Cups. Sebuah kecupan mendarat manis di bibir Allesa.
Kecupan yang tidak lama dan hanya sebatas kecupan singkat yang tidak lebih dari tiga detik itu mampu membuat jantung Allesa berhenti sesaat. Allesa hampir tercekat oleh nafasnya sendiri ketika Algazka meletakkan bibirnya di bibir Allesa.Tubuh Allesa kaku, tidak bisa menghindar, dan bergerak pun tidak mampu."Tenang aja, saya nggak akan ngelakuin yang aneh-aneh. Saya cuma mau cium kamu." Algazka mengatakan santai dan sudah kembali pada posisinya yang duduk di tepi tempat tidur menghadap Allesa.Sementara Allesa masih syok atas apa yang dilakukan oleh Algazka meski sah-sah saja jika Algazka ingin melakukan lebih dari ciuman pun mengingat hubungan mereka sudah menjadi suami istri walau hanya tertera diatas kertas sebagai status dari pernikahan siri."Kenapa? Mau lagi?" tanya Algazka yang melihat Allesa masih terdiam tanpa berkata-kata.Allesa yang masih super syok atas apa yang"Saya ingin menikahi Allesandra secara resmi.""Apa maksud kamu, Algazka?"Kedatangan Algazka siang itu sudah sangat mengejutkan Garvin dan Nadya, tapi rasa terkejut mereka ternyata tidak berhenti sampai disana. Nadya masih menatap tidak percaya apalagi ketika Algazka mengutarakan untuk menikahi Allesa secara resmi.Apa maksud ucapan Algazka, lelaki kejam yang sangat Nadya benci?"Apa kamu tidak cukup membuat anak saya menderita?!" Nadya yang pastinya tidak terima."Saya tidak akan membiarkan Allesa jatuh ke tangan kamu sepenuhnya, Tuan Algazka!" sambung Garvin menatap geram.Algazka yang duduk santai sejak tadi mulai menatap Nadya dan Garvin secara bergantian dengan sorot tajamnya. Meski kedatangan dia memiliki niat yang semata-mata untuk Allesa, tapi sikap dia saat berhadapan dengan Garvin tidak akan pernah menghilangkan ingatannya atas apa yang sudah terjadi.Terlebih saat Algazka memutuskan untuk berbicara pada Garvi
"Kamu memang akan jatuh hati pada Allesa, dia perempuan yang sangat baik dan mampu meluluhkan hati yang sekeras batu sekali pun walau hanya dengan sikapnya." Garvin bergumam sambil menyandarkan tubuhnya setelah Algazka yang sudah pergi.Rasa itu tampak jelas di mata Garvin yang sangat yakin akan perasaan seorang Algazka. Tidak dia sangka pengorbanan dalam menyerahkan putri tersayangnya menjadi pedang yang berbalik untuk mafia kejam itu. Meski Garvin takut dan tidak punya pilihan, tapi hati kecilnya yakin jika Allesa mampu mengatasi semuanya.Gadis kecilnya itu memiliki hati yang selalu tulus, polos, penyayang, ceria, lucu, dan dia yang sangat cantik persis seperti Nadya. Tidak mungkin jika Algazka tidak menaruh hati walau Garvin sempat ciut melihat kekerasan hati Algazka saat penyerahan putrinya. Tapi sekarang setidaknya dia bisa bernafas lega saat mendengar apa yang Algazka ucapkan.Ternyata Allesa dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan dia mampu membuat Al
"Enak banget.""Beneran?""Iya enak. Saya suka," puji Algazka setelah menghabiskan seluruh makanan yang Allesa buat dan dia siapkan untuknya.Makanan yang dibuat dan disajikan oleh Allesa memang enak dan Algazka yang menyukainya. Gadis itu menyiapkan beberapa menu makanan yang semuanya Algazka habiskan tanpa sisa sedikit pun."Nanti aku masak lagi kalo kamu suka.""Nggak usah.""Kenapa?""Mulai sekarang nggak usah masak.""Kenapa emangnya?""Biar Reina aja.""Ya kenapa? Dijawab duluuu." Allesa yang jadi gemas dengan tingkah Algazka. Katanya masakan dia enak, tapi kenapa Algazka yang tidak mau dibuat masakannya lagi oleh Allesa?Apa jangan-jangan Algazka hanya berbohong saja dalam menilai makanan Allesa? Pikiran Allesa mulai liar melihat sikap Algazka yang sulit dia tebak."Apa ternyata makanan aku rasanya ...""Nggak usah berpikiran negatif dan melebar kemana-mana." A
