Di sebuah rumah mewah terbengkalai, terlihat seorang pria sedang sibuk mengikatkan tali pada kaki ranjang di sana.
"5hit! Ternyata kau cekatan juga, Gabriel," umpat pemilik wajah tampan bernama Alex tersebut.Dia langsung melemparkan tali ke arah jendela kamar, yang baru beberapa hari dia tempati. Setelahnya dia turun menggunakan tali itu, dengan sebuah tas yang berisi barang-barang penting untuknya.Setibanya di bawah Alex langsung bersembunyi, kala melihat rombongan mobil sedang menuju gedung tersebut."Geledah semua tempat ini! Jangan sampai melewatkan sedikit pun!"Seketika mereka semua berpencar untuk menangkap sang pria.Setelah orang orang itu masuk ke gedung, dengan lihai pria itu mengendap-endap menuju tempat parkir mobilnya. Alex segera menaiki mobil sport ferrari, menuju keluar. Sayangnya aksi itu terlihat oleh Wiliam, dia segera memutar balik, dan mengejar mobil tersebut.Di jalan yang sepi itu, terjadilah akGrazella terlihat berhenti melangkah, karena pengendara mobil itu berhenti tak jauh darinya. Gadis menelan ludahnya kasar, melihat Wiliam yang keluar dari dalam mobil tersebut.Grazella berusaha bersembunyi di balik pohon-pohon besar di sana."Untung mansion iblis ini kayak hutan, banyak pohonnya."Dengan perlahan Grazella mengendap berjalan ke arah gerbang. Saat melihat Wiliam sudah pergi, dan para penjaga sedang lengah, dengan langkah cepat Grazella berlari kencang ke arah gerbang."Baby, mau kemana, h'm?"Perut ratanya sudah diraih oleh tangan kekar seseorang. Grazella melepaskan tangan kekar itu dan berbalik."Hay Le–on ...." Gabriel menatap bengis ke arah Grazella. Sementara gadis itu tersenyum lebar."A-aku mau beli ice cream, tadi aku lihat ada penjualnya di luar hehehe ...." Pria itu tidak mendengarkan, dia fokus menatap tajam ke arah Grazella."Masuk!" Grazella menutup matanya karena mendengar suara menggelegar itu."Tapi aku mau ice cream,""Masuk, Elnara!" Grazella menatap t
Wiliam mengusap keringat yang ada di pelipisnya. Dia menyipitkan mata kala melihat Tuannya memeluk seseorang."5hit!" Wiliam mengedarkan pandangan, dirasa tidak menemukan apa yang dia cari, Wiliam segera menuju ruang ganti."Sial4n!" Wiliam melihat cadar, dan pakaian yang Grazella kenakan sudah berserakan di lantai. Pria itu segera mengambil sebuah walkie talkie."Nona muda Kabur! Cepat kalian cari di seluruh area butik!" Wiliam segera menuju ke arah Tuannya."Tuan!" Sang empu terlihat mendengkus kesal."Apa kamu mau mati, wil! Jangan menggangguku pergi sana!" Usir Gabriel dengan nada dingin."Kau yang akan mati, jika gadis itu sampai berhasil kabur," batinnya penuh ejek.Tidak memperdulikan ada sosok Wiliam, Gabriel justru dengan lancangnya merem4s semangka sang gadis.Badan Gabriel seketika terdiam, saat mendapati perbedaan di sana. Detik selanjutnya, wajahnya berubah merah padam dengan urat leher yang sudah terlihat. Pria itu langsung membalikan tubuh sang gadis.Tangannya mengepal
Senja sudah menampakan wujudnya, dengan cantik. Grazella terlihat menuju dapur, untuk mengambil kemasan 5u5u. Gadis akan memompa asinya, mumpung si iblis tidak berada di mansion.Sedari pulang dari cafe, Grazella tidak melihat Gabriel. Sedangkan pria itu masih berdebat bak capres dengan sang ayah."Sudah berapa kali kubilang, kau harus menikahi Selena, Gabriel! Tua Bangka itu sudah menguasai seluruh saham perusahaanku!" Paruh baya tersebut menatap tajam sang putra. Tetapi Gabriel hanya diam, dengan wajah datar."Aku sudah menuruti permintaanmu, dengan bertunangan dengannya, Dad. Dan aku tidak akan pernah menikahinya! Aku punya cara sendiri, untuk mengambil alih saham itu!" jelas pria berwajah datar tersebut."Bagaimana, Gabriel? Jangan banyak tingkah kau! Daddy tau kau sudah mempunyai perusahaan sendiri! Tapi perusahaan itu juga milik Keluarga kita, Gabril!" paruh baya itu sangat emosi, membayangkan perusahaan miliknya akan di ambil alih oleh orang lain."Hanya kamu, yang bisa menyelam
