Beranda / Fantasi / Istri Tawanan Duke Utara / 34. Efek Sihir Hitam

Share

34. Efek Sihir Hitam

Penulis: Harmony^-
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 23:00:52

Arsenio menatap Sirena cukup lama, seakan berusaha membaca apa yang tengah di pikirkan wanita muda di hadapannya.

Tak ada yang di temukan olehnya. Hanya ada tatapan tulus yang menyebalkan.

Arsenio menghela napas panjang—mengalah. “Kau tidak apa?”

Sirena mengangguk. Dia menatap kaki kanannya yang cukup bengkak dengan warna biru keunguan. “Saya akan baik-baik saja.”

Lelaki bermata biru itu mengangguk. Dia memalingkan pandangan dari Sirena, melihat kekacauan di depan sana dan bergumam lelah.

“Aku akan segera kembali.” Arsenio menatap Sirena lekat. “Jangan ke mana-mana dan tetap di sini apa pun yang terjadi.”

Sirena mengangguk.

Arsenio menarik bilah pedang. Namun dia urungkan saat melihat Sirena masih menggenggam senjata berlumuran darah monster.

“Berikan ini padaku. Bawa yang ini!”

Arsenio memberikan pedangnya yang masih bersih dan membawa milik Sirena untuk bertempur.

Wanita bersurai pi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tawanan Duke Utara    35. Rombongan Kekaisaran

    Syat! Arsenio memenggal kepala Monster Rubah. Semua orang bersorak bahagia. Dari atas langit, hujan salju turun dengan indah. Semua orang tersenyum, menyemarakkan kebebasan mereka dengan senyuman tulus. Namun satu hal yang tak membuat Arsenio bahagia kala itu. Saat dia ingin menyombongkan diri kepada Sirena, dia melihat wanita muda itu tertidur di atas salju dengan tubuh dingin dan wajah yang pucat. Bolton, Lucas dan para prajurit menghentikan sorakan mereka. Tak ada seorang pun yang kembali tersenyum saat melihat Arsenio memacu lari kudanya kembali ke kediaman Utara dengan wajah panik dengan membawa Sirena dalam pelukannya. “Posy!” Arsenio berteriak. Posy yang berada di dalam kamar Sirena, di lantai dua, langsung melongok turun ke bawah dan membulatkan mata. Wanita berusia dua puluh tahun itu melompat dari balkon, mendarat dengan sempurna, dan berlari mendekati Arsenio yang panik. “Nyonya!” Po

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Istri Tawanan Duke Utara    36. Negosiasi

    Sirena dan Posy terdiam ketika memasuki kamar kosong. Mereka sudah melakukan kesalahan sebanyak dua kali dalam kedua kejadian. “Lelaki itu masih di luar?” tanya Sirena. Posy mengintip dari pintu dan mengangguk. “Ya. Beliau masih di luar, Nyonya.” Sirena menghela napas kasar. “Kita tak boleh keluar sekarang. Aku tidak siap menanggung malunya!” Posy kembali mengangguk. Bahkan lebih antusias dari Sirena. “Benar. Mari tunggu sampai mereka pergi.” Dua gadis itu sepakat. Mereka yang memiliki harga diri tinggi dan cukup pelupa tak mungkin mau mempermalukan dirinya dengan keluar kamar itu sekarang karena salah kamar. Di luar sana, Arsenio bisa menertawakan keduanya. “Laporkan keadaan desa lebih rinci,” pinta Sirena. Wanita bersurai pirang itu berjalan ke balkon dan menatap keadaan desa yang cukup terang. Kini pemukiman itu tidak lagi di selimuti kabut hitam seperti saat awal Sirena menginjakkan kaki di

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Istri Tawanan Duke Utara    37. Anak Pengkhianat

    “Nyonya ....” Posy menatap Sirena menunggang kuda dengan cepat di bawah sana. “Apakah kita harus pergi lebih jauh?” Sirena mendongak, menatap Posy yang melompat dari pohon ke pohon seperti seorang ninja. Bahkan wanita bersurai hitam itu sangat lihai walau dia mengenakan gaun dengan sedikit ruang di bagian bawah. “Sebentar lagi.” Sirena kembali menatap ke depan. Dia merasa mereka memang masuk cukup jauh ke dalam hutan untuk menemukan gubuk yang di maksud Hantu Sirena. “Apa Anda yakin kita pergi ke arah yang benar?” Posy kembali bertanya. Wajahnya terlihat cukup gelisah. “Saya tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di dalam hutan ini, Yang Mulia.” Sirena menatap sekeliling. Fokusnya tak sengaja terbagi sampai dia tak tahu di depan adalah jurang curam. “Nyonya!” Posy berteriak sambil melemparkan sihir ke arah wanita itu. Sirena menarik tali kekang kudanya, menghentikan langkah kuda yang dia tunggangi tepat d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Istri Tawanan Duke Utara    38. Kutukan

