"Kenapa? Apa lo juga kaget kalo gue pernah tunangan sama dia? Tapi memang seharusnya lo nggak perlu tau juga karena yang seharusnya lo lakuin itu sekarang adalah sadar diri. Jangan bersikap semena-mena sama gue!"
Keberanian Zie yang semakin membuat Daskar salut membuat Daskar menyunggingkan senyumannya."Kamu memang perempuan berani, tapi kadang kamu juga bisa menjadi perempuan bodoh, Nona Nastazie."Mata Zie melebar mendengar ucapan Daskar. "Lo ngomong apa?" tanya Zie tidak terima."Seharusnya kamu tau kalo Tuan Algazka tidak sebodoh itu membiarkan rahasia dirinya diketahui oleh siapapun meski itu adalah perempuannya, tapi saya pikir itu bisa saja terjadi. Jika saja perempuan itu adalah Nona Allesandra."Nafas Zie kembali memburu. Rupanya Daskar masih terus ingin memanasi hatinya dengan membawa-bawa Allesa."Saya tanya sama kamu, kenapa Tuan Algazka sampai mau menggendong Nona Allesandra?" tanya Daskar memajukan langkahnya lagiAllesa membuka kedua matanya setelah tidak sengaja tertidur mengingat dia sempat menangis sebentar. Dia akui bahwa hatinya sedih karena sikap Algazka yang membuat dia semakin tahu hati lelaki tampan itu memang seseorang berhati kejam.Dia mudah mencampakkan, mengkhianati, dan juga berbohong. Status Algazka yang pernah bertunangan dengan Zie telah menjadi rahasia yang terbuka di hadapan Allesa. Lalu untuk apa dia berusaha bersikap hangat pada Allesa?Sudah pasti Algazka bisa membuat posisi Allesa seperti Zie. Dia mudah mencampakkan hati perempuan seenaknya dan yang pasti Algazka memang hanya ingin menyakiti Allesa sejak awal."Awww." Allesa meringis pelan saat dia membuka selimut untuk bangkit dari tidurnya.Masih sakit sekali kaki dan siku tangannya. Allesa menghela nafas setelah dia duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur dan menghela nafas panjang.Seharusnya Allesa tidak perlu sedih. Tapi kenapa dia jadi sedih saat meng
Allesa masih diam mendengar kata-kata Algazka yang berusaha menjelaskan pada dirinya."Saya nggak pernah tunangan sama Zie." Lagi, Algazka kembali meyakinkan.Pemilik Falcone itu tersenyum melihat Allesa yang masih belum bersuara saat dia mengutarakan penjelasannya."Cincin yang pernah saya kasih sama dia hanya sebatas kasih aja. Waktu itu dia menang audisi model yang dia pengen banget ikut sejak dulu, jadi saya kasih hadiah karena dia menang dan itu pun karena dia minta. Nggak ada istilah apapun dibalik pemberian cincin yang saya kasih sama dia." Algazka menjelaskan panjang lebar sambil menatap Allesa dengan nada rendahnya.Sudah tahu kenapa Allesa yang jadi berubah. Dia lihat apa saja yang Zie katakan pada Allesa dan juga apa yang Zie lakukan di kandang kuda dari hasil CCTV yang Algazka dapatkan. Algazka menyaksikan semuanya tanpa dia abaikan sedetik pun yang membuat Algazka semakin murka."Jadi saya mau menjelaskan kalo saya nggak pern
"Halahhh, memang cuma Allesa aja kok yang diperhatiin selama ini. Kalian itu mana pernah peduli dan sayang sama aku." "Kita semua sayang sama kamu, cuma kamu aja yang selalu susah buat dikasih tau dan ngerasa nggak pernah disayang." Nadya tidak henti-hentinya memberikan pengertian pada Alando, anak pertama dia yang jarang sekali pulang. Sekalinya pulang lihat saja tingkahnya, bau alkohol tercium jelas dari mulut Alan. "Makanya kamu itu pulang, jangan tinggalnya di jalanan lalu buat ulah." Garvin terdengar tegas ketika keluar dari kamarnya. Tatapan dia menyorot Alan, anak lelaki satu-satunya di tengah keluarga. Alan yang mendapatkan teguran dari Garvin menatap sinis dalam duduknya. Baginya, kedua orang tua dia hanya menyayangi adiknya saja yaitu, Allesa. "Buat apa juga aku di rumah kalo nggak pernah dianggap." Alan menatap penuh kebencian pada Nadya dan Garvin yang sudah duduk di hadapan dirinya. Nadya menghel