Pertanyaan Algazka yang mampu membuat tubuh Allesa mematung bagaikan tersengat aliran listrik. Bahkan sampai saat ini pun Allesa masih belum lupa akan kecupan yang diberikan oleh Algazka saat berada di kamarnya.Kecupan yang sangat membekas di dalam hati Allesa dan masih sering dia mengingatnya. Bagaimana pun Algazka memiliki kesan di dalam hati maupun ingatannya setelah dia yang tiba-tiba melakukan tanpa izin. Dan sekarang Algazka yang menginginkan kembali untuk melakukannya."Allesa ..."Bughh!""Aduh!" Algazka meringis atas sikap Allesa yang tiba-tiba memukul bahu dirinya. Lagi dan lagi Allesa yang senang sekali memukulnya. "Kamu kenapa sih suka banget mukul saya?" Algazka mengusap-usap bahu meski tidak terasa sakit, hanya mirip seperti cubitan kecil."Ya kamu kenapa suka banget minta cium-cium.""Suka? Kapan? Saya kan baru bilang sama kamu dua kali." Algazka mengingat-ingat."Tapi tetep aja, udah aku bilang jangan an
Allesa tercekat oleh nafasnya sendiri setelah sebuah ciuman dari Algazka yang berakhir sekitar dua menit. Ciuman yang datang sangat lembut meski penuh tuntutan itu berhasil membuat aliran darah di tubuh Allesa mengalir lebih deras.Pasalnya, jangan kan ciuman, kecupan yang Algazka berikan kemarin saja masih membuat Allesa uring-uringan. Dan sekarang Algazka yang kembali berulah melakukan atraksi ciuman pada diri Allesa secara tiba-tiba.Senyuman di wajah Algazka tergelincir. Ibu jarinya mengusap-usap wajah Allesa setelah dia melepaskan ciuman yang dilakukan dirinya. Ingin rasanya Algazka tidak menghentikan ciumannya, tapi takut Allesa yang jadi terbujur kaku. Buktinya sekarang dia masih diam."Jangan mikir macam-macam makanya," ucap Algazka seakan memberikan tanda bahwa ciuman yang dilakukan dirinya tadi efek Allesa yang tidak berhenti mengoceh. "Saya cuma nggak mau kamu capek-capek saat hidup sama saya, tapi kalo kamu tetep mau masak yaudah gapapa. Saya i
"Gue bener-bener nggak terima ya kalo itu pelayan jatuh ke tangan Algazka!" ucap Zie penuh emosi. "Sampai mati pun gue nggak sudi dan nggak terima."Sejak kejadian di rumah Algazka, hati Zie panas tidak henti-hentinya. Tidak terima dengan perlakuan Algazka yang lebih membela Allesa apalagi sampai menggendongnya. Zie sangat tidak suka. Belum lagi perlakuan Daskar yang membuat dia sampai terjatuh ke dalam tempat kotoran kuda. Emosi Zie yang ada semakin menjadi-jadi."Gue bener-bener heran sama cewek babu itu yang sampe ngeracunin otak Algazka.""Minum dulu. Lo dari tadi marah-marah terus." Karla yang mendatangi apartemen Zie memberikan temannya itu minuman dingin.Kasihan juga saat mendengar cerita Zie sejak kemarin, makanya Karla mendatangi Zie siang itu ke apartemennya untuk menemani sekaligus menghibur."Gimana nggak marah sih? Lo bisa bayangin nggak seorang Algazka, ini Algazka loh yang kita omongin." Zie menggebu-gebu. "Dan secara lang
