"Silahkan masuk kembali, Non Allesandra!"
"Tapi saya mau ke depan situ doang!"
"Silahkan masuk, Non Allesandra!"
"Orang mau liat kupu-kupu aja kok. Itu ada disana. Kan kalian semua masih bisa liat juga kan kalo saya disana. Punya mata kan lo semua?!" Allesa yang jadi kesal karena langkah kakinya tidak pernah bisa keluar saja dari batas yang telah ditetapkan pastinya oleh Algazka.
Tuan muda tampan, tapi sangat psikopat bagi Allesandra. Masa iya untuk pergi ke halaman rumah saja tidak diperkenankan? Padahal kan lagi banyak kupu-kupu yang Allesa lihat tadi saat berada di dalam kamarnya. Kebetulan jendela kamar milik Allesandra menghadap ke halaman belakang yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang sangat indah. Semua dirawat sehingga Allesa seringkali tidak tahan untuk berniat keluar dan ingin duduk menghirup udara disana. Halaman rumah milik Algazka yang sangat luas dan Allesa tidak bisa menikmatinya.
"Minggir nggakkk!" perintah Allesandra yang semakin kesal.
Dua bodyguard dengan tubuhnya yang tegas dan kokoh. Mereka semua rapi dengan penampilannya mengenakan jas hitam dan kemeja putih di bagian dalam. Menggunakan earpiece yang tidak pernah lepas dari telinga mereka. Pastinya untuk selalu melakukan koordinasi sesama penjaga dalam mematuhi peraturan Algazka yang tidak pernah mereka hiraukan satu kali saja.
"Bener-bener nyebelin!" Allesandra mendengus kesal melihat dua bodyguard penjaga pintu menuju halaman yang tidak membiarkan langkahnya melesat begitu saja.
Mereka sangat patuh saat bekerja pada Algazka. Tapi Allesandra menganggap mereka layaknya tawanan seperti dia. Tawanan yang tidak memiliki hak bebas selain mengikuti aturan Algazka dengan kekuasannya yang tidak mampu tertandingi oleh setiap lawannya.
"Cuma sepuluh menit kok. Janji deh. Boleh yaaa?" Allesa merubah taktik menjadikan dirinya lembut dengan bujukan rayuan manjanya. Kali saja bisa berhasil jika dia berbicara baik-baik.
Dua bodyguard tadi memilih diam dan enggan merubah posisinya. Menghalangi langkah kaki Allesa dengan pandangan lurusnya. Bagaikan patung yang tidak bisa dibasmi.
"Oke gimana kalo cuma lima menit? Saya bener-bener nggak akan bilang sama Algazka jadi kalian tenang aja, ya? Janjiii." Allesa setengah berbisik saat melakukan penawaran. Mungkin saja mereka bisa diajak kerja sama jika Allesa juga akan menyembunyikan dari Algazka.
Pokoknya Allesa ingin keluar sebentar untuk melihat kupu-kupu yang berdatangan mengelilingi taman rumah Algazka. Warnanya sangat cantik dengan sayap-sayap mereka yang begitu indah. Terbang bebas dan tidak seperti dirinya yang hanya bisa menatap dari balik ruang siksaan.
Bujukan rayuan yang entah keberapa ternyata tidak membuat mereka menanggapi Allesandra. Apa yang harus Allesandra lakukan?
Apa gue kasih mereka makan ayam goreng kremes aja ya? Kali aja mereka belom makan dan kelaperan karena mereka kan kerjaannya berdiri terus. Hemmm ... atau apa yaaa???
Allesa bergumam di dalam hati dengan mencari ide yang memutar-mutar di kepala dia. Mencoba mencari akal agar bisa bertemu kupu-kupu secara langsung. Algazka memang sangat merepotkan. Menghirup udara di luar saja tidak boleh. Dasar lelaki brengsek! Entah siapa jodoh dia yang sesungguhnya nanti. Yang jelas Allesa bukan jodoh masa depan Algazka.
"Yaudah kalo nggak mau, gue bakal ambil tali buat buat bunuh diri di depan kalian!" ancam Allesa dengan nadanya yang serius.
Dua bodyguard yang menjaga pintu mulai menoleh ke arah Allesandra yang berdiri di hadapan mereka sejak tadi. Sepertinya ancaman Allesa kini menjadi pusat perhatian untuk menanggapi keinginan Allesandra pada dua bodyguard Algazka.
