"Siapa yang berani menjemput malaikat maut?!" Algazka masih tidak terima dengan apa yang harus dilalui oleh Casper. Binatang peliharaan yang dia rawat dengan cara baik meski hatinya tidak pernah melampiaskan pada makhluk hidup seperti manusia.
Dua mata tajamnya melirik kembali busur panah yang dia letakkan diatas meja kerjanya di kediaman Falcone.
"Memang semua karena perempuan brengsek itu! Seandainya aja dia nggak cari gara-gara di waktu pagi tadi!" Algazka kembali melayangkan pikirannya pada Allesandra.
Umpatan yang sudah diucapkan oleh Allesandra dan tidak akan membuat Algazka melupakannya. Betapa beranianya dia mengumpat dengan kata ...
"Idiot?! Beraninya dia bilang saya idiot???" Algazka meremas busur panah dan melemparkan kasar ke lantai.
Coba saja tadi Allesandra tidak memakan waktu pagi dia dengan tingkahnya. Mungkin Algazka bisa lebih mempersiapkan diri untuk berangkat ke Falcone dan menyelamatkan Casper. Yang pasti Casper tidak akan terluka seperti sekarang. Algazka juga pasti bisa menemukan siapa yang membidik Casper dengan busur panah beracun sialan itu.
Allesandra memang datang dari perempuan kutukan dan pembawa sial bagi kehidupan Algazka. Jika saja dia tidak ingat akan dendamnya pada Garvin yang sudah membunuh adik Algazka. Dia pasti akan menghabisi keluarga Garvin tanpa tersisa. Tapi semua tidak akan semudah itu. Algazka sangat ingin menyiksa Allesandra yang menjadi permata hati Garvin.
"Saya benar-benar akan membuat kamu menderita, Allesandra!"
"Allesandra?"
Suara yang tiba-tiba muncul dengan nada penasaran membuat Algazka menoleh. Suara yang berasal dari ambang pintu ruangan yang sudah terbuka. Dan lagi-lagi karena Allesandra brengsek itu yang sampai membuat Algazka tidak sadar jika ada yang masuk ke dalam ruangannya.
"Who is Allesandra, Algazka?" nada kali ini tidak terdengar atas rasa penasaran lagi. Namun kecemburuan mulai menjelma secara perlahan. Nama perempuan yang keluar dari mulut seorang Algazka Zinadine Geus.
Nama yang sangat asing di kedua telinga seorang Alecta Nastazie. Perempuan cantik dengan tubuhnya yang sexy bagai gitar spanyol seperti yang dijuluki para penggemarnya. Dia mantan model majalah di Istanbul yang sekarang sudah berhenti karena memilih ingin fokus kuliah di Jakarta untuk mengambil S2. Tempat dimana ada Algazka meski dia sangat mampu melanjutkan kuliah di negara luar. Zie nama panggilannya, dia berjalan mendekati Algazka yang sudah menatap dirinya setelah perempuan itu menutup pintu ruangan.
"Kamu udah balik?" tanya Algazka buka suara.
"Udah. Aku kan udah bilang kalo hari ini aku bakal balik ke Jakarta karena buat mulai kuliah bulan depan. Kamu lupa? Apa karena pikiran kamu sibuk dengan nama perempuan yang kamu sebut tadi? Siapa? Allesandra?!" Zie masih penasaran dengan nama perempuan yang berhasil disebut oleh Algazka.
Seharusnya tidak ada nama perempuan selain dirinya. Algazka bukan lah lelaki yang mudah menyebut nama perempuan begitu saja. Zie semakin penasaran. Siapa Allesandra?
"I'm asking you, Algazka!" Zie jadi sedikit kesal karena Algazka tampak menyembunyikan sesuatu darinya.
Rasa sayangnya sejak tiga tahun lalu tidak boleh dicampakkan begitu saja meski dia baru benar-benar mendapatkan balasan di waktu enam bulan lalu. Zie tidak akan pernah mau melihat Algazka bersama perempuan lain.
"Nothing special!" sahut Algazka akhirnya.
"But ..."
