Beranda / Fantasi / Istri Tawanan Duke Utara / 26. Wanita Kurang Ajar

Share

26. Wanita Kurang Ajar

Penulis: Harmony^-
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-28 23:05:54

Arsenio menggerutu pelan, mengingat cara istri muda—dengan hidung lurus dan mungil—kegirangan melihat pelayannya telah mendapatkan jodoh yang baik.

“Ada apa dengan wajah Anda, Tuan?” tanya Sand, bingung melihat raut muram Arsenio sepanjang perjalanan.

“Tidak ada,” jawab lelaki pemilik rahang tegas dan mata biru bersurai hitam di depannya.

Sand hanya diam dan kembali mengawasi kereta kuda di belakang mereka. Entah kenapa dua Tuannya memilih menggunakan kereta secara terpisah.

Banyak hal bisa Sand khawatirkan karena kejadian ini. Pikiran negatif yang menggiring opini ‘hubungan buruk’ antara dua Tuannya.

“Jika saya boleh bertanya, apakah Anda memarahi Nyonya Sirena sebelum kita berangkat? Raut wajah Nyonya kurang enak di lihat saat memutuskan pergi secara terpisah.” Sand memberanikan diri untuk melontarkan pertanyaan.

Sementara lelaki yang dari tadi hanya melamun sambil menatap langit dari luar jendela, kini melirik tajam ke a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
kadang aq lupa nama pemeran pembantu ya hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Tawanan Duke Utara    27. Kepribadian Berbeda

      Nirmala membelalakkan mata. Dia terkejut. Begitu pula dengan para pelayan, kepala pelayan dan ksatria kediaman Utara. Namun berbeda dengan Arsenio yang diam, menahan tawa, dan berusaha keras mempertahankan wibawanya agar tak jatuh saat dia ingin tertawa lantang. Wajah Nirmala yang tercengang membuatnya ingin terbahak-bahak. Posy menatap Nirmala dengan dingin. “Beliau adalah Lady Nirmala Tufaila. Putri tunggal Marquess Tufaila. Tunangan Tuan Frederick, adik lelaki Tuan Arsenio.” Sirena mengangguk-angguk paham mendengar penjelasan itu. “Begitu. Jadi dia Adik Ipar Tuanku?” “Benar, Nyonya Duchess.” Sirena kembali mengangguk. Dia tak tertarik dengan suasana menegangkan karena Nirmala tampak marah melihat sikap acuh tak acuhnya. Lebih baik istirahat. “Tuan Arsenio.” Sirena berjalan mendekati suami yang di kerumuni para pelayan. “Di mana kamarku? Kita tak mungkin ada di satu kamar, kan? Aku tak mau tidur deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Istri Tawanan Duke Utara    28. Cemburu

    Tok ... tok .... “Tuan, saya Martell. Izin menghadap.” Arsenio melirik ke arah pintu. “Masuk.” Martell membuka pintu. Dia melihat Arsenio tengah duduk di kursi yang tersedia di balkon kamarnya. Lelaki bermata biru dengan surai hitam itu menuang segelas anggur, lalu menikmatinya. “Apa yang ingin kau bicarakan?” Arsenio melirik Martell acuh tak acuh.   “Para penjaga menemukan empat orang pelayan terbunuh di perbatasan hutan. Mayatnya hanya di timbun salju sehingga membuat darahnya menggenang di sekitarnya.” Martell menunduk. Tak berani menatap lirikan tajam Arsenio. “Dan mereka adalah empat orang pelayan yang membantu Nyonya Duchess beberapa saat yang lalu.” “Duchess?” Arsenio menaikkan sebelah alisnya. “Lalu? Kau mencurigai istriku yang baru datang itu ... membunuh mereka berempat?” Martell berkeringat dingin. “H-hanya itu petunjuknya, Yang Mulia. Para ksatria tengah menyelidikinya. Ja-jadi—“ “Di mana Duc

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Istri Tawanan Duke Utara    29. Perseteruan Gila