"Gimana??" tanya Allesa dengan perasaannya yang sumringah meski masih mengancam. Ancaman yang pastinya hanya untuk dipakai menggertak saja agar menakuti bodyguard tersebut.
Lagian siapa juga yang mau bunuh diri. Hanya orang bodoh yang mengambil langkah untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Allesandra mengamati dua bodyguard yang saling berpandangan satu sama lain. Ancaman dia yang termakan secara perlahan. Mereka tampak memikirkan ancaman Allesa yang sangat serius.
"Ambilin talinya!"
Suara dengan nada dingin, tegas, dan penuh dendam membuat Allesa refleks menoleh. Suara langkah kaki yang semakin terdengar mendekat. Sosok yang kini berdiri di hadapan Allesa saat membalikkan tubuhnya. Algazka Zinadine Geus. Rupanya dia sudah pulang dan sempat mendengarkan ucapan Allesa tadi.
Algazka mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan yang masih melekat pada Allesandra. Gadis cantik dan polos yang kini berdiri mematung.
"Mau bunuh diri kan?" tanya Algazka tanpa senyuman di wajahnya. Tidak ada senyuman yang tercipta untuk Allesandra. Perempuan yang datang dari keluarga pembunuh adik kesayangan dia.
"Ini talinya, Tuan Algazka." Daskario menghampiri Algazka yang sudah menengadahkan tangannya menanti Daskar mengambilkan tali saat dia memerintahkan tadi.
Algazka memajukan satu langkah mendekati Allesa yang masih berdiri tanpa suara.
"Bahkan kalo kamu berniat menyerahkan potongan jari-jari kamu pun untuk mengancam mereka, mereka tidak akan pernah melanggar aturan saya, Allesandra!" nada Algazka yang terdengar dengan intonasinya kegeramann dan keangkuhannya.
Peraturan yang seharusnya Allesandra tahu. Semua takluk pada setiap ucapan yang terlontar dari Algazka.
"Take it! This is what you want." Algazka menyerahkan tali pada Allesa. Ucapan Allesa yang tadi sempat mengancam bodgyguard Algazka untuk melakukan bunuh diri.
Ihhh masa iya gue bunuh diri beneran? Dasar sinting emang Algazka! Lo bener-bener gue gentayangin nanti Algazka. Gue bakal berdiri di depan jendela kamar lo sampe lo gak bisa meremmm!
Allesa menggerutu di dalam hatinya dengan tatapan yang masih membalas tatapan Algazka yang tidak pernah lepas setiap dia menatap Allesa dengan keinginan kuat untuk membunuhnya.
Algazka kembali memajukan langkahnya. Kini dia menatap tajam Allesandra dari jarak dekat. Nafas yang Allesa rasakan secara kasar menyapu wajah dia.
"Asal kamu tau ... saya benar-benar ingin melihat kamu mati, Allesandra!"
Allesandra masih diam. Tatapan Algazka yang selalu Allesandra lihat dengan hasratnya yang sangat ingin menyaksikan Allesandra hilang dari bumi ini secepatnya. Kebencian yang tidak pernah memiliki obat untuk menghilangkan kekejaman seorang Algazka tanpa memandang siapa saja.
Algazka benar-benar ingin melihat Allesandra bisa mati!