    Sirena tersenyum miring. “Aku hanya menduga, ternyata anak manja itu benar-benar anak kesayangan Dewa, ya? Walau begitu, dia hanya berpangku tangan selama rakyat Utara terlihat kesulitan ... sungguh tidak terpuji.” Posy menghela napas lega. Kedua wanita itu berbicara dengan normal. Tak ada yang perlu dia khawatirkan. “Maafkan kelancangan saya, Lady Riel. Bisakah Anda meminjamkan dapur? Saya akan menyiapkan jamuan kecil untuk menemani obrolan Anda berdua,” sela Posy, menunduk hormat pada Tuan Rumah. Lady Riel mengangguk. “Cavan akan membantu Anda mengetahui tempatnya.” Seorang lelaki yang tampak tak asing untuk Posy atau Sirena keluar dari dalam salah satu pintu di rumah itu. Wajah lelaki itu cukup menawan. Dia memiliki rambut yang sama dengan Riel. Di tambah, dia terlihat lelah dan terus menguap tanpa sungkan di depan kedua tamunya—seperti seseorang anak yang tak tahu sopan santun. Mata berwarna biru muda itu membuat sosok

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Istri Tawanan Duke Utara    39. Kita Sudah Menikah

    Cavan menatap lekat. Dia tak henti memandang Sirena yang memakan beberapa biji kenari yang berhasil di buat manisan oleh pelayannya. Sirena sedikit menengok, menatap pemuda di sampingnya. “Ada apa?” Sirena mengusap kedua sudut bibirnya dengan gusar. “Apa ada yang tertinggal di sekitar sini?” tanyanya. Pemuda itu menggeleng pelan. “Saya tidak melihat ke sana, Nyonya.” “Lalu?” Sirena memiringkan kepala, menatap bingung wajah Cavan yang masih serius memandanginya. “Binar mata Anda ... terlihat hangat.” “Ya?” Sirena menarik mundur wajahnya yang sempat maju beberapa sentimeter saat Cavan memberi jawaban. “Apa yang kamu bicarakan?” “Maaf atas tindakan tidak sopan adik lelaki saya, Yang Mulia. Dia memang senang mengamati sesuatu,” jelas Oriel, membela. “Tidak masalah. Dia hanya mengamati wajahku saja.” Sirena menatap mangkuknya yang kosong, lalu bersinggungan dengan Posy di belakangnya. “Mari pergi. Hari semaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri Tawanan Duke Utara    40. Perintah

    Sand, Lucas dan para ksatria kaget mendengar pertanyaan gamblang itu. Tak pernah ada Nyonya Bangsawan yang melontarkan pertanyaan seperti itu walaupun mereka menginginkan kehangatan ranjang. Sand menatap canggung ke arah wanita berambut pirang itu. “Nyonya ... pertanyaan Anda sedikit—“ “Kau ingin tidur denganku?” Arsenio menyela perkataan Sand. Dia ikut campur begitu melihat raut wajah polos istri kecil yang seakan mengharapkan hal dewasa itu. Kini mata biru Arsenio dan mata kuning Sirena bertatapan dengan intens. Keduanya menunjukkan emosi yang berbeda, namun sama-sama mendebarkan. “Kau kan suamiku?” Sirena memiringkan kepala. Dia menatap setengah bingung. “Bukannya wajar kalau kita tidur satu kamar?” Arsenio mengusap wajahnya kasar. Ya, Sirena masih remaja. Mungkin saja dia  tidak mengerti arti pernikahan bisnis. Tapi tidur seranjang? Itu juga sangat berbahaya untuk ‘Arsenio’. “Kau tidak taku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri Tawanan Duke Utara    41. Rumor