"Bahkan kamu udah tau siapa yang spesial di dalam hidup aku, Nastazie." Algazka memotong ucapan Zie yang pasti ingin kembali melakukan protes.
Jawaban dan ungkapan Algazka yang langsung meluluhkan hati Zie. Perasaan yang dia rasakan terus berbalas dan tidak datang satu arah. Siapa yang tidak mau mengharapkan Algazka? Seornag lelaki tampan yang memiliki segalanya. Sikap dingin dengan darah pembunuhnya seakan menghilang begitu saja setiap melihat Algazka melangkah. Begitu banyak perempuan yang juga ingin masuk ke dalam kehidupan Algazka meski mereka tahu banyak tantangan dan adrenalin yang harus mereka semua miliki. Seakan Algazka mampu mengalahkan ketakutan mereka semua.
"I love you, Algazka...."
Senyuman di wajah Zie tergelincir manis. Tidak salah dia mendatangi Algazka dengan memberikan kejutan kedatangannya. Zie mencondongkan tubuhnya ke hadapan Algazka. Wangi tubuhnya yang siap memangsa dirinya tanpa ingin Zie melakukan perlawanan.
Keadaan itu sangat berbeda dengan ruangan yang kini dihuni Alessandra.
Gadis itu tampak cekikikan.
"Ya ampun, Non Allesa jangan bikin Reina jantungan lagi ya? Jantung Reina ini udah mulai lemah lama-lama, Non," nasehat Reina mengingat kemarahan Algazka tadi pagi.
Ya, Reina menjadi salah satu teman Allesandra sejak dia melangkahkan kaki masuk ke dalam istana milik Algazka.
Pelayan yang pertama kali menghampiri Allesa dan dia juga yang mengurusi semua perlengkapan Allesandra itu senang dengan Reina karena selama ini dia dia sebatang kara di tempat Algazka
"Hihihi ... biarin aja! Dia emang idiottt!" Allesandra acuh dan cuek. Biar saja. Kalau perlu Algazka mampu mendengarnya. Allesandra masih tertawa geli. "Ya ampun Non Allesa ini. Bener-bener deh." Reina hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Allesandra yang dibawah umurnya. Gadis itu sangat polos sekali. Sikapnya yang benar-benar apa adanya, cuek, dan masa bodo. Reina salut sebenarnya dengan keberanian yang juga Allesa miliki. Dia tampak tidak terlihat takut saat berhadapan dengan Algazka. Beda dengan dirinya yang kadang masih gemetar saat berada di hadapan Algazka meski dia sudah bekerja selama bertahun-tahun. Reina tersenyum sambil meraih sisir untuk menyisirkan rambut Allesandra yang panjang berwarna hitam mahogany. Reina senang sekali mendapat tugas tambahan untuk mengurusi keperluan Allesandra yang sangat akrab dengan dirinya meski pertemuan itu baru saja terjadi dalam hitungan jari. Sosok Allesandra adalah sosok yang paling menyenangkan bagi Reina di istana mengerikan ini. Setidaknya kehidupan dia memiliki warna selain hitam yang selalu Algazka tampilkan. Entah kenapa bisa Allesandra berada di rumah ini. Reina tidak memilih mencari tahu dan Allesandra yang juga tidak pernah menceritakannya. Hanya saja yang Reina ingat saat Algazka datang membawa gadis cantik itu. Reina harus mengurusi semua keperluan Allesandra dan memastikan langkah kaki Allesa yang tidak keluar dari batas pintu utama milik Algazka. "Cantikkk." Reina memuji Allesa saat selesai menyisirkan rambut Allesa yang panjang itu. Senang sekali membantu Allesa yang memang sangat cantik dan penurut meski sering membuat jantung Reina berhenti mendadak. "Makasih ya, Reiii!" "Sama-sama, Non ..." "Ah udah dibilang jangan manggil Non-Non lagiiii. Panggil aku Allesandra. Just Allesa okay?" Allesandra kembali mengingatkan pada Reina karena dirinya yang tidak mau diperlakukan secara khusus apalagi istimewa. Lagipula Allesa tahu kalau umur mereka tidak beda jauh. Mungkin hanya sekitar lima tahun saja. "Tapi Non ..." "Ih tuh kannn!" Allesandra jadi cemberut. Reina adalah sosok yang dia anggap sebagai teman di tempat brengsek ini. Apalagi tipikalnya yang selalu menganggap semua yang ada disekeliling Allesandra sama sejak dulu. Begitu lah yang diajarkan Denadya untuk tidak pernah melihat derajat siapapun karena semua sama diatas muka bumi ini. "Yaudah, yaudah. Gitu aja cemberut. Okay Allesa, kan?" Wajah Allesa yang tadi cemberut jadi sumringah saat mendengar Reina yang sudah mengubah nama panggilannya. Hatinya jadi nyaman karena Allesa yang sempat merasa asing dan tidak memiliki siapa-siapa di kediaman Algazka. "Nah gitu dong. Kamu itu udah aku anggap kayak sahabat aku disini. Makasih ya, Reiii." "Sama-sama, Allesandra." Reina memeluk Allesandra yang langsung disambut hangat oleh balasan pelukan Allesandra.Rasa rindu pada rumahnya setidaknya terbayar dengan kehadiran Reina yang selalu berada di dekat dia.