***
"Kamu ini memang cuma datang dari keluarga pengecut. Maka dari itu saya lebih senang melihat kamu menderita daripada kamu mati begitu saja, Allesandra!"Ucapan Algazka yang masih terngiang di kedua telinga Allesa saat dia kembali ke dalam kamarnya. Tali yang Algazka perintahkan tidak jadi diberikan dengan ucapan dia yang ingin jauh membuat Allesa menderita. Harga yang harus dibayar mahal oleh Garvin. Ayah yang masih tidak Allesa yakini bisa membunuh adik Algazka meski keberadaan dan pengakuan Garvin memang telah membunuh adik Algazka."Tapi kalo tadi Algazka beneran jadi kasih talinya, gue kan nggak mungkin juga nggak ambil. Masa iya gue tarik ucapan yang gue ucapin di depan kutu busuk itu. Mungkin talinya bakal gue pake buat ikat leher dia!" Allesa menggerutu mengingat ucapan dan sikap Algazka yang selalu seenaknya.Allesa menghela nafas panjang. Mengamati jendela kamar sebagai pemandangan yang menjadi makanan dia sejak hari pertama kehidupan di kediaman Algazka."Jadi laper. Mau maka
"Kamu punya pacar, Algazka?"Pertanyaan yang akhirnya terlontar dari mulut Allesandra. Sebuah pertanyaan yang tidak pantas juga dinilai memiliki kesalahan mengingat hak yang sepatutnya dia perjuangkan walau terasa diangan-angan."Kamu punya pacar, Algazka?" Pertanyaan Allesa yang terdengar sangat ingin tahu. Namun Algazka tidak menjawab. Seakan memberikan jawaban atas kebenaran dari pertanyaan milik Alesandra.Algazka telah memiliki kekasih ternyata. Jadi benar kalau tanda merah ini pasti lipstik yang dimiliki oleh kekasih Algazka. Begitu pula parfum yang Allesa cium. Tidak menyangka juga kalau Algazka memiliki seorang kekasih. Siapa perempuan yang kejatuhan sial itu untuk berada di kehidupan Algazka. Berbagai pertanyaan menghampiri pikiran Allesa yang semakin penasran."Kenapa? Kamu bertanya seperti ini seakan kamu adalah istri sesungguhnya, Allesandra!" Algazka akhirnya membuka suara sekaligus menyadarkan status Allesa yang tidak perlu diseriuskan.Tidak sepantasnya Allesa berbicara
Allesandra yang sudah berhasil kabur dari pandangan Algazka menghembuskan nafas kasar setelah sampai di tempat dia akan meletakkan pakaian milik Algazka untuk dicuci, semacam keranjang laundry. Tempatnya berada di bawah yang tidak jauh dari dapur. Hanya saja ruangan tersebut dikhususkan sebagai tempat untuk mencuci pakaian. Beberapa peralatan mandi seperti handuk bersih juga diletakkan di ruangan tersebut. Ada lemari sebagai tempat penyimpanan. Rumah besar yang baagikan istana itu memang sangat tertata rapi. Sudah bisa ditebak kalau semua mencerminkan sisi gelap Algazka yang ternyata seorang lelaki mesum. "Emang dasar mesum kok!" Allesa menggerutu. Tangan mungilnya melempar kecil pakaian milik Algazka yang sudah masuk ke dalam keranjang laundry. "Bisa-bisanya dia punya otak, tapi otaknya nggak berputar dengan baik. Ihh cowok mesum!" Allesa kembali menggerutu. Entah apa yang telah dilakukan oleh Algazka kepada
Tatapan bengis Algazka masih membuat Allesa mengunci suaranya. Sorot mata lelaki itu penuh dengan rasa benci. "Kamu denger kan kata-kata saya tadi?! Kamu bukan seorang istri karena kamu adalah seorang anak pembunuh sekaligus budak yang tidak akan pernah saya pandang meski hanya sebelah mata pun!" Algazka menegaskan dan langsung meninggalkan Allesa yang meneteskan air mata seketika. Air mata yang sudah dibasuh oleh bahu tangannya dengan cepat. Kata-kata Algazka memang selalu berniat menyakiti hatinya. Kebencian, hinaan, dan rasa jijik pada dirinya seperti seekor lalat. Tapi mendengar sebagai anak pembunuh itu menyakitkan hati Allesa. "Bisa-bisanya gue nangis!" Allesa membasuh air matanya mulai menggerutu. Sikapnya yang mudah dia kontrol meski rasa sakitnya masih bergelayut manja. Siapa yang tidak patah dicap demikian pada lelaki yang mengambil status sebagai suami? Seorang suami y