"Mama?" Air mata Allesandra yang tidak kuasa dia tahan lagi. Kehadiran Nadya yang dia dapatkan di depan kamarnya membuat Allesa lemas tidak bertenaga. Allesa masih tidak percaya melihat kedatangan Nadya yang berada di hadapannya secara nyata. "Allesa, anak Mama." Nadya langsung memeluk erat Allesa. Kerinduan mereka diikuti oleh air mata yang tidak bisa dihentikan. Empat bulan adalah waktu yang tidak singkat bagi Nadya dan juga Allesa. Apalagi tidak ada komunikasi diantara mereka dengan perpisahan yang dibungkus dengan luka. "Allesa, ya ampun anak Mama." Nadya masih tidak bisa melepaskan pelukannya terhadap Allesa. Anak perempuan Nadya yang sangat Nadya sayangi sepenuh hati. Akhirnya Nadya bisa bertemu lagi dengan Allesa dan memeluk Allesa yang juga tidak bisa menghentikan air matanya. Apakah ini mimpi? Tapi rasanya tidak karena Allesa memeluk Nadya dengan nyata dan dia yang juga
Nadya mendekatkan posisinya sehingga lebih mendekat pada Allesa. Mengamati sekitar dan memastikan bahwa tidak ada siapapun meski hanya ada mereka berdua di dalam kamar yang tertutup sejak tadi."Mama bisa bawa kamu keluar dari sini."Bisikan Nadya yang hampir tidak bersuara itu mampu Allesa dengar dalam diamnya."Percaya sama Mama." Nadya menggenggam penuh keyakinan agar Allesa mampu berpikir positif.Yakin sekali sikap Algazka berhasil memberikan racun di dalam otak Allesa selama empat bulan ini."Mama akan ...""Maaa." Allesa menghentikan ucapan Nadya lalu menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik aja, Mama jangan khawatir, ya?" Allesa yang balik meyakinkan Nadya dengan senyumannya.Tidak mau menambah masalah yang sudah dibungkus dengan dendam dan kebencian. Sungguh Allesa hanya ingin semua baik-baik saja apalagi Algazka yang banyak berubah di hadapannya."Aku beneran baik-baik aja tanpa ada luka. Mama liat kan
"Kalo kamu sampai ditampar, kamu harus tampar balik tiga kali dari yang kamu terima."Hanya itu yang bisa Algazka sampaikan pada Allesa yang memilih mau berbicara pada Zie. Gadis polosnya sudah pergi ke luar setelah meyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja.Algazka tidak bisa menahan Allesa karena dia yang benar-benar tampak ingin juga berbicara dengan Zie. Entah apa yang akan mereka bicarakan namun Algazka memilih menunggu meski dengan kerisauannya.Dan sementara itu Allesa mengikuti apa yang Zie mau untuk berbicara berdua di luar. Tepatnya di halaman belakang rumah Algazka dan tidak jauh dari kandang kuda Queen."Kamu mau ngomong apa, Zie?" tanya Allesa dengan nada tenang dan senyuman hangat setelah Zie berdiri menghadap dia dan siap berbicara.Tapi kehangatan Allesa tidak akan mudah diterima begitu saja oleh Zie. Apalagi saat mendengar Allesa menyebut namanya dngan tidak menggunakan kata 'nona' lagi. Hal itu semakin membuat hat
"Queen itu udah milik aku, Algazka. Kenapa aku nggak boleh bawa dia?" tanya Zie kesal.Zie tidak terima dengan jawaban Algazka yang tidak memuaskan dirinya."Aku bukannya melarang kamu, tapi aku meminta waktu." Algazka yang terdengar membuat perundingan pada Zie.Di hatinya dia pun malas dengan drama yang berhubungan dengan perempuan. Sama sekali tidak ada niat untuk membuat drama yang berlarut. Algazka hanya meminta waktu untuk bisa melihat kondisi hati Allesa yang dia pedulikan."Waktu untuk apa sih? Kamu nggak cukup mutusin dan pergi dari aku? Sekarang aku mau bawa Queen yang kamu kasih pun nggak kamu bolehin. Kenapa sih, Algazka? Kenapa kamu berubah total kayak giniii?" Zie semakin bertambah kesal.Perubahan yang dia yakini memang berhubungan dengan Allesa. Sudah pasti itu. Pelayan super brengsek yang sangat Zie benci seumur hidupnya."Apa kamu mau ngambil lagi sama barang-barang yang kamu kasih? Apa memang tipikal kamu kayak