Setidaknya, dia punya teman, kan?
"Silahkan masuk kembali, Non Allesandra!""Tapi saya mau ke depan situ doang!""Silahkan masuk, Non Allesandra!""Orang mau liat kupu-kupu aja kok. Itu ada disana. Kan kalian semua masih bisa liat juga kan kalo saya disana. Punya mata kan lo semua?!" Allesa yang jadi kesal karena langkah kakinya tidak pernah bisa keluar saja dari batas yang telah ditetapkan pastinya oleh Algazka.Tuan muda tampan, tapi sangat psikopat bagi Allesandra. Masa iya untuk pergi ke halaman rumah saja tidak diperkenankan? Padahal kan lagi banyak kupu-kupu yang Allesa lihat tadi saat berada di dalam kamarnya. Kebetulan jendela kamar milik Allesandra menghadap ke halaman belakang yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang sangat indah. Semua dirawat sehingga Allesa seringkali tidak tahan untuk berniat keluar dan ingin duduk menghirup udara disana. Halaman rumah milik Algazka yang sangat luas dan Allesa tidak bisa menikmatinya."Minggir nggakkk!" perintah Allesandra yang semakin kesal.Dua bodyguard dengan tubuhnya y
"Kamu ini memang cuma datang dari keluarga pengecut. Maka dari itu saya lebih senang melihat kamu menderita daripada kamu mati begitu saja, Allesandra!"Ucapan Algazka yang masih terngiang di kedua telinga Allesa saat dia kembali ke dalam kamarnya. Tali yang Algazka perintahkan tidak jadi diberikan dengan ucapan dia yang ingin jauh membuat Allesa menderita. Harga yang harus dibayar mahal oleh Garvin. Ayah yang masih tidak Allesa yakini bisa membunuh adik Algazka meski keberadaan dan pengakuan Garvin memang telah membunuh adik Algazka."Tapi kalo tadi Algazka beneran jadi kasih talinya, gue kan nggak mungkin juga nggak ambil. Masa iya gue tarik ucapan yang gue ucapin di depan kutu busuk itu. Mungkin talinya bakal gue pake buat ikat leher dia!" Allesa menggerutu mengingat ucapan dan sikap Algazka yang selalu seenaknya.Allesa menghela nafas panjang. Mengamati jendela kamar sebagai pemandangan yang menjadi makanan dia sejak hari pertama kehidupan di kediaman Algazka."Jadi laper. Mau maka
"Kamu punya pacar, Algazka?"Pertanyaan yang akhirnya terlontar dari mulut Allesandra. Sebuah pertanyaan yang tidak pantas juga dinilai memiliki kesalahan mengingat hak yang sepatutnya dia perjuangkan walau terasa diangan-angan."Kamu punya pacar, Algazka?" Pertanyaan Allesa yang terdengar sangat ingin tahu. Namun Algazka tidak menjawab. Seakan memberikan jawaban atas kebenaran dari pertanyaan milik Alesandra.Algazka telah memiliki kekasih ternyata. Jadi benar kalau tanda merah ini pasti lipstik yang dimiliki oleh kekasih Algazka. Begitu pula parfum yang Allesa cium. Tidak menyangka juga kalau Algazka memiliki seorang kekasih. Siapa perempuan yang kejatuhan sial itu untuk berada di kehidupan Algazka. Berbagai pertanyaan menghampiri pikiran Allesa yang semakin penasran."Kenapa? Kamu bertanya seperti ini seakan kamu adalah istri sesungguhnya, Allesandra!" Algazka akhirnya membuka suara sekaligus menyadarkan status Allesa yang tidak perlu diseriuskan.Tidak sepantasnya Allesa berbicara