    Sirena membuka mata. Dia melihat sekeliling dengan datar—mengingat di mana dia terbangun. Dia yakin ini bukan kamarnya. Tak mungkin juga milik Arsenio. Kamar lusuh yang lebih mirip kamar pelayan dari pada kamar penguasa wilayah ini bahkan penuh debu dan usang. Lalu dia tertidur di sini? Setelah mendapat perlakukan sekasar itu dari suaminya? “Dia mengurungku?” gumam Sirena. Dia bangun dari tempat tidur dan membuka jendela. Dia tak mengecek pintu, karena jelas itu terkunci. Benar saja. Sirena di kurung dalam menara tinggi. Yang bisa dia lihat dari tempat itu hanya kamp latihan para ksatria utara yang ramai dan Arsenio yang sedang memberi komando untuk latihan pagi. “Heh, coba kita lihat seberapa cuek lelaki itu!” Sirena tersenyum jahat. Dia memanjat atap dan duduk di ujungnya. Kedua kakinya mengarah ke bawah, dia duduk dengan santai dan bersenandung. Suara merdu yang diliputi sihir ultrasonik sehingga suar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Istri Tawanan Duke Utara    30. Bantuan Duchess

    “Yang Mulia, bukankah Anda terlalu kasar pada Tuan Duke?” Posy menatap cemas. Posy mengikuti langkah Sirena yang meninggalkan kastel Orlan hanya dengan Lucas dan dirinya yang menemani. “Terserah. Dia yang memperlakukan aku dengan jahat. Kenapa pula aku harus berbaik hati dengannya?” Sirena menjawab dengan santai. Seakan itu bukan beban baginya. “Anda sangat egois, Nyonya.” Lucas berucap tegas. Sirena menatap ksatria yang tidak di tahu namanya itu dengan wajah datar. Ekspresi mereka yang sama-sama flat saling beradu dengan tatapan sengit. Posy yang berada di tengah-tengah keduanya hanya diam sambil tersenyum masam. Tak ada yang bisa dia lakukan—karena malas bertindak. “Nyonya, kita sudah sampai di desa.” Posy menunjuk gerbang kayu di depan mereka. Banyak penduduk yang mati kedinginan di pinggir jalan. Sementara yang hidup berusaha sekuat tenaga mempertahankan kehangatan, walau harus berpelukan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Istri Tawanan Duke Utara    31. Hal Berbahaya

    Arsenio menatap tajam. “Sirena akan menginap di desa yang penuh penyakit itu? Bagaimana jika istri kecilku itu tertular cacar?" Tuan Sand tersenyum masam. “Nyonya tidak akan tertular karena beliau dan dua pelayannya sudah pernah terkena cacar, Yang Mulia.” Arsenio masih menatap tajam. “Walau begitu, tetap saja akan berbahaya.” Dia bangkit dari tempatnya. “Bagaimana dengan tabib? Apa ada tabib di desa?” Wajah pucat Sand menjelaskan segalanya. Di sana, Arsenio yang terlihat marah, kini semakin marah karena respons tersebut. “Selama ini tidak ada seorang pun tabib di desa?” Sand mengangguk ragu. “Tabib di wilayah kita sedang melakukan studi bersama di wilayah kekaisaran. Tak ada tabib senior, kita hanya memiliki para tabib muda yang sedang haus ilmu.” Arsenio menepuk keningnya ampun. “Lalu tabib yang kemarin membantu Sirena?” Sand menggeleng. “Setelah di telusuri, ternyata beliau bukan tabib, Yang Mulia.” “Lalu?” “Lelaki itu hanya dokter gadungan yang berkeliaran di desa karena m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Istri Tawanan Duke Utara    32. Monster

    Para pelayan membulatkan mata. Sirena menghilang di depan mata mereka. Semua orang berteriak panik melihat itu. Mereka bergegas menyusul Sirena ke danau. Hampir sepuluh orang pelayan berdiri di tepi, melihat ke dalam air tenang itu dengan gelisah—berharap Nyonya Duchess mereka baik-baik saja. “Sir ....” Seorang pelayan wanita memandang ke arah Lucas dengan gelisah. Wajah pucat para pelayan wanita itu menandakan sesuatu yang buruk. Lucas membulatkan mata—tersadar dari lamunan panjang karena efek kejut sikap nekat Sirena. Dia segera melepas jubah dan berlari masuk ke dalam danau—menyusul Sirena yang tenggelam. Serta beberapa orang pelayan lelaki serempak menceburkan diri, membantu Lucas mencari Sirena. Namun hal yang paling gila dapat mereka lihat di permukaan air. Setelah beberapa saat menghilang di dalam air, Sirena mengambang dengan posisi telentang menghadap ke langit. Bahkan sambil menunjukk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Tawanan Duke Utara    33. Kejujuran