    Arsenio menatap tajam. “Jika kau tak mau memberikan benda itu kepadaku … jangan salahkan aku yang merebutnya!” Sirena tersenyum. “Kasar sekali.” Pedang di dalam genggaman tangan cantiknya itu berayun beberapa kali sebelum ujung runcingnya sampai di depan dagu Arsenio. “Yang Mulia?!” Sand dan Lucas bersiap—menarik pedang mereka dan menebas leher pengkhianat. Arsenio mengangkat tangan kanannya—mengarah kepada dua ksatria yang memasang kuda-kuda. Dia menghentikan keduanya untuk tidak bertindak gegabah. “Kita baru menikah.” Arsenio menatap waspada sorot mata Sirena yang terlihat berbeda. “Apakah membunuh mempelai setelah satu minggu upacara pernikahannya berlangsung adalah gaya orang kekaisaran, Istriku?” Sirena berkedip. Mata merah yang sempat menatap Arsenio itu menghilang dalam sekejap. Sorot mata Sirena kembali seperti semula—seakan beberapa saat yang lalu wanita itu sedang di rasuki sesuatu. “Sirena ….” Arsenio memanggil dengan suara lembut—masih berhati-hati jika gadis di dep

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri Tawanan Duke Utara    42. Kehebatan Yang Wajar

    Sirena menatap beberapa pelayan yang mulai membicarakannya dengan keras. Mereka menyebut nama ‘Sirena’ dengan jelas, merendahkannya dan menuduhnya melakukan perselingkuhan. “Baru kemarin pestaku selesai, sekarang rumor apa lagi yang sedang panas di kediaman Duke ini?” gumam Sirena, berlalu tanpa menghiraukan pandangan tajam para pelayan kediaman Orlan. “Benarkah itu?” Suara Nirmala terdengar lantang dari ujung lorong tempat Sirena berada. “Duchess berselingkuh dengan adiknya?” ucap wanita bersurai gelap itu cukup lantang. Sirena menaikkan sebelah alisnya. “Aku dengan Ozias?” dia memiringkan kepala—berpikir keras tentang hal yang tak masuk akal itu. “Bagaimana bisa ada rumor gila yang menyebar seperti itu? Hanya orang bodoh yang tidak tahu jika aku sangat menyayangi adik lelakiku!” lantang Sirena, pada kalimat terakhirnya. Setelah membalas tuduhan Nirmala dengan cara yang sama itu, Sirena tersenyum miring melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06

Bab terbaru

  • Istri Tawanan Duke Utara    56. Siluman

    “Nyonya Sirena. Bolehkah saya masuk?” Posy berdiri di depan kamar Sirena dengan membawa nampan berisikan sarapan untuk Nyonyanya. Sementara wanita muda yang berada di dalam kamarnya hanya menunduk dalam tanpa bisa menegakkan punggung dan lehernya dengan baik. Hantu Sirena merasa cemas. Dia tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Padahal ini adalah tubuhnya. Namun dia seperti berada di dalam tubuh orang asing yang tak mau menuruti perintahnya. “Tubuh sialan! Milik siapa kau sebenarnya? Aku adalah pemilik aslimu.” Sirena menghardik dalam hati. “Cih, sekarang kau lebih nyaman di isi jiwa wanita kurang ajar itu dari pada diriku? Yang benar saja.” “Nyonya?” Posy mengerutkan kening samar. Dia mendengar seseorang bergumam sendiri di dalam kamar. Dia yakin itu suara Tuannya. Namun jika benar begitu, kenapa Sirena tak menjawab panggilannya? “Apakah Anda membutuhkan bantuan saya?” tanya Posy, sekali lagi. “Letakkan d

  • Istri Tawanan Duke Utara    55. Kontraktor

    “Terima kasih sudah mengantarku.” Pelayan perempuan itu menunduk hormat dan melihat kepergian Ozias beberapa saat, sebelum meninggalkan tempat. Dari kejauhan Ozias bisa melihat lelaki berambut coklat dengan mata biru melihatnya dengan tatapan tertegun. “Ozias?” gumam lelaki itu, senang melihat kawannya. Berbeda dengan lawan bicaranya yang terus menatap dingin—seakan melihat musuh. Melihat itu, Theo paham jika sekarang bukan saatnya berbincang ramah dengan seorang teman. “Aku datang untuk bertemu Kakakku. Dia di dalam, kan?” tanya Ozias, dingin. Theo mengangguk.  “Silakan masuk, Tuan. Saya akan mengantar Anda." Ozias hanya mengangguk dan mengikuti langkah Theo yang membawanya masuk ke dalam menara. Mereka menaiki tangga yang akan membawa keduanya ke puncak menara. “Bagaimana keadaan Kakakku?” Nada bicara Ozias melunak. Kini dia tak perlu memasang kewaspadaan tinggi karena hanya ada dirinya dan T