"Kamu serius mau cium saya?" Pertanyaaan Algazka yang membuat gerakan tangan Allesa refleks berhenti. Tatapan Allesa melebar, baru sadar atas apa yang Algazka ucapkan tadi dan Allesa yang malah menanggapinya serius. "Bener-bener mau?" tanya Algazka yang tersenyum menatap Allesa. Gadis polos itu mulai panik saat mengangkat pandangannya menatap Algazka. Bodoh! Gue ngomong apa tadi? Allesa menggerutu di dalam hatinya. Efek dia yang senang dan terlalu fokus dengan hp barunya jadi membuat Allesa tidak konsen dalam menanggapi kata-kata Algazka. Algazka mengangkat satu alisnya. "Kenapa kamu jadi diam? Tadi katanya kamu mau ci ..." "Ehhh, nggakkk" Allesa panik melambai-lambaikan tangannya di hadapan Algazka seperti orang membutuhkan pertolongan. "Aku nggak bilang gitu kok." "Tapi tadi waktu saya minta cium kamu bilang oke. Itu artinya apa?" Algazka yang merasa senang ketik
"Beneran? Terus-terus gimana? Ih tau gitu aku liat waktu Nona Zie yang jatuh ke kandang kuda terus aku videoin deh." Reina yang mendapatkan cerita dari Daskar tidak hentinya tersenyum puas.Senang sekali rasanya dia mendengar Zie yang mendapatkan hukuman. Biar Zie tahu rasa dan sadar atas tingkahnya selama ini. Siapa suruh dia jadi perempuan yang sering menyebalkan selama ini? Huh."Ihh aku bener-bener pengen banget liat mukanya Nona Zie deh." Reina yang masih saja tertawa bahagia dan membuat Daskar menggeleng-gelengkan kepalanya.Daskar tahu sikap Zie yang tidak pernah bersikap baik pada semua penjaga dan pelayan di rumah ini. Apalagi sama Reina yang sering kena emosi Zie jika mood perempuan itu tidak baik."Terus Nona Zie pasti geli banget dong. Apalagi kan selama ini dia selalu wangi dan membanggakan kecantikannya itu." Reina masih membayangkan ekspresi Zie yang diceritakan oleh Daskar."Ya bau lah, namanya juga kotoran kuda. Kamu mau
Cups. Sebuah kecupan mendarat manis di bibir Allesa.Kecupan yang tidak lama dan hanya sebatas kecupan singkat yang tidak lebih dari tiga detik itu mampu membuat jantung Allesa berhenti sesaat. Allesa hampir tercekat oleh nafasnya sendiri ketika Algazka meletakkan bibirnya di bibir Allesa.Tubuh Allesa kaku, tidak bisa menghindar, dan bergerak pun tidak mampu."Tenang aja, saya nggak akan ngelakuin yang aneh-aneh. Saya cuma mau cium kamu." Algazka mengatakan santai dan sudah kembali pada posisinya yang duduk di tepi tempat tidur menghadap Allesa.Sementara Allesa masih syok atas apa yang dilakukan oleh Algazka meski sah-sah saja jika Algazka ingin melakukan lebih dari ciuman pun mengingat hubungan mereka sudah menjadi suami istri walau hanya tertera diatas kertas sebagai status dari pernikahan siri."Kenapa? Mau lagi?" tanya Algazka yang melihat Allesa masih terdiam tanpa berkata-kata. Allesa yang masih super syok atas apa yang