Zie duduk manis menunggu kedatangan Algazka yang sangat tidak sabar dia temui. Tapi setidaknya sekarang dia sudah bisa tenang karena Algazka pasti akan menemui dia mengingat dirinya yang berhasil masuk dan sekarang tengah menanti kehadiran calon suami masa depannya.Rasa senang semakin dirasakan oleh Zie ketika tatapannya mendapatkan Algazka yang sudah muncul dan berjalan mendekati dia. Meski di satu sisi Zie tetap merasa resah setiap mengingat perilaku Algazka yang sampai menggendong Allesa si pelayan brengsek itu.Zie beranjak dari duduknya dengan wajah tersenyum. Algazka yang begitu gagah, tampan, dan sorot mata yang dingin tanpa pernah bisa menghilangkan ketampanannya."Hai, kamu apa kabar?" tanya Zie hangat."Ada apa?" Algazka yang malas berbasa-basi.Sikap Algazka yang seratus persen berubah memang membuat rasa sedih di dalam hati Zie semakin sesak. Hubungan yang sempat dia jalani dan tidak memiliki masalah apapun dan sekarang Algaz
"Gimana Allesa? Apa dia baik-baik?" tanya Garvin pada Nadya yang sudah pulang."Baik." Nadya menjawab singkat.Dia sudah selesai menyusui Almana tadi dan bayi mungilnya itu kini terlelap tidur. Sekarang Nadya bersama Garvin duduk di ruang tengah berdua."Kenapa kamu?" tanya Garvin melihat Nadya yang tampak banyak berpikir. "Apa sebenernya Allesa terluka?""Nggak kok.""Terus?""Allesa baik-baik aja, nggak ada luka sama sekali. Malah dia ditempatkan di kamar yang bagus dan penuh fasilitas. Seenggaknya dia memang nggak kekurangan." Nadya menjelaskan.Ternyata pikiran buruk dia saat membayangkan Allesa yang mendapatkan perilaku kejam di luar bayangan Nadya. Anaknya tidak terluka, dia makan dengan layak, tidur di kamar yang bagus, dan tidak ada yang tampak bahwa Allesa sedang mendapatkan siksaan.Garvin yang mendengar itu jadi terdiam sejenak. Keresahannya selama ini hanya berada di dalam pikirannya saja. Kekejaman
"Tuan Algazka tidak ada disini.""Nggak ada disini gimana? Gue liat mobilnya, jangan coba bohong-bohongin gue ya." Zie menatap kesal salah satu penjaga yang berdiri di depan pintu utama.Malam itu dia datang ingin menemui Algazka. Ada hal yang Zie ingin bicarakan."Maaf, Nona Zie.""Gue nggak butuh maaf, tapi gue cuma butuh ketemu sama Algazka. Gue bener-bener mau ngomong sama dia.""Maaf, Nona Zie tapi Tuan Algazka tidak bisa ditemui.""Tuh kan, tadi kata lo nggak ada dan sekarang nggak bisa diganggu, artinya dia emang ada di dalam. Emang dasar ya lo tukang bohong semua." Zie menatap sinis penjaga-penjaga Algazka yang ditugaskan berdiri menjaga pintu utama rumahnya.Semua menjadi menyebalkan ditambah pikiran dia yang masih mengingat bahwa Allesa berada di dalam."Panggilin Algazka sekarang atau gue akan ...""Akan apa?" Sambung suara yang sudah ada di tengah-tengah pembicaraan dia terhadap penjaga tadi