Dengan rahang mengeras, dan tangan mengepal pria itu menatap bengis, ke arah gadis di depannya.Gabriel meremas kartu nama yang berada di tangannya. Grazella hanya diam dengan tangan terlihat bergetar."Le–on,""Kabur? Dengan pria lain! Lancang sekali pemikiranmu itu, El!" Suara dingin yang sudah jarang Grazella dengarkan, sekarang menusuk telinganya."A-aku ... aarrghh! Sakit, Leon lepas!" Pria itu mencengkram dagu Grazella dengan keras. Bahkan pipi gadis itu terlihat memerah."Apa aku terlalu lembut padamu, atau memang pada dasarnya kau sungguh keras kepala, hah!""Sakit, Le–on. Lepas, kamu menyakitiku!" "Kau milikku, aku berhak melakukan apapun pada tubuhmu, El!" teriak Gabriel."Aku sangat membencimu, Leon! Kenapa kau sangat egois!""Bencilah aku, sebesar yang kau bisa, El. Sampai kau tidak akan sanggup melupakanku,""Dasar sinting! lepas, Leon!"Wajah gadis itu menoleh ke samping
Waktu sudah menunjukan, pukul 11 malam. Terlihat dua pria, dengan tinggi menjulang, keluar dari mobil sport Lamborghini tersebut."Huft, Akhirnya sampai juga! Aku sangat merindukan tempat ini!" Dengan semangat pria itu berceloteh."Tutup mulutmu, Wil! Kau mau aku jual mulut rombengmu itu, hah!"Dengan cepat Gabriel membungkam mulut sahabatnya."Astaga Riel, lihatlah dirimu! Sekarang kau sangat mirip ibu-ibu kurang tranferan! Apa gadis, ah maksudku wanitamu itu nakal lagi, h'm?" Dengan tengilnya Wiliam menaik turunkan alisnya."Bulan depan gajimu aku potong 50% dan akan kukirim kau, ke kutub selatan Wil!""Ayolah Riel ... Aku hanya bercanda, Tuan."Mereka segera masuk ke tempat yang biasa di sebut surga dunia itu.Terlihat dua wanita s3ksi dengan pakaian kurang bahan, duduk berdampingan dengan Gabriel. Kedua wanita itu menatap Gabriel, bak makanan yang siap disantap."Tuan, malam ini sama Jessie saja, ya? Jessie akan kasih s3rvis yang memu4skan." Dengan sedikit mendesah, wanita itu ber
Sinar matahari sudah bersiap untuk bertugas hari ini, gadis dengan manik amber baru akan terbangun. Dia menyitipkan mata kala melihat seseorang yang sedang berada di kamarnya."Bibi Margaret?" Wanita yang sedang merapikan meja rias tersebut menoleh. Paruh baya itu tersenyum, dan segera menghampiri sang Nona."Pagi, Nona. Maaf sudah mengganggu tidur, Nona,""Apakah sudah siang, Bi?" "Masih jam 6 pagi, Nona." Grazella terkejut, biasanya para maid akan membersihkan kamar jam 8, aneh tidak biasanya.Gadis itu mengedarkan pandangan, dan sedikit kecewa, kala tidak menemukan sosok yang dia cari. Hal itu terlihat oleh sang kepala maid, dia pun tersenyum dan memberikan sedikit informasi."Tuan, tidur di kamar lain, Nona,""Aku tidak perduli, Bi." Penuh baya itu hanya tersenyum."Apa yang kamu pikirkan, El. Baguskan tidak ada iblis itu, sekalian saja jangan pernah kesini lagi!" batinnya dengan meremas sprei."No