"Siapa?" "Nakamante, Tuan Algazka." "Nakamante?" Algazka tersenyum kecut saat mendapatkan nama yang memang sudah berhasil dia tebak sebelum Daskar memberikan kepastian. Ternyata busur panah beracun sialan yang hampir membunuh Casper berasal dari Nakamante. Laki-laki yang memilih darah campuran Jepang. Salah anggota kelompok Maesaki yang tidak pernah bersahabat dengan Falcone. Nakamante termasuk anggota Maesaki yang patut diandalkan. Tembakannya dengan busur panah tidak pernah meleset meski dari jarak jauh sekalipun. Dan sekarang setelah Algazka memperkuat buktinya, dia tidak akan membiarkan Nakamante lolos begitu saja. Termasuk Maesaki yang sudah mencoba mengganggu ketenangan dirinya dengan melibatkan Casper. Daskario membuka laptop milik Algazka yang sudah tergeletak di atas meja. Menghadapkan pada dirinya sehingga Algazka melihat layar laptop tersebut sudah dengan senyuman. "Nakamante? Nice t
Algazka begitu senang melihat Nakamante yang masih asik disantap oleh anjing liarnya. Tiga anjing yang pastinya senang mendapatkan makan mewah pada hari itu.Sementara di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda suasana cemas menyelimuti."Allesa, kamu kenapa?" tanya Reina yang melihat Allesa buru-buru duduk. Dia seperti orang habis berlari-lari dan sekarang tampak kelelahan.Reina yang baru saja meletakkan susu untuk Allesa mendekati perempuan polos itu. Allesa yang sudah duduk di tepi tempat tidur dan masih terdiam. Mengatur nafasnya yang tengah berantakan."Kamu abis kemana? Aku udah siapin susu buat kamu tuh." Reina duduk di sebelah Allesa.Sejak dia masuk, Reina memang tidak melihat Allesa berada di dalam kamar. Biasanya sih dia hanya jalan-jalan mengelilingi rumah saja. Paling sering berada di balkon kamarnya. Kadang kasihan juga melihat Allesa yang terpenjara tanpa bisa Reina lakukan apapun untuk membebaskannya.Allesa y
Tatapan Allesandra membulat. Kaget melihat Algazka yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Sejak kapan Algazka berada disana? Mirip banget sama hantu. "Eh, kamu bilang apa tadi? Tikus? Kamu ngatain aku tikus?" Allesa baru sadar atas ucapan Aldiska. Lelaki yang memang senang sekali berbuat dan berbicara seenaknya! "Iya! Memang itu kenyataannya kan? Buktinya apa tadi? Kamu kan tadi abis dari ruang kerja saya yang diatas dan kamu lari setelah melihat yang nggak seharusnya!" Algazka yakin sekali dengan tingkah Allesandra. Perempuan itu sering merepotkan dirinya. Ada saja tingkah yang membuat Algazka harus lebih menahan sabar sebelum dia melenyapkan Allesandra. Allesa terdiam sejena. Rupanya Algazka tahu kalau dia sempat keatas tadi. "Kamu ngapain ke atas? Hah?" tanya Algazka penasaran. Allesandra yang masih diam tiba-tiba tersenyum. "Mau liat apa yang dilakuin suami aku."
"Jangan coba-coba berani mengambil hp saya lagi, Non Allesa!""Siapa yang ngambil? Orang cuma mau minjem. Lagian nggak usah pake kata lagi, ini juga yang kedua kalinya kok. Ribet banget jadi manusia!" Allesa mendengus kesal."Lebih baik Non Allesa kembali ke kamar.""Nggak mau! Pinjem dulu!""Pinjem? Tapi tadi mau mengambil seenaknya kan?""Karena kalo bilang pasti nggak dikasih kan? Makanya yaudah aku ambil aja deh ...""Jangan coba-coba melakukan itu lagi, Non Allesa!" Tegasnya kali ini."Tuh kan dibilang jangan pakai kata lagi. Aku tuh nggak sering kayak gitu. Lagian cuma baru coba dua kali ajaaa!" Allesa berkata polos."Balik ke kamar!""Nggak!""Balik ke kamar atau saya seret atau saya panggilkan Tuan Algazka!" ancamnya serius.Allesa menghembuskan nafas kasar. Dia langsung berjalan menuju kamar dengan langkah kaki paskibranya. Tubuhnya dibanting ke atas tempat tidur setelah berad