Allesandra yang sudah berhasil kabur dari pandangan Algazka menghembuskan nafas kasar setelah sampai di tempat dia akan meletakkan pakaian milik Algazka untuk dicuci, semacam keranjang laundry. Tempatnya berada di bawah yang tidak jauh dari dapur. Hanya saja ruangan tersebut dikhususkan sebagai tempat untuk mencuci pakaian. Beberapa peralatan mandi seperti handuk bersih juga diletakkan di ruangan tersebut. Ada lemari sebagai tempat penyimpanan. Rumah besar yang baagikan istana itu memang sangat tertata rapi. Sudah bisa ditebak kalau semua mencerminkan sisi gelap Algazka yang ternyata seorang lelaki mesum. "Emang dasar mesum kok!" Allesa menggerutu. Tangan mungilnya melempar kecil pakaian milik Algazka yang sudah masuk ke dalam keranjang laundry. "Bisa-bisanya dia punya otak, tapi otaknya nggak berputar dengan baik. Ihh cowok mesum!" Allesa kembali menggerutu. Entah apa yang telah dilakukan oleh Algazka kepada
Tatapan bengis Algazka masih membuat Allesa mengunci suaranya. Sorot mata lelaki itu penuh dengan rasa benci. "Kamu denger kan kata-kata saya tadi?! Kamu bukan seorang istri karena kamu adalah seorang anak pembunuh sekaligus budak yang tidak akan pernah saya pandang meski hanya sebelah mata pun!" Algazka menegaskan dan langsung meninggalkan Allesa yang meneteskan air mata seketika. Air mata yang sudah dibasuh oleh bahu tangannya dengan cepat. Kata-kata Algazka memang selalu berniat menyakiti hatinya. Kebencian, hinaan, dan rasa jijik pada dirinya seperti seekor lalat. Tapi mendengar sebagai anak pembunuh itu menyakitkan hati Allesa. "Bisa-bisanya gue nangis!" Allesa membasuh air matanya mulai menggerutu. Sikapnya yang mudah dia kontrol meski rasa sakitnya masih bergelayut manja. Siapa yang tidak patah dicap demikian pada lelaki yang mengambil status sebagai suami? Seorang suami y
"Siapa?" "Nakamante, Tuan Algazka." "Nakamante?" Algazka tersenyum kecut saat mendapatkan nama yang memang sudah berhasil dia tebak sebelum Daskar memberikan kepastian. Ternyata busur panah beracun sialan yang hampir membunuh Casper berasal dari Nakamante. Laki-laki yang memilih darah campuran Jepang. Salah anggota kelompok Maesaki yang tidak pernah bersahabat dengan Falcone. Nakamante termasuk anggota Maesaki yang patut diandalkan. Tembakannya dengan busur panah tidak pernah meleset meski dari jarak jauh sekalipun. Dan sekarang setelah Algazka memperkuat buktinya, dia tidak akan membiarkan Nakamante lolos begitu saja. Termasuk Maesaki yang sudah mencoba mengganggu ketenangan dirinya dengan melibatkan Casper. Daskario membuka laptop milik Algazka yang sudah tergeletak di atas meja. Menghadapkan pada dirinya sehingga Algazka melihat layar laptop tersebut sudah dengan senyuman. "Nakamante? Nice t
Algazka begitu senang melihat Nakamante yang masih asik disantap oleh anjing liarnya. Tiga anjing yang pastinya senang mendapatkan makan mewah pada hari itu.Sementara di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda suasana cemas menyelimuti."Allesa, kamu kenapa?" tanya Reina yang melihat Allesa buru-buru duduk. Dia seperti orang habis berlari-lari dan sekarang tampak kelelahan.Reina yang baru saja meletakkan susu untuk Allesa mendekati perempuan polos itu. Allesa yang sudah duduk di tepi tempat tidur dan masih terdiam. Mengatur nafasnya yang tengah berantakan."Kamu abis kemana? Aku udah siapin susu buat kamu tuh." Reina duduk di sebelah Allesa.Sejak dia masuk, Reina memang tidak melihat Allesa berada di dalam kamar. Biasanya sih dia hanya jalan-jalan mengelilingi rumah saja. Paling sering berada di balkon kamarnya. Kadang kasihan juga melihat Allesa yang terpenjara tanpa bisa Reina lakukan apapun untuk membebaskannya.Allesa y