    Darah berdesir di dalam tubuh Bolton. Dia terlihat marah saat Sirena menyayat lengan kirinya, membiarkan darah menetes dan membasahi salju putih di bawah kaki mereka. “Apakah saya bisa menyebut ini sebagai pengkhianatan?” Bolton mengepalkan tangannya erat. Dia menatap geram wanita cantik yang tersenyum meremehkannya. “Jika itu yang ingin aku lakukan, harusnya saya langsung menusuk jantung atau memenggal kepala Anda, Sir.” Sirena menatap ke dalam hutan dengan posisi kuda-kuda yang sempurna. “Namun ini bukan saatnya.” “Pergilah pada Tuanmu.” Sirena menatap Bolton sekilas. “Katakan padanya jika ada Siluman yang berlari ke sini.” Lelaki bersuai perak dengan mata gelap itu membulatkan mata terkejut. Dia tak mau percaya, namun dia tak boleh terlambat jika sampai hal ini kenyataan.   “Bagaimana dengan Anda?” Bolton bergegas menarik kuda dan naik di atasnya. Sirena tersenyum miring, menatap Bolton dengan tatapan meremehka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Tawanan Duke Utara    34. Efek Sihir Hitam

    Arsenio menatap Sirena cukup lama, seakan berusaha membaca apa yang tengah di pikirkan wanita muda di hadapannya. Tak ada yang di temukan olehnya. Hanya ada tatapan tulus yang menyebalkan. Arsenio menghela napas panjang—mengalah. “Kau tidak apa?” Sirena mengangguk. Dia menatap kaki kanannya yang cukup bengkak dengan warna biru keunguan. “Saya akan baik-baik saja.” Lelaki bermata biru itu mengangguk. Dia memalingkan pandangan dari Sirena, melihat kekacauan di depan sana dan bergumam lelah. “Aku akan segera kembali.” Arsenio menatap Sirena lekat. “Jangan ke mana-mana dan tetap di sini apa pun yang terjadi.” Sirena mengangguk. Arsenio menarik bilah pedang. Namun dia urungkan saat melihat Sirena masih menggenggam senjata berlumuran darah monster. “Berikan ini padaku. Bawa yang ini!” Arsenio memberikan pedangnya yang masih bersih dan membawa milik Sirena untuk bertempur. Wanita bersurai pi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02

Bab terbaru

  • Istri Tawanan Duke Utara    56. Siluman

    “Nyonya Sirena. Bolehkah saya masuk?” Posy berdiri di depan kamar Sirena dengan membawa nampan berisikan sarapan untuk Nyonyanya. Sementara wanita muda yang berada di dalam kamarnya hanya menunduk dalam tanpa bisa menegakkan punggung dan lehernya dengan baik. Hantu Sirena merasa cemas. Dia tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Padahal ini adalah tubuhnya. Namun dia seperti berada di dalam tubuh orang asing yang tak mau menuruti perintahnya. “Tubuh sialan! Milik siapa kau sebenarnya? Aku adalah pemilik aslimu.” Sirena menghardik dalam hati. “Cih, sekarang kau lebih nyaman di isi jiwa wanita kurang ajar itu dari pada diriku? Yang benar saja.” “Nyonya?” Posy mengerutkan kening samar. Dia mendengar seseorang bergumam sendiri di dalam kamar. Dia yakin itu suara Tuannya. Namun jika benar begitu, kenapa Sirena tak menjawab panggilannya? “Apakah Anda membutuhkan bantuan saya?” tanya Posy, sekali lagi. “Letakkan d

  • Istri Tawanan Duke Utara    55. Kontraktor

    “Terima kasih sudah mengantarku.” Pelayan perempuan itu menunduk hormat dan melihat kepergian Ozias beberapa saat, sebelum meninggalkan tempat. Dari kejauhan Ozias bisa melihat lelaki berambut coklat dengan mata biru melihatnya dengan tatapan tertegun. “Ozias?” gumam lelaki itu, senang melihat kawannya. Berbeda dengan lawan bicaranya yang terus menatap dingin—seakan melihat musuh. Melihat itu, Theo paham jika sekarang bukan saatnya berbincang ramah dengan seorang teman. “Aku datang untuk bertemu Kakakku. Dia di dalam, kan?” tanya Ozias, dingin. Theo mengangguk.  “Silakan masuk, Tuan. Saya akan mengantar Anda." Ozias hanya mengangguk dan mengikuti langkah Theo yang membawanya masuk ke dalam menara. Mereka menaiki tangga yang akan membawa keduanya ke puncak menara. “Bagaimana keadaan Kakakku?” Nada bicara Ozias melunak. Kini dia tak perlu memasang kewaspadaan tinggi karena hanya ada dirinya dan T