  • Istri Tawanan Duke Utara    54. Kedatangan Ozias

    BRAK! Arsenio menghantam meja. Beberapa puing kayu kokoh itu rontok ke atas karpet berbulu. Martell menatap takut. Dia tak pernah melihat Arsenio semarah ini selama satu tahun terakhir. Melihatnya kembali temperamental, tampaknya Nyonya Duchess yang baru selalu berhasil mengendalikan Duke mereka yang pandai mengontrol emosi. “Bisa-bisanya wanita itu membuatku kesal.” Arsenio mengepalkan tangannya semakin kencang. Dua urat menonjol di bawah dagu Arsenio membuat Martell menelan ludahnya susah—dia sangat tegang sekarang. “Yang Mulia, Tuan Frederick akan pergi ke desa untuk mencari informasi kemunculan pada monster.” Martell berusaha mengalihkan topik. Dia berharap Arsenio melupakan masalah Sirena dan fokus pada pekerjaan saja. Setidaknya itu lebih baik dari pada mengingat kenangan buruk yang membuat Tuannya menjadi emosional. “Aku sudah tahu. Frederick menyampaikannya padaku kemarin. Lalu, bagaimana dengan

  • Istri Tawanan Duke Utara    53. Intimidasi

    Posy terdiam beberapa saat. Melihat reaksi Vian dan Cavan yang cukup kebingungan, tampaknya hanya Theo yang bisa melihat sosok menyeramkan itu. “Anda, bisa melihatnya?” tanya Posy, terlihat cukup terusik. Lelaki bermata biru laut itu menganggukkan kepala. “Dari awal. Dalam wujud yang nyata.” Dia melirik ke arah sudut ruangan. “Bahkan sekarang, dia ada di sini—mengawasi kita.” Posy menatap ke beberapa sudut, termasuk sudut yang di lihat oleh Theo dengan tatapan waspada. Sayangnya, dia tidak bisa melihat wanita itu kecuali wanita itu menampakkan diri di hadapannya. “Besok saya akan mengaturkan pertemuan Anda dengan Nyonya.” Posy menatap waspada. “Yang bisa melihat wanita itu secara berkala hanya Nyonya ... jadi, bisakah Anda membicarakan hal ini kembali bersama dengan Nyonya besok?” Theo mengangguk. “Baiklah.”   “Nyonya.” Posy membuka gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar. Na

  • Istri Tawanan Duke Utara    52. Hadiah

    Sirena berjalan masuk ke dalam menara tempatnya tinggal dengan langkah sempoyongan. Seperti yang dia duga, Arsenio telah menempatkan banyak pengawal untuk mengawasinya. Bahkan mereka bukanlah pengawal biasa. Karena baik Sirena atau Posy dapat merasakan kekuatan besar di dalam tiga lelaki berpakaian serba hitam itu. “Yang Mulia, Anda kembali?” Vian bergegas mendekat. Sayangnya, langkah Vian harus berhenti saat Posy menghalanginya dari Sirena. “Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Vian?” Posy menatap tajam. Dia terlihat waspada. “Apa Anda di tugaskan menjaga Nyonya Duchess?” Vian menatap dalam diam beberapa saat. Lalu dia tersenyum setelah mengetahui pikiran lawannya. “Ya. Tuan Duke memerintahkan kami—“ “Posy. Sudahlah. Jangan berdebat.” Sirena memijat pelipisnya. “Pergilah ... kamu ingin bertemu dengan Lucas, kan?” Posy menatap ragu. Meninggalkan Tuannya sendirian dalam pengawasan tiga serigala cukup membu