"Saya ingin menikahi Allesandra secara resmi.""Apa maksud kamu, Algazka?"Kedatangan Algazka siang itu sudah sangat mengejutkan Garvin dan Nadya, tapi rasa terkejut mereka ternyata tidak berhenti sampai disana. Nadya masih menatap tidak percaya apalagi ketika Algazka mengutarakan untuk menikahi Allesa secara resmi.Apa maksud ucapan Algazka, lelaki kejam yang sangat Nadya benci?"Apa kamu tidak cukup membuat anak saya menderita?!" Nadya yang pastinya tidak terima."Saya tidak akan membiarkan Allesa jatuh ke tangan kamu sepenuhnya, Tuan Algazka!" sambung Garvin menatap geram.Algazka yang duduk santai sejak tadi mulai menatap Nadya dan Garvin secara bergantian dengan sorot tajamnya. Meski kedatangan dia memiliki niat yang semata-mata untuk Allesa, tapi sikap dia saat berhadapan dengan Garvin tidak akan pernah menghilangkan ingatannya atas apa yang sudah terjadi.Terlebih saat Algazka memutuskan untuk berbicara pada Garvi
"Kamu memang akan jatuh hati pada Allesa, dia perempuan yang sangat baik dan mampu meluluhkan hati yang sekeras batu sekali pun walau hanya dengan sikapnya." Garvin bergumam sambil menyandarkan tubuhnya setelah Algazka yang sudah pergi.Rasa itu tampak jelas di mata Garvin yang sangat yakin akan perasaan seorang Algazka. Tidak dia sangka pengorbanan dalam menyerahkan putri tersayangnya menjadi pedang yang berbalik untuk mafia kejam itu. Meski Garvin takut dan tidak punya pilihan, tapi hati kecilnya yakin jika Allesa mampu mengatasi semuanya.Gadis kecilnya itu memiliki hati yang selalu tulus, polos, penyayang, ceria, lucu, dan dia yang sangat cantik persis seperti Nadya. Tidak mungkin jika Algazka tidak menaruh hati walau Garvin sempat ciut melihat kekerasan hati Algazka saat penyerahan putrinya. Tapi sekarang setidaknya dia bisa bernafas lega saat mendengar apa yang Algazka ucapkan.Ternyata Allesa dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan dia mampu membuat Al
"Kalo kamu sampai ditampar, kamu harus tampar balik tiga kali dari yang kamu terima."Hanya itu yang bisa Algazka sampaikan pada Allesa yang memilih mau berbicara pada Zie. Gadis polosnya sudah pergi ke luar setelah meyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja.Algazka tidak bisa menahan Allesa karena dia yang benar-benar tampak ingin juga berbicara dengan Zie. Entah apa yang akan mereka bicarakan namun Algazka memilih menunggu meski dengan kerisauannya.Dan sementara itu Allesa mengikuti apa yang Zie mau untuk berbicara berdua di luar. Tepatnya di halaman belakang rumah Algazka dan tidak jauh dari kandang kuda Queen."Kamu mau ngomong apa, Zie?" tanya Allesa dengan nada tenang dan senyuman hangat setelah Zie berdiri menghadap dia dan siap berbicara.Tapi kehangatan Allesa tidak akan mudah diterima begitu saja oleh Zie. Apalagi saat mendengar Allesa menyebut namanya dngan tidak menggunakan kata 'nona' lagi. Hal itu semakin membuat hat
"Queen itu udah milik aku, Algazka. Kenapa aku nggak boleh bawa dia?" tanya Zie kesal.Zie tidak terima dengan jawaban Algazka yang tidak memuaskan dirinya."Aku bukannya melarang kamu, tapi aku meminta waktu." Algazka yang terdengar membuat perundingan pada Zie.Di hatinya dia pun malas dengan drama yang berhubungan dengan perempuan. Sama sekali tidak ada niat untuk membuat drama yang berlarut. Algazka hanya meminta waktu untuk bisa melihat kondisi hati Allesa yang dia pedulikan."Waktu untuk apa sih? Kamu nggak cukup mutusin dan pergi dari aku? Sekarang aku mau bawa Queen yang kamu kasih pun nggak kamu bolehin. Kenapa sih, Algazka? Kenapa kamu berubah total kayak giniii?" Zie semakin bertambah kesal.Perubahan yang dia yakini memang berhubungan dengan Allesa. Sudah pasti itu. Pelayan super brengsek yang sangat Zie benci seumur hidupnya."Apa kamu mau ngambil lagi sama barang-barang yang kamu kasih? Apa memang tipikal kamu kayak