Gabriel yang tidak sabar, meremas kuat tangan Grazella dengan kasar. Gadis itu terpaksa mengeluarkan suaranya."Si–ap." Suara gadis itu bergetar dengan tangan mengepal. "Baiklah. Maka tibalah saatnya untuk meresmikan pernikahan, Saudara. Saya persilahkan Saudara masing-masing menjawab pertanyaan, saya," ucap Pendeta."Gabriel Leonard Mattew, maukah Saudara menikah dengan Grazella Elnara Wesley, yang hadir di sini, dan setia mencintainya seumur hidup, baik suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, serta keadaan kurang maupun berlimpah?""Ya, saya bersedia!""Kepada mempelai wanita, Grazella Elnara Wesley, maukah Anda menikah dengan, Saudara Gabriel Leonard Mattew, dan mencintainya seumur hidup Anda, baik suka maupun duka?"Gadis itu tidak kunjung menjawab pertanyaan dari Pendeta tersebut, hatinya terasa sangat ragu, dia merasa takut hidupnya akan semakin menderita."Saudara, Grazella?" Pendeta itu sudah sedikit bingung
Gabriel yang melihat air mata Grazella menetes ke kakinya hanya diam. Pria itu tidak perduli dengan sang istri yang menangis dalam diam. Gabriel tetap melanjutkan aktivitasnya. Tidak ada suara yang terdengar di sana, kecuali suara mesin hairdryer. Hingga pria itu selesai mengeringkan surai panjang istrinya.Gabriel menekan tombol di samping meja, dan berbicara dengan seseorang. Setelah selesai, pria itu kembali mendekati sang istri, dengan membawa sebuah krim.Gabriel duduk di tepi ranjang, dan membalikan tubuh sang istri untuk menghadapnya. Terlihat gadis itu masih setia menangis. Grazella hanya menunduk, dengan air mata yang tak kunjung reda.Gabriel menyadari itu, tetapi dia tidak perduli. Gabriel membuka bathrobe yang menutupi labirin Grazella tanpa perlawanan. Gadis itu tidak berteriak atau pun marah, dia hanya menangis dengan bahu yang sudah bergetar hebat.Gabriel mengoleskan krim itu ke jarinya, lalu ia ratakan di area
Di ruangan inap yang luas, nan mewah tersebut terlihat hening. Gabriel duduk di kursi dengan memegang tangan Grazella. Pria itu mengecup tangan sang istri dengan lembut.Mata Gabriel terus melihat ke arah perut sangat istri. Lagi-lagi buliran bening keluar dari sana. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna.Lenguhan Grazella membuat pria itu, langsung menghapus kasar wajahnya.Gabriel menetralkan wajahnya, dan tersenyum lebar menyambut kesadaran sang istri."Hey, Sayang," sapa Gabriel. Grazella ikut tersenyum, dia berusaha untuk bangun."No, kamu harus banyak istirahat," tolak Gabriel. Namun gadis itu menggeleng, ia tetap memaksa untuk duduk. Gabriel pun membantu Grazella untuk duduk."Mau sesuatu?" tawarnya."H–haus," jawab sang gadis lemas.Dengan langkah seribu, Gabriel mengambil air minum yang berada di nakas samping brangkar."Mana yang sakit, h'm?" Gabriel mengusap lembut wajah istri kecilnya.Gadis itu menggeleng lemah. Dia melihat arah pandang suaminya, dan tersenyum lemb
Pria dengan wajah panik itu semakin kesal saat melihat jalanan yang macet, di depannya terdapat kecelakaan beruntun."Cepat cari jalan lain, Wil! Aku membayarmu bukan untuk bersantai!" seru Gabriel."Baik, Tuan" Wiliam yang tahu Gabriel sudah kesal pun memilih memutar arah dan mencari rute lain.Hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sebuah gedung kosong yang sudah sangat usang. Gabriel dengan cepat turun dari mobil itu."Tunggu, Riel! Mungkin mereka menjebakmu! Tunggu anak buahmu," saran Wiliam."Persetan dengan itu! Istriku sedang menunggu!" segahnya.Wiliam mengusap rambutnya kasar, dia terus menghubungi Jack, agar cepat sampai.Gabriel berlari bak kesetanan, langkahnya berhenti melihat mobil yang sangat ia kenali terparkir di sana, matanya sudah berkobar penuh kebencian."Dasar sial4n kau Selena! Akan kubunuh kau!" sumpahnya. Samar-samar dia mendengar tangisan histeris istrinya. Gabriel segera menuju ke