"Kamu memang akan jatuh hati pada Allesa, dia perempuan yang sangat baik dan mampu meluluhkan hati yang sekeras batu sekali pun walau hanya dengan sikapnya." Garvin bergumam sambil menyandarkan tubuhnya setelah Algazka yang sudah pergi.Rasa itu tampak jelas di mata Garvin yang sangat yakin akan perasaan seorang Algazka. Tidak dia sangka pengorbanan dalam menyerahkan putri tersayangnya menjadi pedang yang berbalik untuk mafia kejam itu. Meski Garvin takut dan tidak punya pilihan, tapi hati kecilnya yakin jika Allesa mampu mengatasi semuanya.Gadis kecilnya itu memiliki hati yang selalu tulus, polos, penyayang, ceria, lucu, dan dia yang sangat cantik persis seperti Nadya. Tidak mungkin jika Algazka tidak menaruh hati walau Garvin sempat ciut melihat kekerasan hati Algazka saat penyerahan putrinya. Tapi sekarang setidaknya dia bisa bernafas lega saat mendengar apa yang Algazka ucapkan.Ternyata Allesa dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan dia mampu membuat Al
"Saya ingin menikahi Allesandra secara resmi.""Apa maksud kamu, Algazka?"Kedatangan Algazka siang itu sudah sangat mengejutkan Garvin dan Nadya, tapi rasa terkejut mereka ternyata tidak berhenti sampai disana. Nadya masih menatap tidak percaya apalagi ketika Algazka mengutarakan untuk menikahi Allesa secara resmi.Apa maksud ucapan Algazka, lelaki kejam yang sangat Nadya benci?"Apa kamu tidak cukup membuat anak saya menderita?!" Nadya yang pastinya tidak terima."Saya tidak akan membiarkan Allesa jatuh ke tangan kamu sepenuhnya, Tuan Algazka!" sambung Garvin menatap geram.Algazka yang duduk santai sejak tadi mulai menatap Nadya dan Garvin secara bergantian dengan sorot tajamnya. Meski kedatangan dia memiliki niat yang semata-mata untuk Allesa, tapi sikap dia saat berhadapan dengan Garvin tidak akan pernah menghilangkan ingatannya atas apa yang sudah terjadi.Terlebih saat Algazka memutuskan untuk berbicara pada Garvi
Cups. Sebuah kecupan mendarat manis di bibir Allesa.Kecupan yang tidak lama dan hanya sebatas kecupan singkat yang tidak lebih dari tiga detik itu mampu membuat jantung Allesa berhenti sesaat. Allesa hampir tercekat oleh nafasnya sendiri ketika Algazka meletakkan bibirnya di bibir Allesa.Tubuh Allesa kaku, tidak bisa menghindar, dan bergerak pun tidak mampu."Tenang aja, saya nggak akan ngelakuin yang aneh-aneh. Saya cuma mau cium kamu." Algazka mengatakan santai dan sudah kembali pada posisinya yang duduk di tepi tempat tidur menghadap Allesa.Sementara Allesa masih syok atas apa yang dilakukan oleh Algazka meski sah-sah saja jika Algazka ingin melakukan lebih dari ciuman pun mengingat hubungan mereka sudah menjadi suami istri walau hanya tertera diatas kertas sebagai status dari pernikahan siri."Kenapa? Mau lagi?" tanya Algazka yang melihat Allesa masih terdiam tanpa berkata-kata. Allesa yang masih super syok atas apa yang
"Beneran? Terus-terus gimana? Ih tau gitu aku liat waktu Nona Zie yang jatuh ke kandang kuda terus aku videoin deh." Reina yang mendapatkan cerita dari Daskar tidak hentinya tersenyum puas.Senang sekali rasanya dia mendengar Zie yang mendapatkan hukuman. Biar Zie tahu rasa dan sadar atas tingkahnya selama ini. Siapa suruh dia jadi perempuan yang sering menyebalkan selama ini? Huh."Ihh aku bener-bener pengen banget liat mukanya Nona Zie deh." Reina yang masih saja tertawa bahagia dan membuat Daskar menggeleng-gelengkan kepalanya.Daskar tahu sikap Zie yang tidak pernah bersikap baik pada semua penjaga dan pelayan di rumah ini. Apalagi sama Reina yang sering kena emosi Zie jika mood perempuan itu tidak baik."Terus Nona Zie pasti geli banget dong. Apalagi kan selama ini dia selalu wangi dan membanggakan kecantikannya itu." Reina masih membayangkan ekspresi Zie yang diceritakan oleh Daskar."Ya bau lah, namanya juga kotoran kuda. Kamu mau
"Kamu serius mau cium saya?" Pertanyaaan Algazka yang membuat gerakan tangan Allesa refleks berhenti. Tatapan Allesa melebar, baru sadar atas apa yang Algazka ucapkan tadi dan Allesa yang malah menanggapinya serius. "Bener-bener mau?" tanya Algazka yang tersenyum menatap Allesa. Gadis polos itu mulai panik saat mengangkat pandangannya menatap Algazka. Bodoh! Gue ngomong apa tadi? Allesa menggerutu di dalam hatinya. Efek dia yang senang dan terlalu fokus dengan hp barunya jadi membuat Allesa tidak konsen dalam menanggapi kata-kata Algazka. Algazka mengangkat satu alisnya. "Kenapa kamu jadi diam? Tadi katanya kamu mau ci ..." "Ehhh, nggakkk" Allesa panik melambai-lambaikan tangannya di hadapan Algazka seperti orang membutuhkan pertolongan. "Aku nggak bilang gitu kok." "Tapi tadi waktu saya minta cium kamu bilang oke. Itu artinya apa?" Algazka yang merasa senang ketik