Zie duduk manis menunggu kedatangan Algazka yang sangat tidak sabar dia temui. Tapi setidaknya sekarang dia sudah bisa tenang karena Algazka pasti akan menemui dia mengingat dirinya yang berhasil masuk dan sekarang tengah menanti kehadiran calon suami masa depannya.Rasa senang semakin dirasakan oleh Zie ketika tatapannya mendapatkan Algazka yang sudah muncul dan berjalan mendekati dia. Meski di satu sisi Zie tetap merasa resah setiap mengingat perilaku Algazka yang sampai menggendong Allesa si pelayan brengsek itu.Zie beranjak dari duduknya dengan wajah tersenyum. Algazka yang begitu gagah, tampan, dan sorot mata yang dingin tanpa pernah bisa menghilangkan ketampanannya."Hai, kamu apa kabar?" tanya Zie hangat."Ada apa?" Algazka yang malas berbasa-basi.Sikap Algazka yang seratus persen berubah memang membuat rasa sedih di dalam hati Zie semakin sesak. Hubungan yang sempat dia jalani dan tidak memiliki masalah apapun dan sekarang Algaz
"Gimana Allesa? Apa dia baik-baik?" tanya Garvin pada Nadya yang sudah pulang."Baik." Nadya menjawab singkat.Dia sudah selesai menyusui Almana tadi dan bayi mungilnya itu kini terlelap tidur. Sekarang Nadya bersama Garvin duduk di ruang tengah berdua."Kenapa kamu?" tanya Garvin melihat Nadya yang tampak banyak berpikir. "Apa sebenernya Allesa terluka?""Nggak kok.""Terus?""Allesa baik-baik aja, nggak ada luka sama sekali. Malah dia ditempatkan di kamar yang bagus dan penuh fasilitas. Seenggaknya dia memang nggak kekurangan." Nadya menjelaskan.Ternyata pikiran buruk dia saat membayangkan Allesa yang mendapatkan perilaku kejam di luar bayangan Nadya. Anaknya tidak terluka, dia makan dengan layak, tidur di kamar yang bagus, dan tidak ada yang tampak bahwa Allesa sedang mendapatkan siksaan.Garvin yang mendengar itu jadi terdiam sejenak. Keresahannya selama ini hanya berada di dalam pikirannya saja. Kekejaman
"Tuan Algazka tidak ada disini.""Nggak ada disini gimana? Gue liat mobilnya, jangan coba bohong-bohongin gue ya." Zie menatap kesal salah satu penjaga yang berdiri di depan pintu utama.Malam itu dia datang ingin menemui Algazka. Ada hal yang Zie ingin bicarakan."Maaf, Nona Zie.""Gue nggak butuh maaf, tapi gue cuma butuh ketemu sama Algazka. Gue bener-bener mau ngomong sama dia.""Maaf, Nona Zie tapi Tuan Algazka tidak bisa ditemui.""Tuh kan, tadi kata lo nggak ada dan sekarang nggak bisa diganggu, artinya dia emang ada di dalam. Emang dasar ya lo tukang bohong semua." Zie menatap sinis penjaga-penjaga Algazka yang ditugaskan berdiri menjaga pintu utama rumahnya.Semua menjadi menyebalkan ditambah pikiran dia yang masih mengingat bahwa Allesa berada di dalam."Panggilin Algazka sekarang atau gue akan ...""Akan apa?" Sambung suara yang sudah ada di tengah-tengah pembicaraan dia terhadap penjaga tadi