Jadi begitu ceritanya dan dia bukan pacar aku kayak yang kamu bilang." Allesa menjelaskan cerita yang ingin Algazka dengar.Lelaki tampan itu tampak penasaran sekali dengan sosok yang bernama Argantara Ragadian. Maka dari itu Allesa jadi menjelaskannya secara singkat, tapi cukup jelas untuk dipahami oleh Algazka.Lelaki yang biasanya Allesa panggil Arga itu memang bukan lah kekasih Allesa. Dia hanya lelaki yang pernah ada di dalam kehidupan Allesa tanpa status apapun. Meski begitu, Arga adalah sosok lelaki yang baik, perhatian, dan peduli pada keluarga Allesa juga.Statusnya tidak lain hanya sebatas teman baik Allesa. Dia selalu menemani Allesa sejak dulu sampai akhirnya Arga yang harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan mengikuti keinginan orang tuanya. Kepergiannya itu membawa kesedihan untuk Allesa karena Arga selalu berada di sisi dirinya sejak dulu.Arga pernah berjanji kalau dia akan pulang sekitar lima bulan lalu dari kepergi
"Bener-bener nyebelin, emang ternyata dia tuh nggak berubah." Allesa menggerutu. "Mungkin bener kalo dia emang main-main dan seriusnya cuma sama Zie." Allesa menghentak-hentakkan kakinya penuh kekesalan.Bisa-bisanya dia percaya dengan perubahan sikap Algazka beberapa hari ini. Semua memang memang mimpi dan Allesa tidak boleh memiliki angan-angan terlalu jauh.Dia kembali mengambil hpnya dan melakukan scroll, mengutak-atik sesuatu, dan kembali meletakkan secara kesal."Mungkin emang bener kalo gue harus keluar dari sini sesuai yang Mama bilang." Allesa teringat akan ucapan Nadya yang menyampaikan niatnya untuk membawa dia pergi dari tempat Algazka.Meski Allesa tidak mengetahui bagaimana caranya, tapi melihat keyakinan Nadya membuat Allesa memiliki harapan dan tidak ada alasan lagi untuk tinggal disini. Ditambah dia yang super menyesal karena tadi sempat memihak sama Algazka di hadapan Nadya.Allesa menghela nafasnya. Kasihan Nadya, pasti
"Mulai deh kayak setrikaan." Daskar yang sudah kembali ke pantry mengamati tingkah Reina yang mondar-mandir dengan wajah cemasnya. Sudah bisa ditebak kalau tingkahnya itu pasti karena mengkhawatirkan Allesa. Kondisi Allesa yang sejujurnya membuat Daskar ikut heran ditambah kata-kata Algazka tadi yang tadi terdengar tidak peduli. "Aku tuh kayaknya bisa umur pendek ya kalo kerja disini. Mikirin keadaan yang macem-macem aja." Reina menggerutu setelah akhirnya dipaksa Daskar untuk duduk dan disodorkan air dingin untuk menjernihkan otaknya. "Ngomong tuh dijaga." Daskar menasihati. Reina menghela nafasnya. "Abisnya tuh tuan kamu aneh banget." Reina berbisik meski di pantry tidak ada orang selain mereka. "Tuan kamu juga kan." Daskar meledeki. Reina tidak menanggapi. Dia masih memikirkan kondisi Allesa yang tidak mau makan dan sekarang Algazka yang tidak peduli. Padahal kemarin waktu Allesa sakit tuann
"Nggak mau.""Tapi kamu harus makan loh.""Aku bilang nggak mau.""Tapi, Al ...""Ihh aku nggak mau, Reinaaa." Allesa menghentak-hentakkan kakinya diatas tempat tidur dengan posisi dia yang telungkup sejak tadi.Reina datang membawakan Allesa makanan ke kamar, tapi Allesa menolaknya. Sudah dibujuk dari tadi pun Allesa enggan menyentuh makanan yang dibawakan Reina untuknya.Allesa tidak mau makan pokoknya."Bawa aja keluarrr." Allesa yang melipat kedua tangannya diatas bantal dengan wajah merengut.Entah kenapa Allesa sampai membuat Reina kewalahan. Padahal biasanya Allesa tidak pernah ngambek atau murung jika dirinya datang. Allesa yang kadang bercerita dan kali ini Allesa juga tidak mau bercerita. Dia hanya mengatakan kalau dia tidak mau makan dan ingin sendiri di kamar."Udah cantik gitu kok ngambek dan merengut sih." Reina yang masih berusaha menghibur hati Allesa.Namun Allesa tidak menangg