Tatapan Allesandra membulat. Kaget melihat Algazka yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Sejak kapan Algazka berada disana? Mirip banget sama hantu. "Eh, kamu bilang apa tadi? Tikus? Kamu ngatain aku tikus?" Allesa baru sadar atas ucapan Aldiska. Lelaki yang memang senang sekali berbuat dan berbicara seenaknya! "Iya! Memang itu kenyataannya kan? Buktinya apa tadi? Kamu kan tadi abis dari ruang kerja saya yang diatas dan kamu lari setelah melihat yang nggak seharusnya!" Algazka yakin sekali dengan tingkah Allesandra. Perempuan itu sering merepotkan dirinya. Ada saja tingkah yang membuat Algazka harus lebih menahan sabar sebelum dia melenyapkan Allesandra. Allesa terdiam sejena. Rupanya Algazka tahu kalau dia sempat keatas tadi. "Kamu ngapain ke atas? Hah?" tanya Algazka penasaran. Allesandra yang masih diam tiba-tiba tersenyum. "Mau liat apa yang dilakuin suami aku."
"Kamu memang akan jatuh hati pada Allesa, dia perempuan yang sangat baik dan mampu meluluhkan hati yang sekeras batu sekali pun walau hanya dengan sikapnya." Garvin bergumam sambil menyandarkan tubuhnya setelah Algazka yang sudah pergi.Rasa itu tampak jelas di mata Garvin yang sangat yakin akan perasaan seorang Algazka. Tidak dia sangka pengorbanan dalam menyerahkan putri tersayangnya menjadi pedang yang berbalik untuk mafia kejam itu. Meski Garvin takut dan tidak punya pilihan, tapi hati kecilnya yakin jika Allesa mampu mengatasi semuanya.Gadis kecilnya itu memiliki hati yang selalu tulus, polos, penyayang, ceria, lucu, dan dia yang sangat cantik persis seperti Nadya. Tidak mungkin jika Algazka tidak menaruh hati walau Garvin sempat ciut melihat kekerasan hati Algazka saat penyerahan putrinya. Tapi sekarang setidaknya dia bisa bernafas lega saat mendengar apa yang Algazka ucapkan.Ternyata Allesa dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan dia mampu membuat Al
"Saya ingin menikahi Allesandra secara resmi.""Apa maksud kamu, Algazka?"Kedatangan Algazka siang itu sudah sangat mengejutkan Garvin dan Nadya, tapi rasa terkejut mereka ternyata tidak berhenti sampai disana. Nadya masih menatap tidak percaya apalagi ketika Algazka mengutarakan untuk menikahi Allesa secara resmi.Apa maksud ucapan Algazka, lelaki kejam yang sangat Nadya benci?"Apa kamu tidak cukup membuat anak saya menderita?!" Nadya yang pastinya tidak terima."Saya tidak akan membiarkan Allesa jatuh ke tangan kamu sepenuhnya, Tuan Algazka!" sambung Garvin menatap geram.Algazka yang duduk santai sejak tadi mulai menatap Nadya dan Garvin secara bergantian dengan sorot tajamnya. Meski kedatangan dia memiliki niat yang semata-mata untuk Allesa, tapi sikap dia saat berhadapan dengan Garvin tidak akan pernah menghilangkan ingatannya atas apa yang sudah terjadi.Terlebih saat Algazka memutuskan untuk berbicara pada Garvi