  • Istri Tawanan Duke Utara    54. Kedatangan Ozias

    BRAK! Arsenio menghantam meja. Beberapa puing kayu kokoh itu rontok ke atas karpet berbulu. Martell menatap takut. Dia tak pernah melihat Arsenio semarah ini selama satu tahun terakhir. Melihatnya kembali temperamental, tampaknya Nyonya Duchess yang baru selalu berhasil mengendalikan Duke mereka yang pandai mengontrol emosi. “Bisa-bisanya wanita itu membuatku kesal.” Arsenio mengepalkan tangannya semakin kencang. Dua urat menonjol di bawah dagu Arsenio membuat Martell menelan ludahnya susah—dia sangat tegang sekarang. “Yang Mulia, Tuan Frederick akan pergi ke desa untuk mencari informasi kemunculan pada monster.” Martell berusaha mengalihkan topik. Dia berharap Arsenio melupakan masalah Sirena dan fokus pada pekerjaan saja. Setidaknya itu lebih baik dari pada mengingat kenangan buruk yang membuat Tuannya menjadi emosional. “Aku sudah tahu. Frederick menyampaikannya padaku kemarin. Lalu, bagaimana dengan

  • Istri Tawanan Duke Utara    53. Intimidasi

    Posy terdiam beberapa saat. Melihat reaksi Vian dan Cavan yang cukup kebingungan, tampaknya hanya Theo yang bisa melihat sosok menyeramkan itu. “Anda, bisa melihatnya?” tanya Posy, terlihat cukup terusik. Lelaki bermata biru laut itu menganggukkan kepala. “Dari awal. Dalam wujud yang nyata.” Dia melirik ke arah sudut ruangan. “Bahkan sekarang, dia ada di sini—mengawasi kita.” Posy menatap ke beberapa sudut, termasuk sudut yang di lihat oleh Theo dengan tatapan waspada. Sayangnya, dia tidak bisa melihat wanita itu kecuali wanita itu menampakkan diri di hadapannya. “Besok saya akan mengaturkan pertemuan Anda dengan Nyonya.” Posy menatap waspada. “Yang bisa melihat wanita itu secara berkala hanya Nyonya ... jadi, bisakah Anda membicarakan hal ini kembali bersama dengan Nyonya besok?” Theo mengangguk. “Baiklah.”   “Nyonya.” Posy membuka gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar. Na

  • Istri Tawanan Duke Utara    52. Hadiah

    Sirena berjalan masuk ke dalam menara tempatnya tinggal dengan langkah sempoyongan. Seperti yang dia duga, Arsenio telah menempatkan banyak pengawal untuk mengawasinya. Bahkan mereka bukanlah pengawal biasa. Karena baik Sirena atau Posy dapat merasakan kekuatan besar di dalam tiga lelaki berpakaian serba hitam itu. “Yang Mulia, Anda kembali?” Vian bergegas mendekat. Sayangnya, langkah Vian harus berhenti saat Posy menghalanginya dari Sirena. “Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Vian?” Posy menatap tajam. Dia terlihat waspada. “Apa Anda di tugaskan menjaga Nyonya Duchess?” Vian menatap dalam diam beberapa saat. Lalu dia tersenyum setelah mengetahui pikiran lawannya. “Ya. Tuan Duke memerintahkan kami—“ “Posy. Sudahlah. Jangan berdebat.” Sirena memijat pelipisnya. “Pergilah ... kamu ingin bertemu dengan Lucas, kan?” Posy menatap ragu. Meninggalkan Tuannya sendirian dalam pengawasan tiga serigala cukup membu