Setelah hampir sepekan Bibi Margaret cuti, akhirnya ia kembali ke mansion sang majikan. Wanita paruh baya itu menyerngitkan dahi melihat gerbang utama terbuka lebar, tidak biasanya.Bibi Margaret segera masuk, dia heran karena tidak melihat para penjaga."Kemana para penjaga?" gumamnya bingung.Sepanjang berjalan menuju mansion sangat sepi tidak ada penjaga seperti biasanya. Saat berada di halaman alangkah terkejutnya wanita itu melihat semua penjaga sudah tergeletak pingsan.Setelah mengingat sesuatu, matanya melotot sempurna."Nyonya!" Paruh baya itu berlari masuk ke mansion.Saat melewati dapur dia di buat melongo melihat para maid sudah pingsan. Dia langsung menuju lift dan mencari Grazella.Paruh baya itu menangis histeris, dia mengambil benda pipihnya dan mendial Jack, tangannya terlihat bergetar. • • •Pria itu menendang meja di depan dengan kerasnya. Seluruh orang yang berada di
Lima orang pegawai toko sudah mulai menyiapkan berbagai perlengkapan, dua wanita terlihat memasukan pakaian dan sepatu bayi di raknya. Sedangkan tiga laki-laki memasang kelambu dan lampu untuk mempercantik kamar itu.Mereka akan menyulap kamar yang sudah di kosongkan Gabriel menjadi 'Baby room' Grazella dan Sheryl hanya diam memandangi mereka semua yang bekerja.Grazella yang melihat album toko itu seketika berbinar."Apakah ini contoh modelnya?" tanya sang gadis dengan semangat."Iya, Nyonya. Tetapi Anda tenang saja, karena Tuan Gabriel sudah memilihnya," jelas salah satu pegawai itu."Huh?" Grazella sedikit terkejut, pegawai itu tersenyum dan melanjutkan perkataannya."Anda sangat beruntung Nyonya, sedari pagi Tuan sudah menyuruh toko kami untuk buka, dan hampir 4 jam Tuan Gabriel memilih sendiri design–nya,""Tuan Gabriel tidak ingin membuat Nyonya lelah," sambung pegawai itu."Apa kau sangat menantikan keha
Saat Gabriel menghis4p dengan kuat semangka Grazella, dia merasakan sesuatu yang sangat familiar di lidahnya."J–jadi itu semua benar," batinnya dengan wajah penuh kebingungan. Gabriel menatap wajah Grazella yang sudah mendongak ke atas dengan mata tertutup."5hit! Kenapa wajahnya sangat s3ksi!" Batinnya menggeram kesal."Baby, apa benar itu 4si milikmu?" Tubuh Grazella langsung mematung, wajahnya sudah pucat pasi."K–kenapa? Apa kamu jijik?" tanya Grazella. Gadis itu terlihat sedikit kecewa dengan hal itu."No! Aku sangat menyukainya," ungkap Gabriel. Gadis itu hanya diam, dia masih syok kenapa bisa suaminya tahu."Kamu tau dari mana?""Tidak penting, sejak kapan kamu melakukan itu?" Grazella kebingungan dengan pertanyaan sang empu."Menukar itu dengan milikmu?" Grazella menggaruk tengkuknya."Sejak aku berusa kabur," jawab sang gadis. "Mulai sekarang jangan pernah kamu lakukan itu lagi," per