Cups. Sebuah kecupan mendarat manis di bibir Allesa.Kecupan yang tidak lama dan hanya sebatas kecupan singkat yang tidak lebih dari tiga detik itu mampu membuat jantung Allesa berhenti sesaat. Allesa hampir tercekat oleh nafasnya sendiri ketika Algazka meletakkan bibirnya di bibir Allesa.Tubuh Allesa kaku, tidak bisa menghindar, dan bergerak pun tidak mampu."Tenang aja, saya nggak akan ngelakuin yang aneh-aneh. Saya cuma mau cium kamu." Algazka mengatakan santai dan sudah kembali pada posisinya yang duduk di tepi tempat tidur menghadap Allesa.Sementara Allesa masih syok atas apa yang dilakukan oleh Algazka meski sah-sah saja jika Algazka ingin melakukan lebih dari ciuman pun mengingat hubungan mereka sudah menjadi suami istri walau hanya tertera diatas kertas sebagai status dari pernikahan siri."Kenapa? Mau lagi?" tanya Algazka yang melihat Allesa masih terdiam tanpa berkata-kata. Allesa yang masih super syok atas apa yang
"Beneran? Terus-terus gimana? Ih tau gitu aku liat waktu Nona Zie yang jatuh ke kandang kuda terus aku videoin deh." Reina yang mendapatkan cerita dari Daskar tidak hentinya tersenyum puas.Senang sekali rasanya dia mendengar Zie yang mendapatkan hukuman. Biar Zie tahu rasa dan sadar atas tingkahnya selama ini. Siapa suruh dia jadi perempuan yang sering menyebalkan selama ini? Huh."Ihh aku bener-bener pengen banget liat mukanya Nona Zie deh." Reina yang masih saja tertawa bahagia dan membuat Daskar menggeleng-gelengkan kepalanya.Daskar tahu sikap Zie yang tidak pernah bersikap baik pada semua penjaga dan pelayan di rumah ini. Apalagi sama Reina yang sering kena emosi Zie jika mood perempuan itu tidak baik."Terus Nona Zie pasti geli banget dong. Apalagi kan selama ini dia selalu wangi dan membanggakan kecantikannya itu." Reina masih membayangkan ekspresi Zie yang diceritakan oleh Daskar."Ya bau lah, namanya juga kotoran kuda. Kamu mau
"Kamu serius mau cium saya?" Pertanyaaan Algazka yang membuat gerakan tangan Allesa refleks berhenti. Tatapan Allesa melebar, baru sadar atas apa yang Algazka ucapkan tadi dan Allesa yang malah menanggapinya serius. "Bener-bener mau?" tanya Algazka yang tersenyum menatap Allesa. Gadis polos itu mulai panik saat mengangkat pandangannya menatap Algazka. Bodoh! Gue ngomong apa tadi? Allesa menggerutu di dalam hatinya. Efek dia yang senang dan terlalu fokus dengan hp barunya jadi membuat Allesa tidak konsen dalam menanggapi kata-kata Algazka. Algazka mengangkat satu alisnya. "Kenapa kamu jadi diam? Tadi katanya kamu mau ci ..." "Ehhh, nggakkk" Allesa panik melambai-lambaikan tangannya di hadapan Algazka seperti orang membutuhkan pertolongan. "Aku nggak bilang gitu kok." "Tapi tadi waktu saya minta cium kamu bilang oke. Itu artinya apa?" Algazka yang merasa senang ketik
"Halahhh, memang cuma Allesa aja kok yang diperhatiin selama ini. Kalian itu mana pernah peduli dan sayang sama aku." "Kita semua sayang sama kamu, cuma kamu aja yang selalu susah buat dikasih tau dan ngerasa nggak pernah disayang." Nadya tidak henti-hentinya memberikan pengertian pada Alando, anak pertama dia yang jarang sekali pulang. Sekalinya pulang lihat saja tingkahnya, bau alkohol tercium jelas dari mulut Alan. "Makanya kamu itu pulang, jangan tinggalnya di jalanan lalu buat ulah." Garvin terdengar tegas ketika keluar dari kamarnya. Tatapan dia menyorot Alan, anak lelaki satu-satunya di tengah keluarga. Alan yang mendapatkan teguran dari Garvin menatap sinis dalam duduknya. Baginya, kedua orang tua dia hanya menyayangi adiknya saja yaitu, Allesa. "Buat apa juga aku di rumah kalo nggak pernah dianggap." Alan menatap penuh kebencian pada Nadya dan Garvin yang sudah duduk di hadapan dirinya. Nadya menghel