  • Istri Tawanan Duke Utara    51. Balas Dendam

    Sirena menatap kaget tumpukan mayat di depan mereka. Begitu pula dengan Posy yang memperlihatkan reaksi yang sama. “Para pelayan mengatakan, bahwa di desa ini terkena wabah hitam. Tiap malam satu keluarga akan mati. Mayat mereka berlumuran darah walau tidak di temukan luka di tubuh mereka,” jelas Posy. Wanita berambut coklat tua dengan mata hijau itu menatap nanar tumpukan mayat manusia dengan bau yang menyengat. “Sungguh aneh,” gumamnya, tidak habis pikir. Suara langkah kaku seseorang membuat kedua wanita muda itu menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat lelaki bertudung hitam ada di dekat tumpukan orang-orang, seakan bersiap membakar mayat-mayat itu dengan obor di tangannya. “Ternyata ada penonton yang datang.” Lelaki berjubah hitam itu menoleh. Dia memperlihatkan wajah tampannya dengan berani. Bahkan tersenyum lembut pada Posy dan Sirena. Posy maju selangkah, menghalangi pandangan lelaki itu dari

  • Istri Tawanan Duke Utara    50. Setumpuk Mayat

    “Sepertinya Anda harus bermalam di sini, Nona Posy. Langit mendung tidak mendukung. Jika Anda keluar sekerang, takutnya ... hujan akan turun di tengah jalan.” Oriel berucap dengan cemas. Dia menatap wanita bermata hijau itu naik ke atas kuda sambil memeluk Tuannya yang selesai mendapat pengobatan—walau dia belum sadar sepenuhnya. “Tidak.” Posy menjawab dengan tegas. Dia menatap lembut pada wanita muda berusia satu tahun lebih muda darinya. Lantas tersenyum. “Duke akan mencari kami jika seperti itu ... dan bisa saja, kalian dalam bahaya setelahnya.” Oriel tidak memaksa. Keadaannya memang tidak terlalu baik setelah dia memaksakan diri menyembuhkan Sirena dalam satu waktu. “Kalau begitu, izinkan saya mengantar Anda sampai keluar Hutan.” Ivander keluar dari dalam dengan membawa tombak. “Saat malam, hutan ini akan tetap berbahaya untuk seorang wanita yang cukup kuat. ” Posy tidak membantah. Saat bahaya menimpa, dia tid

  • Istri Tawanan Duke Utara    49. Penunggu Hutan Kutukan

    “Ke mana kau akan membawanya?” Sosok wanita bersurai pirang dengan mata hitam mengikuti laju kuda Posy dengan kaki melayang. Sosok menyeramkan itu kembali menampakkan diri. Lagi-lagi juga terlihat perhatian pada Sirena. “Kenapa Anda selalu menunjukkan perasaan khawatir?” Posy tak menatapnya. Dia takut. Tapi juga penasaran dengan identitasnya. Hantu bukan hal yang mudah di percaya. Namun setelah melihatnya beberapa kali, Posy yakin jika mereka memang ada—hidup berdampingan dengan kita—seperti yang pernah di katakan oleh Sirena kecil enam tahun yang lalu. “Karena aku mengkhawatirkannya.” Wanita itu menjawab dengan nada serak—suaranya tidak terlalu jelas, namun Posy masih mengerti apa yang sedang dia katakan. “Begitukah?” Posy menatapnya beberapa saat—dengan harapan hantu itu tidak menoleh dan menampakkan wajahnya. “Kenapa Anda memiliki perasaan seperti itu pada Nyonya?” Hantu perempuan itu tertawa. Tawa ya

  • Istri Tawanan Duke Utara    48. Stronger Lady

    Ivander mendengar tapak kaki kuda dari kejauhan. Kali ini dia sedang memungut kayu untuk membuat kayu bakar dan memasak. Namun saat dia mendengar suara tak kaki kuda yang mendekat ke arahnya, dia segera memasang posisi bertarung—mengarahkan belati yang dia genggam ke arah depan. “Nona Posy?” Ivander bergumam saat melihat wanita itu melewatinya dengan wajah muram. Wanita muda itu tampak tergesa. Dia memacu kudanya sangat kencang sampai mendatangkan badai debu di sepanjang jalan yang telah dia lalui. “Apa yang membuatnya seperti itu?” gumam Ivander, bergegas mengumpulkan kayu dan menyusul Posy. “Tampaknya dia datang untuk bertemu Kakak,” gumam Ivander, mempercepat langkahnya. Sesampainya di pondok, Ivander melihat dua wanita muda itu tampak tergesa-gesa menyiapkan beberapa barang dan hendak pergi meninggalkan tempat. Ivander menatap keduanya dengan tatapan bertanya-tanya. “Apa yang kalian lakukan? Apa kalian ingin p

DMCA.com Protection Status