Grazella menatap datar pada wanita di depannya. Selena yang mendapatkan tatapan itu tersenyum puas."Kamu tau? Bahkan kami pernah s3ks di ruang ganti, karena dia selalu mengingink4n tubuhku," ucapnya bangga. Selena tersenyum lebar.Grazella berusaha untuk tenang, meskipun dadanya sangat sakit mendengar hal itu. Tidak bisa di pungkiri dia sangat marah mengetahui suaminya masih saja bersama wanita lain.Gadis itu tidak tahu, kalau Selena dan Gabriel sudah tidak berhubungan, dan pertunangan itu sudah batal."Ya ... mungkin Suamiku memang b4jingan. Dia banyak melakukan s3ks di luaran sana. But it's ok, dia sudah berjanji hanya tubuhku yang akan dia nikmati, jadi apa yang harus aku takutkan?" jelas Grazella yakin."Sekarang aku Istrinya, dan Nyonya satu satunya di mansion ini. Aku juga diterima baik oleh Keluarganya. Jadi aku tidak perduli Suamiku dengan wanita lain, yang penting statusku sah menjadi Istrinya dan bukan hanya sebagai pemuas naf
Sepasang sejoli sedang berjalan di koridor rumah sakit, yang di ikuti oleh beberapa pria berbadan kekar menggunakan pakaian serba hitam. Gabriel dan Grazella berhenti kala melihat Lucas yang sudah menunggu di depan ruangan."Hey, Grazella. Akhirnya kita bisa bertemu lagi," sapa pria dengan jubah putih itu"Halo, Lucas. Bagaimana kabarmu?" jawab Grazella. Dia menjabat tangan Lucas yang sudah menyapanya."Seperti yang kau lihat, sangat baik," balas Lucas dengan tertawa."Sudah, cukup. Dan kamu, Baby. Jangan kecentilan! Dia adalah sepupuku, dan untukmu, Lucas, kita periksa Anakku sekarang!" perintahnya datar. Gabriel mengusap tangan Grazella dengan kasar, dia tidak ikhlas gadisnya di sentuh oleh pria lain. Gadis itu langsung menatap tajam ke arah sang suami."Baiklah, ayo aku antar kalian ke bagian obgyn." Lucas segera mengantar mereka ke salah satu dokter terbaik di rumah sakitnya. Mereka segera menuju ruang dokter obgyn."Ini dokter Chatrine, dia yang akan memeriksa Istrimu," jelas
Sinar pagi sudah menjalankan tugasnya. Terlihat wanita dengan surai panjang coklat sedang tidur dengan nyenyak.Seseorang dengan pakaian maid sudah siap melakukan tugasnya. Dia membersihkan kamar mandi dan merapikan meja rias sang Nyonya. Suara berisik itu membuat Grazella terbangun.Grazella mengusap matanya yang perlahan terbuka. Dia kebingungan melihat maid tersebut, dari belakang dia bukanlah Emma ataupun Bibi Margaret. Karena maid yang di ijinkan masuk hanyalah mereka berdua."K–kamu siapa?" tanya Grazella langsung. Sang empu yang merasa di panggil segera membalikan tubuhnya dan menghampiri Grazella."Anda sudah bangun, Nyonya?" balas Maid tersebut. Mata Grazella membulat sempurna mendengar suara itu."S–Sheryl?" Maid itu mengangguk."Pagi Nyonya. Maaf saya terlambat, tapi perkenankan saya mengucapkan ini,""Selamat atas pernikahan Nyonya dan Tuan. Semoga kalian bisa bersama sampai akhir hayat, dan juga selamat atas kehamilan Nyonya, saya sangat bahagia mendengar semua itu Nyonya.
Di mansion mewah itu terlihat sangat kacau, semua barang yang ada di ruang tamu itu sudah berantakan tak berbentuk."Brengs3k! Karenamu saham di perusahaan itu semakin turun! Bahkan semuanya sudah menjual saham mereka, mana janjimu yang akan mengembalikan semuanya,Selena! Dasar j4lang!" seru paruh baya tersebut.Tangan kekarnya melayangkan tamparan pada wajah cantik putrinya. Gadis bernama Selena itu menjerit memohon ampun pada sang ayah. "Ampun, Dad. Aku janji akan membuat Gabriel kembali padaku," sumpah sang gadis."Kalau dengan cara lembut tidak bisa, aku akan melakukannya dengan paksa! Aku akan membuat Gabriel kembali mendukung perusahaan itu, Dad!" seru Selena."Bagaimana caranya! Sekarang saja aku dengar dia sudah punya kekasih baru. Ck. Dimana peranmu sebagai tunangannya Selena! Apa kau hanya di anggap seorang j4lang untuknya!" cecar paruh baya itu."Sial4n! Harusnya dulu aku benar-benar membunuh gadis itu!" se