Allesa masih diam mendengar kata-kata Algazka yang berusaha menjelaskan pada dirinya."Saya nggak pernah tunangan sama Zie." Lagi, Algazka kembali meyakinkan.Pemilik Falcone itu tersenyum melihat Allesa yang masih belum bersuara saat dia mengutarakan penjelasannya."Cincin yang pernah saya kasih sama dia hanya sebatas kasih aja. Waktu itu dia menang audisi model yang dia pengen banget ikut sejak dulu, jadi saya kasih hadiah karena dia menang dan itu pun karena dia minta. Nggak ada istilah apapun dibalik pemberian cincin yang saya kasih sama dia." Algazka menjelaskan panjang lebar sambil menatap Allesa dengan nada rendahnya.Sudah tahu kenapa Allesa yang jadi berubah. Dia lihat apa saja yang Zie katakan pada Allesa dan juga apa yang Zie lakukan di kandang kuda dari hasil CCTV yang Algazka dapatkan. Algazka menyaksikan semuanya tanpa dia abaikan sedetik pun yang membuat Algazka semakin murka."Jadi saya mau menjelaskan kalo saya nggak pern
Allesa membuka kedua matanya setelah tidak sengaja tertidur mengingat dia sempat menangis sebentar. Dia akui bahwa hatinya sedih karena sikap Algazka yang membuat dia semakin tahu hati lelaki tampan itu memang seseorang berhati kejam.Dia mudah mencampakkan, mengkhianati, dan juga berbohong. Status Algazka yang pernah bertunangan dengan Zie telah menjadi rahasia yang terbuka di hadapan Allesa. Lalu untuk apa dia berusaha bersikap hangat pada Allesa?Sudah pasti Algazka bisa membuat posisi Allesa seperti Zie. Dia mudah mencampakkan hati perempuan seenaknya dan yang pasti Algazka memang hanya ingin menyakiti Allesa sejak awal."Awww." Allesa meringis pelan saat dia membuka selimut untuk bangkit dari tidurnya.Masih sakit sekali kaki dan siku tangannya. Allesa menghela nafas setelah dia duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur dan menghela nafas panjang.Seharusnya Allesa tidak perlu sedih. Tapi kenapa dia jadi sedih saat meng
"Kenapa? Apa lo juga kaget kalo gue pernah tunangan sama dia? Tapi memang seharusnya lo nggak perlu tau juga karena yang seharusnya lo lakuin itu sekarang adalah sadar diri. Jangan bersikap semena-mena sama gue!"Keberanian Zie yang semakin membuat Daskar salut membuat Daskar menyunggingkan senyumannya."Kamu memang perempuan berani, tapi kadang kamu juga bisa menjadi perempuan bodoh, Nona Nastazie."Mata Zie melebar mendengar ucapan Daskar. "Lo ngomong apa?" tanya Zie tidak terima."Seharusnya kamu tau kalo Tuan Algazka tidak sebodoh itu membiarkan rahasia dirinya diketahui oleh siapapun meski itu adalah perempuannya, tapi saya pikir itu bisa saja terjadi. Jika saja perempuan itu adalah Nona Allesandra."Nafas Zie kembali memburu. Rupanya Daskar masih terus ingin memanasi hatinya dengan membawa-bawa Allesa."Saya tanya sama kamu, kenapa Tuan Algazka sampai mau menggendong Nona Allesandra?" tanya Daskar memajukan langkahnya lagi