan memberitahu kita!" El Wongso beranjak dari ruang pertemuan dengan wajah gelisah. Daisy dan Ajeng juga kaget dengan pemberitahuan yang mendadak, mereka menunggu kabar dari kerajaan Skydra tetapi canary yang dikirim tidak mendapatkan jawaban. Clara terbaring di ranjangnya dengan perut yang kian membesar, tubuhnya terlihat ringkih dan matanya semakin merah. Kulitnya sudah hitam bersisik sempurna. Daisy agak takut melihat penampilan Clara, tetapi dari penelusuran panatua bahwa sihir ini bersifat sementara dan bis
Mata El Wongso membesar, melihat betapa Raja Abigail tidak mampu menahan dirinya sendiri. Sejenak dia linglung lalu wajahnya berubah cemas. Suaranya menjadi serak dan berat. Panatua El Wongso juga terlihat cemas. "Silakan masuk Yang Mulia!" El Wongso membuka pintu utama yang terbuat dari kaca transparan dengan pemindaian matanya. Panatua lainnya digiring ke sebuah lokasi yang berupa tanah berundak dan terdapat jejeran rumah terbuat batuan putih dengan ornamen kayu besar yang tampak tua. Atapnya lembaran bata merah yang diukir dengan indah. Bangunan ini memiliki nama sesuai rasi bintang. Tiap halaman memiliki kolam kecil dan taman bunga bercampur tanaman obat. Harum alami dari bunga dan tanaman obat sangat menyegarkan. Meski di area terbuka, sedikit sekali gangguan serangga. Kupu kupu cantik berterbangan disegala arah. Pengawal dan Panatua lembah Skydra sangat puas dengan pengaturan ini, udara terbuka dan villa yang berdekatan, mereka yang bosan bisa duduk duduk di teras memandangi h
Raja Abigail menjadi kikuk, bibirnya mengerucut dan suaranya sedikit malu malu, "Ayah mertua!" katanya dengan memberi hormat. El Wongso masih merasakan berat di dadanya dan dia hanya bisa menganggukkan kepala kepada Raja Abigail. Tangannya dengan berat menarik daun pintu dan menutupnya pelan. Wajahnya terus terlihat muram. Seolah olah tidak berjiwa, kakinya melangkah menuju ruang keluarga. Sudah berkumpul panatua dan ibunya. El Wongso menghempaskan tubuhnya tanpa daya. "Bagaimana?" tanya Monica tidak sabar, "Apakah Raja Abigail takut melihat cucuku?" El Wongso menggelengkan kepalanya, "Mereka terlihat normal, aku yang takut menghadapi semua ini!" Daisy memahami kegundahan hati kakaknya, dia mencoba mencari jalan tengah. El Wongso adalah Alpha terkuat di Lembah Serangga dan Raja Abigail adalah pemimpin absolut dari Lembah Skydra, keduanya lelaki tangguh, masalah hati wanita berada di persimpangan. Antara putri dan istri, mereka sedang menunggu kabarnya. Sementara itu di kamar Cla