  • Istri Tawanan Duke Utara    51. Balas Dendam

    Sirena menatap kaget tumpukan mayat di depan mereka. Begitu pula dengan Posy yang memperlihatkan reaksi yang sama. “Para pelayan mengatakan, bahwa di desa ini terkena wabah hitam. Tiap malam satu keluarga akan mati. Mayat mereka berlumuran darah walau tidak di temukan luka di tubuh mereka,” jelas Posy. Wanita berambut coklat tua dengan mata hijau itu menatap nanar tumpukan mayat manusia dengan bau yang menyengat. “Sungguh aneh,” gumamnya, tidak habis pikir. Suara langkah kaku seseorang membuat kedua wanita muda itu menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat lelaki bertudung hitam ada di dekat tumpukan orang-orang, seakan bersiap membakar mayat-mayat itu dengan obor di tangannya. “Ternyata ada penonton yang datang.” Lelaki berjubah hitam itu menoleh. Dia memperlihatkan wajah tampannya dengan berani. Bahkan tersenyum lembut pada Posy dan Sirena. Posy maju selangkah, menghalangi pandangan lelaki itu dari

  • Istri Tawanan Duke Utara    50. Setumpuk Mayat

    “Sepertinya Anda harus bermalam di sini, Nona Posy. Langit mendung tidak mendukung. Jika Anda keluar sekerang, takutnya ... hujan akan turun di tengah jalan.” Oriel berucap dengan cemas. Dia menatap wanita bermata hijau itu naik ke atas kuda sambil memeluk Tuannya yang selesai mendapat pengobatan—walau dia belum sadar sepenuhnya. “Tidak.” Posy menjawab dengan tegas. Dia menatap lembut pada wanita muda berusia satu tahun lebih muda darinya. Lantas tersenyum. “Duke akan mencari kami jika seperti itu ... dan bisa saja, kalian dalam bahaya setelahnya.” Oriel tidak memaksa. Keadaannya memang tidak terlalu baik setelah dia memaksakan diri menyembuhkan Sirena dalam satu waktu. “Kalau begitu, izinkan saya mengantar Anda sampai keluar Hutan.” Ivander keluar dari dalam dengan membawa tombak. “Saat malam, hutan ini akan tetap berbahaya untuk seorang wanita yang cukup kuat. ” Posy tidak membantah. Saat bahaya menimpa, dia tid

  • Istri Tawanan Duke Utara    49. Penunggu Hutan Kutukan

    “Ke mana kau akan membawanya?” Sosok wanita bersurai pirang dengan mata hitam mengikuti laju kuda Posy dengan kaki melayang. Sosok menyeramkan itu kembali menampakkan diri. Lagi-lagi juga terlihat perhatian pada Sirena. “Kenapa Anda selalu menunjukkan perasaan khawatir?” Posy tak menatapnya. Dia takut. Tapi juga penasaran dengan identitasnya. Hantu bukan hal yang mudah di percaya. Namun setelah melihatnya beberapa kali, Posy yakin jika mereka memang ada—hidup berdampingan dengan kita—seperti yang pernah di katakan oleh Sirena kecil enam tahun yang lalu. “Karena aku mengkhawatirkannya.” Wanita itu menjawab dengan nada serak—suaranya tidak terlalu jelas, namun Posy masih mengerti apa yang sedang dia katakan. “Begitukah?” Posy menatapnya beberapa saat—dengan harapan hantu itu tidak menoleh dan menampakkan wajahnya. “Kenapa Anda memiliki perasaan seperti itu pada Nyonya?” Hantu perempuan itu tertawa. Tawa ya

  • Istri Tawanan Duke Utara    48. Stronger Lady

    Ivander mendengar tapak kaki kuda dari kejauhan. Kali ini dia sedang memungut kayu untuk membuat kayu bakar dan memasak. Namun saat dia mendengar suara tak kaki kuda yang mendekat ke arahnya, dia segera memasang posisi bertarung—mengarahkan belati yang dia genggam ke arah depan. “Nona Posy?” Ivander bergumam saat melihat wanita itu melewatinya dengan wajah muram. Wanita muda itu tampak tergesa. Dia memacu kudanya sangat kencang sampai mendatangkan badai debu di sepanjang jalan yang telah dia lalui. “Apa yang membuatnya seperti itu?” gumam Ivander, bergegas mengumpulkan kayu dan menyusul Posy. “Tampaknya dia datang untuk bertemu Kakak,” gumam Ivander, mempercepat langkahnya. Sesampainya di pondok, Ivander melihat dua wanita muda itu tampak tergesa-gesa menyiapkan beberapa barang dan hendak pergi meninggalkan tempat. Ivander menatap keduanya dengan tatapan bertanya-tanya. “Apa yang kalian lakukan? Apa kalian ingin p

DMCA.com Protection Status