"Halahhh, memang cuma Allesa aja kok yang diperhatiin selama ini. Kalian itu mana pernah peduli dan sayang sama aku." "Kita semua sayang sama kamu, cuma kamu aja yang selalu susah buat dikasih tau dan ngerasa nggak pernah disayang." Nadya tidak henti-hentinya memberikan pengertian pada Alando, anak pertama dia yang jarang sekali pulang. Sekalinya pulang lihat saja tingkahnya, bau alkohol tercium jelas dari mulut Alan. "Makanya kamu itu pulang, jangan tinggalnya di jalanan lalu buat ulah." Garvin terdengar tegas ketika keluar dari kamarnya. Tatapan dia menyorot Alan, anak lelaki satu-satunya di tengah keluarga. Alan yang mendapatkan teguran dari Garvin menatap sinis dalam duduknya. Baginya, kedua orang tua dia hanya menyayangi adiknya saja yaitu, Allesa. "Buat apa juga aku di rumah kalo nggak pernah dianggap." Alan menatap penuh kebencian pada Nadya dan Garvin yang sudah duduk di hadapan dirinya. Nadya menghel
Allesa masih diam mendengar kata-kata Algazka yang berusaha menjelaskan pada dirinya."Saya nggak pernah tunangan sama Zie." Lagi, Algazka kembali meyakinkan.Pemilik Falcone itu tersenyum melihat Allesa yang masih belum bersuara saat dia mengutarakan penjelasannya."Cincin yang pernah saya kasih sama dia hanya sebatas kasih aja. Waktu itu dia menang audisi model yang dia pengen banget ikut sejak dulu, jadi saya kasih hadiah karena dia menang dan itu pun karena dia minta. Nggak ada istilah apapun dibalik pemberian cincin yang saya kasih sama dia." Algazka menjelaskan panjang lebar sambil menatap Allesa dengan nada rendahnya.Sudah tahu kenapa Allesa yang jadi berubah. Dia lihat apa saja yang Zie katakan pada Allesa dan juga apa yang Zie lakukan di kandang kuda dari hasil CCTV yang Algazka dapatkan. Algazka menyaksikan semuanya tanpa dia abaikan sedetik pun yang membuat Algazka semakin murka."Jadi saya mau menjelaskan kalo saya nggak pern
Allesa membuka kedua matanya setelah tidak sengaja tertidur mengingat dia sempat menangis sebentar. Dia akui bahwa hatinya sedih karena sikap Algazka yang membuat dia semakin tahu hati lelaki tampan itu memang seseorang berhati kejam.Dia mudah mencampakkan, mengkhianati, dan juga berbohong. Status Algazka yang pernah bertunangan dengan Zie telah menjadi rahasia yang terbuka di hadapan Allesa. Lalu untuk apa dia berusaha bersikap hangat pada Allesa?Sudah pasti Algazka bisa membuat posisi Allesa seperti Zie. Dia mudah mencampakkan hati perempuan seenaknya dan yang pasti Algazka memang hanya ingin menyakiti Allesa sejak awal."Awww." Allesa meringis pelan saat dia membuka selimut untuk bangkit dari tidurnya.Masih sakit sekali kaki dan siku tangannya. Allesa menghela nafas setelah dia duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur dan menghela nafas panjang.Seharusnya Allesa tidak perlu sedih. Tapi kenapa dia jadi sedih saat meng
"Kenapa? Apa lo juga kaget kalo gue pernah tunangan sama dia? Tapi memang seharusnya lo nggak perlu tau juga karena yang seharusnya lo lakuin itu sekarang adalah sadar diri. Jangan bersikap semena-mena sama gue!"Keberanian Zie yang semakin membuat Daskar salut membuat Daskar menyunggingkan senyumannya."Kamu memang perempuan berani, tapi kadang kamu juga bisa menjadi perempuan bodoh, Nona Nastazie."Mata Zie melebar mendengar ucapan Daskar. "Lo ngomong apa?" tanya Zie tidak terima."Seharusnya kamu tau kalo Tuan Algazka tidak sebodoh itu membiarkan rahasia dirinya diketahui oleh siapapun meski itu adalah perempuannya, tapi saya pikir itu bisa saja terjadi. Jika saja perempuan itu adalah Nona Allesandra."Nafas Zie kembali memburu. Rupanya Daskar masih terus ingin memanasi hatinya dengan membawa-bawa Allesa."Saya tanya sama kamu, kenapa Tuan Algazka sampai mau menggendong Nona Allesandra?" tanya Daskar memajukan langkahnya lagi