Jadi begitu ceritanya dan dia bukan pacar aku kayak yang kamu bilang." Allesa menjelaskan cerita yang ingin Algazka dengar.Lelaki tampan itu tampak penasaran sekali dengan sosok yang bernama Argantara Ragadian. Maka dari itu Allesa jadi menjelaskannya secara singkat, tapi cukup jelas untuk dipahami oleh Algazka.Lelaki yang biasanya Allesa panggil Arga itu memang bukan lah kekasih Allesa. Dia hanya lelaki yang pernah ada di dalam kehidupan Allesa tanpa status apapun. Meski begitu, Arga adalah sosok lelaki yang baik, perhatian, dan peduli pada keluarga Allesa juga.Statusnya tidak lain hanya sebatas teman baik Allesa. Dia selalu menemani Allesa sejak dulu sampai akhirnya Arga yang harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan mengikuti keinginan orang tuanya. Kepergiannya itu membawa kesedihan untuk Allesa karena Arga selalu berada di sisi dirinya sejak dulu.Arga pernah berjanji kalau dia akan pulang sekitar lima bulan lalu dari kepergi
"Bener-bener nyebelin, emang ternyata dia tuh nggak berubah." Allesa menggerutu. "Mungkin bener kalo dia emang main-main dan seriusnya cuma sama Zie." Allesa menghentak-hentakkan kakinya penuh kekesalan.Bisa-bisanya dia percaya dengan perubahan sikap Algazka beberapa hari ini. Semua memang memang mimpi dan Allesa tidak boleh memiliki angan-angan terlalu jauh.Dia kembali mengambil hpnya dan melakukan scroll, mengutak-atik sesuatu, dan kembali meletakkan secara kesal."Mungkin emang bener kalo gue harus keluar dari sini sesuai yang Mama bilang." Allesa teringat akan ucapan Nadya yang menyampaikan niatnya untuk membawa dia pergi dari tempat Algazka.Meski Allesa tidak mengetahui bagaimana caranya, tapi melihat keyakinan Nadya membuat Allesa memiliki harapan dan tidak ada alasan lagi untuk tinggal disini. Ditambah dia yang super menyesal karena tadi sempat memihak sama Algazka di hadapan Nadya.Allesa menghela nafasnya. Kasihan Nadya, pasti
"Mulai deh kayak setrikaan." Daskar yang sudah kembali ke pantry mengamati tingkah Reina yang mondar-mandir dengan wajah cemasnya. Sudah bisa ditebak kalau tingkahnya itu pasti karena mengkhawatirkan Allesa. Kondisi Allesa yang sejujurnya membuat Daskar ikut heran ditambah kata-kata Algazka tadi yang tadi terdengar tidak peduli. "Aku tuh kayaknya bisa umur pendek ya kalo kerja disini. Mikirin keadaan yang macem-macem aja." Reina menggerutu setelah akhirnya dipaksa Daskar untuk duduk dan disodorkan air dingin untuk menjernihkan otaknya. "Ngomong tuh dijaga." Daskar menasihati. Reina menghela nafasnya. "Abisnya tuh tuan kamu aneh banget." Reina berbisik meski di pantry tidak ada orang selain mereka. "Tuan kamu juga kan." Daskar meledeki. Reina tidak menanggapi. Dia masih memikirkan kondisi Allesa yang tidak mau makan dan sekarang Algazka yang tidak peduli. Padahal kemarin waktu Allesa sakit tuann
"Nggak mau.""Tapi kamu harus makan loh.""Aku bilang nggak mau.""Tapi, Al ...""Ihh aku nggak mau, Reinaaa." Allesa menghentak-hentakkan kakinya diatas tempat tidur dengan posisi dia yang telungkup sejak tadi.Reina datang membawakan Allesa makanan ke kamar, tapi Allesa menolaknya. Sudah dibujuk dari tadi pun Allesa enggan menyentuh makanan yang dibawakan Reina untuknya.Allesa tidak mau makan pokoknya."Bawa aja keluarrr." Allesa yang melipat kedua tangannya diatas bantal dengan wajah merengut.Entah kenapa Allesa sampai membuat Reina kewalahan. Padahal biasanya Allesa tidak pernah ngambek atau murung jika dirinya datang. Allesa yang kadang bercerita dan kali ini Allesa juga tidak mau bercerita. Dia hanya mengatakan kalau dia tidak mau makan dan ingin sendiri di kamar."Udah cantik gitu kok ngambek dan merengut sih." Reina yang masih berusaha menghibur hati Allesa.Namun Allesa tidak menangg